12

11.9K 1.1K 244
                                    

o b s e s s i o n

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

o b s e s s i o n

Ini mustahil. Mungkin itulah dua kata yang sekarang ada di benak beberapa orang yang tengah memandangi mereka. Bagaimana bisa? Mungkin juga pertanyaan itulah yang sedang mereka gumamkan, pertanyaan yang tak lagi membutuhkan jawaban—karena nyatanya, jawaban itu sudah terjadi di hadapan mereka.

Surai berwarna blonde, manik mata tajam yang tak terhalangi oleh kaca mata besar. Tubuh tinggi semampai itu dengan begitu jantan berjalan di depan orang-orang, sambil menggandeng sebuah tangan mungil seorang perempuan. Telapak tangan halus yang terasa begitu dingin, pemuda itu menoleh—terlihat si perempuan sedang menggigiti bibirnya sendiri. Dia gugup, pada tatapan itu.

Mereka Taehyung dan Jennie. Sepasang muda-mudi yang menggemparkan seisi kampus karena berjalan bersamaan dengan dua tangan yang saling bertautan. Timbul pertanyaan dari banyak orang, kenapa si kutu buku bisa jadi se-tampan itu?

Taehyung mengubah warna rambutnya, kaca mata besar ia tanggalkan—punggung lebar itu juga tak lagi berjalan bungkuk, ia tegap menatap orang-orang yang sedang ternganga karena ketampanan nya.

"Aku harus ke ruang sinematrografi, ada barang ku yang ketinggalan di sana." Ucap pemuda itu, Jennie mengangguk. "Jadi pergi ke ruang BEM? Kau yakin akan mengundurkan diri?" perempuan itu mengangguk lagi, "Baiklah..kita bertemu di kelas, hubungi aku jika ada kesulitan."

Tanpa memperdulikan orang-orang, Taehyung meraih kepala Jennie mendekat dan mendaratkan sebuah kecupan pada kening gadis itu. Jennie tidak melawan, ia hanya memandang kosong ke depan. Ketika Taehyung telah pergi meninggalkan nya, dia masih termenung disana.

"Aku tidak ingin ikut campur..tapi, apa selama ini kau hanya pura-pura sedih?" sebuah suara membuat Jennie mendongakkan kepala, ia menatap lawan bicara nya—seorang perempuan yang ia kenal. "Maksudku..kau sudah melupakan nya."

Jennie tak kunjung menjawab pertanyaan itu. Bukan karena tidak mau, namun karena dia memang tidak punya jawaban untuk pertanyaan tersebut. Apa dia memang terpaksa? Tapi kenapa jantung ini berdetak cepat saat tangan itu menggenggam nya dengan erat? Apakah dia telah punya cinta yang baru? Tapi kenapa dia merasa begitu berdosa, karena telah mengijinkan perasaan itu tumbuh?

"Jane.." suara perempuan itu mengalun lembut, ia menyentuh lengan Jennie hingga menyadarkan nya dari lamunan nya sendiri. "Aku bahkan masih sering menangis, kau..tidak?"

Jennie ingin berteriak; aku juga, eonnie! Tapi dia terlalu malu mengatakan nya, karena keadaan yang ada tidak menghadirkan fakta yang seperti itu.

"Aku tidak menyalahkan mu. Hanya..sedikit kecewa." Ucapnya lagi, Jennie masih belum memberikan jawaban apapun. "Aku tidak tahu jika cinta mu padanya tidak sebesar itu, tidak apa-apa untuk memulai lagi—tapi apakah harus secepat ini?"

Perempuan di hadapan Jennie saat ini adalah perempuan yang baik. Mereka berteman, walau tidak begitu dekat. Perempuan itu sudah menganggap Jennie sebagai adik sendiri, walau saat itu—Jennie adalah alasan utama, penyebab hatinya menganga akan luka.

obsession [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang