o b s e s s i o n
Banyak hal selalu meninggalkan jejak. Layaknya kopi yang diseruput tuntas menyisakan ampas, segelas cokelat yang di minum akan meninggalkan serpih pada bibir, serta senja di ujung hari yang akan selalu meninggalkan memori. Pun begitu dengan peristiwa-peristiwa yang ada di dalam kehidupan manusia. Ada peristiwa bahagia, ada juga peristiwa yang menyesakkan dada.
Namun ke awetan suatu ingatan tidak berlaku pada memori indah yang di peroleh dari suatu peristiwa, memori indah mudah sekali terhapus oleh sejentik saja memori buruk. Berbeda dengan memori buruk, mereka akan menempel layaknya parasite kemudian bergerombol dan menggerogoti hati hingga habis.
Begitulah apa yang terjadi pada Jennie sekarang.
Kenangan indah nya bersama Taehyung menguap, tergantikan lagi oleh kebencian yang semakin memuncak. Dia diam disana, menatap jendela yang terbuka—walau tak ada apapun yang bisa ia lihat, tidak ada yang bisa ia dengar.
Telapak tangan nya membelai lembut perut nya yang masih datar. Baru satu minggu yang lalu ia bersuka cita atas kehamilan nya, baru saja satu minggu lalu ia hendak mengatakan pada Taehyung bahwa dia sedang mengandung.
Saat itu di parkiran kampus, Jennie ingat—ia berjalan perlahan ketika telah meninggalkan dua orang yang sedang berdebat. Sesekali kepala nya menoleh ke belakang, berharap bahwa Taehyung segera menyusulnya. Ia berjalan, satu langkah setiap 10 detik. Namun nahas sekali, tepat ketika kepalanya menoleh mencari Taehyung, sebuah mini bus menabrak tubuh nya hingga terpental.
Sekarang, angan untuk dapat melihat bayi nya kelak sudah hilang. Dia bukan lagi si sempurna, dia hanya seorang gadis tuna netra dan tuna rungu.
"Si-siapa!"
Jennie tersentak kaget ketika merasakan seseorang menyentuh bahu nya, orang itu meraih telapak tangan Jennie dan mengarahkan telapak tangan itu pada wajah orang tersebut. Itu ibu nya.
"Ibu?" sang ibu mengangguk, walau Jennie tidak bisa melihatnya. "Aku lapar, aku ingin makan. Aku takut terjadi sesuatu pada bayiku kalau aku melewatkan makan lagi. Aku juga ingin makan buah, dan minum susu."
"Baik sayang.."
"Ibu mendengarku kan? Ibu belum pergi?"
"Belum nak."
"Tolong siapkan, ibu. Aku harus segera makan." Ucap Jennie dengan lantang, ia belum bisa terbiasa pada keadaan baru nya. "Tolong suapi aku, ya bu? Aku tidak bisa melihat.."
Mendengar celotehan putri kecil nya, wanita itu seperti tercekik. Jennie adalah permata hatinya, satu-satunya tujuan hidup baginya. Dia membesarkan Jennie dengan segenap perhatian dan cintanya. Mengapa anak tidak berdosa ini harus menerima karma sepedih ini? Tak kuasa ia menahan tangisan yang meluncur begitu saja dari pelupuk mata, Jennie nya begitu malang—gadis itu bahkan tak lagi mengeluh tentang keadaan nya yang serba kurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession [END]
Fanfiction[SMUT] Kita berada di ruangan yang sama, ruangan yang penuh sesak dengan orang asing. Aku berdiri dalam kegelapan, dimana mata mu tidak bisa melihatku. Ya..aku harus mengikutimu meski kau tidak menginginkanku. Aku akan berada di sekitar mu, keman...