amanah

9 1 0
                                    

"Ya, gue mau ngomong sama lo" ucap mama Lita kepada bunda Raya.

"Kalo mau ngomong, ngomong aja kali ta, ngga usah pak nanya segala" jawab bunda Raya

"Gini,gue rencana mau liburan sama suami sekitar 2-3 mingguan sekalian mau jenguk mama. Nah gue mau nitipin si Ara ama Vano dirumah lo, boleh ngga?"

"Kapan lo berangkatnya?"

"Lusa mungkin"

"Duh kok barengan sama gue yang ada proyek di Kalimantan ya ta? Padahal gue rencana mau nitipin Alde sama Abangnya dirumah lo eh malah kita perginya barengan." jelas bunda Raya diakhiri dengan kekehan

"Yaudah gini aja Ya, mereka dijadiin satu rumah aja, biar mereka belajar mandiri. Toh kan juga ada bibi yang bakal bantuin mereka." usul Mama Lita yang langsung disetujui oleh Bunda Raya.

"Iya tu bener banget. Biar si Ara sama Alde akur juga" ucap bunda Raya.

"Nah bener tu, mereka emang ngga pernah akur. Ara yang jail dan Alde yang dingin." mama Lita mengucapkannya dengan senyum merekah mengingat putra Putri mereka.

Tiba tiba ada sebuah mobil yang sangat mereka kenal, ya itu mobil Alde. Tapi untuk apa Alde pulang jam segini? Tidak biasanya?

Alde biasa pulang jam 3 sore katanya masih main basket dirumah Andra bersama Feri. Dan ini? Tepat pada pukul 13.30 ia sudah pulang. Tepat waktu sekali. Memang sekolah akan buyar pukul 13.00 wib.

Alde keluar begitu saja dari mobilnya, dan langsung menuju pintu mobil samping sopir.
Ia buka pintu itu dan menunjukkan seorang gadis yang terlihat menutup mata dengan guratan air muka yang pucat.

"Maaf ma, boleh Alde bawa Ara ke kamarnya? Kasian" ucap Alde sopan dan membuyarkan pertanyaan yang ada dikepala 2 orang paruh baya itu.

"Iya iya ayok masuk" ucap mama Lita.

"Al, itu Aranya kenapa? Kok pucet banget. Ara kenapa al? Dia sakit? Apa gimana?" pertanyaan berbondong bondong itu keluar dari mulut bundanya.

Alde hanya menghela nafas kasar ketika mendengar bundanya bertanya sebegitu banyaknya. Setelah ia membaringkan tubuh Ara, ia melepas semua sepatu Ara dan menutupinya dengan selimut.

"Al, jawab bunda kenapa si?" sungut bundanya

"Iya Al, itu kenapa Ara? Ngga biasanya" tambah mama Lita

Sungguh Alde bisa frustasi jika berdekatan dengan 2 wanita yang amat ia cintai ini lama lama.

"Pingsan, pas upacara" jawabnya singkat, padat namun belum dimengerti keduanya.

"Ha? Gimana si? Mama jadi bingung al. Bicara kamu agak panjang ngapa si? Emang kata kata yang keluar dari mulut kamu mahal harganya? Ngga kan?" omel mama lita.

"Pingsan pas upacara. Trs sekarang kya nya tidur ma" ucap Alde bersabar.

"Al, bunda ngga pernah lo punya gen dingin, ayah juga. Kenapa kamu jadi anak dingin banget si?" ucap bundanya kesal. Sebab Alde menjelaskan langsung pada intinya tidak dari awal sampai akhir.

"Maaf nda, mah. Alde pulang dulu" pamitnya lalu mencium punggung tangan mama Lita dan bundanya lantas ia beranjak turun kebawah dan pulang kerumah.

"Maafin Alde ya Ta emang gitu orangnya. Eh btw tadi perdana loh Alde perhatian sama perempuan. Biasanya ia paling anti sama yang begituan" ucap Bunda Raya

"Iya Ya gpp, bilangin ke Alde makasih banget udah mau nolong Ara. Haha biarin lah Ya, itung itung itu 1 kemajuan dari sifat Alde" jawab mama lita

"Yaudah aku pulang dulu ya Ta, kalo Ara udah bangun bilangin dapet salam dari aku, trs suruh main kerumahku" mereka berdua sama sama tertawa lirih. Lalu pergi meninggalkan Ara sendiri dikamar.

RadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang