- o b s e s s i o n -
Syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kebebasan adalah tahu mana yang berada dalam kontrol mu dan mana yang bukan. Sepenggal kalimat itu adalah salah satu pikiran dari filsuf favorite Jennie, namanya Epictetus—seorang filsuf Yunani kuno. Sepenggal kalimat itu juga yang sedari tadi berada di pikiran wanita itu, bahwa kini bahagia nya sudah jauh terbang tinggi dan tidak bisa ia gapai. Asa nya di patahkan, oleh seseorang yang kini sudah mengontrol nya. Mengontrol kehidupan nya.
Hari ini adalah hari pemakaman Sehun. Kekasih yang sudah ia bunuh dengan tangan nya sendiri, Jennie melamun—mengabaikan kalimat dosen yang sedang mengajar di depan kelas. Kantung mata nya terlihat jelas, wajah nya yang biasanya bersinar dan ceria kini tampak muram—seolah badai sedang berada di atas kepala wanita itu.
Teman-teman sekelasnya memandang iba, Jennie tampak kurus dan linglung seperti orang bodoh. Nayeon teman dekat nya pun hampir tidak mengenali sifat baru Jennie yang tertutup dan pendiam seperti ini. Tentu saja mereka tak heran dengan perubahan yang terjadi pada wanita itu. hanya saja, mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka hanya berpikir—Jennie tengah patah hati karena ditinggal kekasihnya mati.
Ya benar. Kecuali Im Nayeon, sahabatnya.
"Baiklah..kuharap kalian tidak akan melupakan jika minggu depan saya akan mengadakan kuis. Jadi saya harap, materi hari ini akan kalian kuasai secepatnya. Kita bertemu minggu depan. Selamat menikmati akhir pekan."
Desahan berat mahasiswa-mahasiswi di kelas itu mengalun ketika dosen memberikan kalimat penutup tanda selesainya mata kuliah sore ini. Tidak ada keriuhan seperti biasanya, mahasiswa-mahasiswa itu berjalan dengan tenang meninggalkan kelas—tahu jika salah satu teman mereka sedang dalam keadaan tidak baik.
"Hey..kau baik-baik saja?"
Nayeon menghampiri Jennie. Hanya ada tiga orang di dalam kelas itu, Jennie hanya mengangguk. Suara berisik terdengar dari bangku belakang, Nayeon melirik—disana ada Taehyung yang sedang merapikan buku-buku nya untuk ia masukan ke dalam tas. Bunyi benda jatuh terdengar setelah itu, kacamata nya terlempar ke lantai. Nayeon menaikkan sebelah alisnya, ketika bibir Taehyung mengucap kalimat umpatan akibat hal tersebut.
"Hari ini aku akan menemani mu. Kita pergi bersama? Aku tidak akan membairkan mu sendirian."
"Aku tidak ingin pergi kemanapun."
"Ini hari pemakaman nya."
"Dia meninggalkan ku. Aku tidak mau melihatnya."
"Jane—"
"Aku ingin pulang, Nayeon." Jennie berdiri dari bangku nya, ia tersenyum simpul pada sahabatnya itu sebelum berlalu pergi. "Aku akan menghubungi mu, nanti." Ucapnya lagi.
Di bangku belakang, Taehyung yang masih belum beranjak sama sekali terlihat menyeringai karena jawaban anak kucing nya. Ia tertawa tanpa suara, mata nya menyiratkan kekelaman yang begitu menyeramkan—pikirnya, kenapa tidak dari dulu ia melakukan hal ini? Hanya dengan hal semudah itu, ia bisa memiliki Jennie tanpa ada satu orangpun yang mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession [END]
Fanfiction[SMUT] Kita berada di ruangan yang sama, ruangan yang penuh sesak dengan orang asing. Aku berdiri dalam kegelapan, dimana mata mu tidak bisa melihatku. Ya..aku harus mengikutimu meski kau tidak menginginkanku. Aku akan berada di sekitar mu, keman...