BAB 2 - TUAN BATMAN

113 8 4
                                    

MAU tidak mau Manda harus menebalkan telinganya. Misha tidak berhenti bicara tentang calon tunangannya. Mulai dari pertama Manda muncul di depan pintu kelas, sampai makan siang di kantin dan berlanjut di koridor sekolah sambil berjalan menuju kelas.

Manda sih cuma diam dan berkomentar pun seadanya.

"Oh."

"Ya."

"Gitu."

"Terus?"

Untung saja, ada Tari, sahabat mereka yang menanggapi dengan serius curhatan Misha. Alhasil, curhat Misha pun selesai. Tapi ujung-ujungnya, mereka keseret harus ikut Misha ketemuan sama calon tunangannya itu.

Titik! Tidak boleh menolak.

Sangat terpaksa, Manda mengangguk setuju agar sahabatnya itu bisa berhenti mengoceh.

Manda tidak mengerti mengapa orangtua zaman sekarang masih berpikiran kolot, suka menjodohkan anak mereka. Padahal ini zaman modern, bukannya zaman Siti Nurbaya.

Ya kali, anak zaman sekarang mau dijodohin. Lihat saja Misha, belum ketemu calon tunangannya saja, ia sudah stres berat dan merasa hidupnya akan segera berakhir setelah dijodohkan. Dan yang lebih menyebalkan, orangtua Manda adalah salah satu orangtua yang berpikiran kolot itu. Bayangkan saja, Manda diharuskan tunangan sama Eza, cowok arogan yang super menyebalkan itu.

Menolak, tidak bisa.

Papa Manda punya kuasa yang lebih untuk memaksanya menerima perjodohan itu. Akhirnya, Manda dan Eza sepakat untuk tunangan, tapi hanya pura-pura. Karna itulah, Manda merahasiakan pertunangannya dari siapapun, termasuk Misha dan Tari. Jika mereka berdua sampai tahu, Manda bisa diledek habis-habisan.

Manda tiba-tiba menghentikan langkah. Dari arah berlawanan, Eza menuju ke arahnya dengan seorang cewek sambil gandengan mesra. Bisa ditebak, cewek itu pasti pacar Eza karna setahunya, tunangannya itu tidak bisa hidup tanpa cewek.

"Kenapa, Manda?" tanya Tari menyadari Manda yang mendadak bengong.

CIH! Lihatin tunangan sendiri gandengan sama cewek lain.

DUAR! Serasa ada bom waktu yang siap meledak di hati.

Hening.

Eza dan Manda hanya saling melirik sebentar. Lalu, seakan tidak ada masalah, Eza merangkul pacarnya dengan mesra dan terus berjalan menjauh. Dan Manda bersikap tidak peduli.

Jika saja, Eza adalah tunangan yang sangat Manda cintai, maka ia tidak segan-segan menghajar cewek itu dan membawa Eza pergi. Tapi tidak, pertunangan mereka hanya sandiwara dan Manda tidak punya alasan untuk marah ataupun cemburu pada cewek manapun yang mendekati Eza.

"Hm, gapapa kok. Tadi kalian ngomong apa?" Manda ikutan nimbrung dengar ocehan Misha yang berganti topik, membahas baju apa yang akan mereka pakai nanti malam untuk bertemu calon tunangan Misha.

Ya, itulah Manda dan Eza di ruang lingkup sekolah. Tidak saling menyapa atau lebih tepatnya pura-pura tidak saling mengenal sama sekali. Mereka sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing. Eza boleh jalan dan pacaran dengan siapapun yang ia mau. Begitupun Manda. Hanya saja, Manda tidak berniat pacaran untuk saat ini. Ia lebih menikmati hubungan pura-puranya dengan Eza.

"Duh, haus nih." kata Misha tiba-tiba saat sampai di pintu kelas. Gara-gara mengoceh sedari tadi, tenggorokannya jadi kering. "Kalian mau minum nggak, biar gue beli?" tawarnya pada Manda dan Tari.

"Biar gue aja yang beli minum." kata Manda untuk meloloskan diri karna telinganya mulai panas mendengar ocehan Misha yang tidak ada habisnya itu.

Manda kini sudah berdiri di depan vending machine minuman. Ia mengeluarkan tiga lembar uang lima ribuan sambil melihat minuman kaleng yang berjejer di mesin itu.

HELLO TUNANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang