"Ra, bang Rio mana?" tanya Alde lesu.
Ini sudah jam 8 malam dan kedua abangnya tak kunjung kelihatan juga."Mana gue tau" jawab Ara ketus
Alde mati matian menahan sakitnya itu. Ia benar benar dibuat lemah oleh penyakit satu ini. Kepalanya seperti sedang di rajam oleh semua orang pada 1 kampung.
Sekarang saja ia bertumpu pada meja didekat pintu kamar Ara.
"Kalo bang Vano?" tanyanya lagi
"Ngga tau" jawab Ara lagi
Alde tau benar jika sebenarnya gadis di depannya ini sedang marah padanya, masalah sepele memang namun ya sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur peribahasa nya.
-al lo kenapa si? Sakit? Kok wajah lo makin pucet aja? Tadi lo makan ngga sih? Gue khawatir bego!"- seru batin Ara
Alde hanya menatap Ara datar dan memutar badan hendak kembali ke kamarnya. Namun terlihat begitu sulit untuk melakukan itu semua.
Tanpa aba aba tubuh jenjang Alde ambruk didepan mata kepala Ara. Ia menyaksikan betapa sakitnya ketika Alde menahannya dan terus seperti itu.
"Al... " teriak Ara lalu menghampiri Alde yang sudah tergeletak di lantai
"Al.... Bangun dong! Jangan bikin gue khawatir terus bego!!!!" ucap Ara sembari menepuk nepuk pipi Alde.
Wajah yang beberapa hari lalu cerah kini berubah pucat dan membuat Ara bingung. Sebenarnya dirumah Bang vano dan bang Rio ada tapi mereka main ps dikamar bawah.
Dengan cepat Ara meneriaki mereka
"Bang...... bang Vano.... Bang Rio.... Tolongin ini, Alde sakit" teriaknya sekuat mungkin, entahlah mereka tak kunjung muncul juga."Al bangun please! Gue minta maaf udah cuekin lo. Udah bikin lo sakit juga. Al.. Bangun" tak terasa air mata gadis itu meluncur begitu saja. Ia tak rela jika melihat seorang yang selalu menjadi musuhnya kini terpejam erat dan lemah.
"Ra, alde kenapa ini?" tanya bang Rio khawatir
"Ngga tau bang tadi tanya Ara abang dimana tapi Ara lagi marahan, yaudah Ara jawab ngga tau. Terus waktu dia mau balik ke kamar, dia pingsan. Bang ayo bawa Alde kerumah sakit! " Ara terus saja menangis, hingga abangnya ikut bingung
"Iya iya ayo kita bawa kerumah sakit" ajak Bang Vano
Dengan segera mereka membopong Alde menuju mobil dan menyandarkan tubuhnya di tubuh Ara. Sedangkan vano yang menyetir dan Rio berada disamping Vano
"Al, lo kenapa si? Bangun nyet hiks" seru Ara
"Lo diem bisa ngga si cil? Dari tadi nangis mulu" kesal Vano
"Alde pucet banget bang, kasian" ucapnya sesegukan.
Untung saja jalanan lumayan lenggang, jadi mereka bisa sampai rumah sakit dengan cepat.
"SUS TOLONG ADIK SAYA! CEPET" teriak Rio menggebu.
Ia tau apa yang sedang Alde alami, pasti sakitnya kambuh.
"Kalian tunggu disini dulu ya. Dokter akan periksa pasien terlebih dahulu" ucap seorang suster
Mereka masih Setia menunggu Alde, entah mengapa disini yang paling gundah adalah Ara. Mungkin Ara belum tau jika Alde phobia ketinggian dan mempunyai tifus.
"Bang, ara takut" cicitnya pada abangnya
"Santai aja Ra, Alde bakal baik baik aja" ucap bang Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radar
Teen Fiction"Aldebara Putra Atmaja, gue benci sama lo" ucap gadis mungil itu "Me too Cil" balas Alde *** Gimana rasanya Ketika seorang laki laki yang kalian benci, yang kalian anggep troublemaker dihidup kalian ternyata yang bikin...