Mereka pun menuju Unit Kesehatan Sekolah. Disana, mereka mendapatkan perawatan oleh petugas Palang Merah.
"Kau tidak apa-apa?"
Tanya Harley."Aku tidak apa-apa."
Jawab Nana."Sekali lagi aku minta maaf karena telah melibatkan dirimu tadi."
Ujar Harley."Tenanglah Harley, aku sudah melupakan hal itu."
Ujar Nana."Syukurlah."
Ujar Harley lega."Apakah kau sering di bully oleh teman-temanmu?"
Tanya Nana."Iya, aku sering sekali di bully. Bukan hanya dia saja, tapi ada banyak orang yang membullyku."
Jawab Harley."Mengapa mereka membullymu? Pasti ada alasannya."
Tanya Nana."Aku selalu mendapatkan nilai terbaik di kelasku. Tapi mereka tidak suka dan iri kepadaku."
Ujar Harley yang jauh dari kesombongan."Aneh juga ya, aku harap kau bisa sabar ya. Semuanya pasti akan berakhir."
Ujar Nana memberi semangat."Terima kasih Nana."
Ujar Harley."Sama-sama."
Ujar Nana."Bolehkan kau menjadi temanku?"
Tanya Harley."Bukan teman, melainkan sahabat."
Jawab Nana."Jadi, kau mau kita bersahabat?"
Tanya Harley."Tentu saja."
Ujar Nana.Mereka pun saling mengikat jari kelingking satu sama lain sebagai awal hubungan persabatan.
"Kau sudah baikan Nana?"
Tanya Harley."Sepertinya iya."
Jawab Nana."Kita kembali ke kelas masing-masing ya. Pasti pelajaran akan segera di mulai."
Ujar Harley."Benar juga, kita tidak boleh terlambat."
Ujar Nana.Mereka pun keluar dari Unit Kesehatan Sekolah dan menuju ke kelas mereka masing-masing. Sebelum itu, mereka berpamitan satu sama lain.
"Baiklah karena kelas kita berbeda jadi kita harus berpisah."
Ujar Nana."Ya aku tahu."
Ujar Harley."Semangat ya Harley. Buktikan kepada mereka bahwa kau dapat bertahan dengan bullyan mereka. Anggap saja itu adalah angin lalu belaka."
Ujar Nana memberikan semangat."Terima kasih telah memberiku semangat."
Ujar Harley."Sama-sama, aku pergi dulu ya."
Ujar Nana.Mereka pun saling berpisah satu sama lain. Harley pun menuju kelasnya dengan percaya diri dan mengikuti pelajaran disana.
***
Bel pulang sekolah sudah di bunyikan. Para siswa/siswi sudah keluar dari sekolahnya.
Ada yang masih belum keluar karena ingin mengumpulkan tugas, ada juga yang masih bercanda ria bersama teman-temannya.
Harley yang sudah keluar sekolah pulang dengan menaiki bis. Pada saat ia masih menunggu bis, tiba-tiba saja seseorang menepuk bahunya. Karena terkejut, Harley pun menengok ke belakang.
"Ohh Nana, kau naik bis juga ya?"
Tanya Harley."Tentu saja, aku selalu menggunakan bis."
Jawab Nana."Sebaiknya kita saling menunggu saja."
Ujar Harley.Tak lama kemudian, bis pun datang dan mereka mulai masuk kedalam bis itu. Mereka duduk berdua di posisi tengah.
"Hmm, apakah kau sering menggunakan bis?"
Tanya Nana."Ya, aku selalu menggunakan bis."
Jawab Harley."Kalau begitu, bagaimana kita pulang bersama saja tiap hari? Agar kita merasa di temani seseorang."
Tanya Nana."Baiklah, kita pulang bersama nanti."
Jawab Harley.Bis pun berhenti ke salah satu Halte. Mereka berdua pun turun dari bis itu dan membayarnya.
"Kau tinggal dimana?"
Tanya Harley."Aku di sebelah barat perumahan ini."
Jawab Nana menunjuk sebuah perumahan."Wah terbalik ya. Aku sebelah kanannya."
Ujar Harley."Hmm aku juga tida tau hehehe."
Ujar Nana."Baiklah aku pergi dulu ya. Sampai ketemu nanti besok."
Pamit Harley."Ya, sampai ketemu besok nanti."
Ujar Nana.Mereka pun menuju rumah mereka masing-masing.
Harley yang sudah berada di depan rumahnya mulai membuka pintu rumah dan menuju ke lantai atas yang merupakan kamar miliknya.
Namun, pada saat ia baru mencapai tangga. Sang ibu yaitu Lesley menahannya sebentar.
"Kau sudah pulang nak?"
Tanya Lesley."Sudah bu."
Jawab Harley.Lesley merasa ada yang aneh kepada Harley. Matanya yang tajam tertuju pada sebuah luka di pipi Harley.
"Kenapa kau luka seperti ini? Apakah kau habis dipukuli?"
Tanya Lesley."Ah tidak bu, ini hanya luka pada saat jatuh saja bu hehe."
Jawab Harley terkekeh."Baiklah, pergilah ganti bajumu kemudian kau makan ya."
Ujar Lesley."Baik bu."
Ujar Harley.Harley pun dapat naik ke kamarnya dengan lega.
"Syukurlah ibu tidak curiga kepadaku."
Batin Harley lega.***
Pada saat tengah malam, Lesley membicarakan sesuatu kepada Gossen.
"Gossen."
Panggil Lesley."Ya ada apa Lesley."
Tanya Gossen."Aku khawatir dengan anak kita."
Jawab Lesley."Mengapa kau khawatir Lesley? Apakah ada yang salah kepada anak kita?"
Tanya Gossen."Iya ayah. Pada saat Harley pulang, aku melihat sebuah luka di pipinya. Harley bilang bahwa luka itu karena kecelakaan kecil. Namun, aku yakin itu bukanlah sebuah kecelakaan. Aku yakin itu adalah luka pukulam oleh seseorang karena aku sudah sering merasakannya."
Jawab Lesley."Hmm sepertinya dia di bully di sekolahnya. Tapi bagaimana bisa? Dia adalah bintang kelas dan harusnya teman-temannya menyukainya."
Ujar Gossen bingung."Mereka pasti iri kepada prestasi anak kita. Aku takut Gossen jika Harley bernasib sama dengan masa lalu kita. Di bully, di caci maki, di pukul, di siksa, aku tidak ingin anakku mendapatkan berbagai pembullyan itu."
Ujar Lesley menangis.Gossen pun segera memeluk Lesley.
"Tenanglah, kita berdoa kepada tuhan agar anak kita baik-baik saja."
Ujar Gossen.Bersambung.
Saya mengucapkan selamat berpuasa. Semoga kita tahan dari hawa nafsu sampai waktu berbuka tiba, amin.
Ikuti terus cerita ini ya.
Terima Kasih...

KAMU SEDANG MEMBACA
Unspecifed Destiny
FanfictionPeringatan: semua cerita ini hanyalah fiksi belaka dan memang sedikit di luar nalar manusia. Harap maklum. Cerita rumusan dari anggota Febri Lovers terutama Eba Muhammad dan Reyhan Hanafi. Thanks atas rumusan cerita ini. Harley, anak dari pasangan L...