Part 10

244 24 14
                                    

Beberapa polisi datang ke sekolah. Salah satunya adalah sang ketua kepolisian yaitu polisi Hayabusa.

Para polisi pun langsung menuju ke ruang kepala sekolah. Sang kepala polisi pun masuk dengan beberapa polisi. Sedangkan yang lainnya berjaga di luar ruangan.

Ketua kepolisian Hayabusa bertemu dengan sang Kepala Sekolah yaitu Alice.

"Halo nona, apakah anda Kepala Sekolah di sekolah ini?"
Tanya Hayabusa.

"Ah itu benar, saya adalah Mrs Alice. Saya adalah Kepala Sekolahnya."
Jawab Alice.

"Ah baiklah, saya adalah Ketua Kepolisian Land Of Dawn, Mr Hayabusa. Salam kenal nona."
Ujar Hayabusa.

Mereka berdua pun membicarakan sesuatu yang penting pada saat mereka sudah duduk di sebuah sofa.

"Baiklah, ada masalah apa tuan datang ke sekolah kami?"
Tanya Alice.

"Baiklah langsung saja nona, ada sebuah pembunuhan yang korbannya merupakan siswa di sekolah ini."
Jawab Hayabusa.

"Ya saya sudah tahu kabar itu. Kami juga memang menunggu kehadiran polisi untuk menyelidiki kasus ini."
Ujar Alice.

"Kalau begitu, apakah nona tahu siapa wali kelas murid tersebut?"
Tanya Hayabusa.

"Ohh iya saya tahu kok. Mau saya panggilkan?"
Jawab Alice sambil tanya balik.

"Tidak perlu, lebih baik aku bertanya padanya langsung di kelas korban."
Jawab Hayabusa.

"Baiklah, mari saya antarkan."
Ujar Alice.

Alice dan Hayabusa pun pergi ke sebuah kelas. Alice pun memanggil seorang guru yang sedang mengajar di kelas itu.

"Maaf bu Fanny, anda di panggil oleh seseorang."
Ujar Alice.

Terpaksa sang guru yaitu Fanny memberhentikan pelajaran dan segera keluar dari kelas.

Fanny sempat terkejut karena ada seorang pria tampan di depannya..

"Ini adalah kepala kepolisian Hayabusa. Dia ingin menanyakan tentang kasus pembunuhan yang terjadi oleh salah satu murid dari kelas ini."
Ujar Alice.

"Halo, saya adalah polisi Hayabusa. Apakah anda adalah wali kelas korban?"
Tanya Hayabusa.

"Iya benar saya Fanny dan saya adalah wali kelasnya."
Jawab Fanny.

"Bisakah kita berbicara empat mata tanpa gangguan siapapun?"
Tanya Hayabusa.

"Silahkan saja tuan."
Jawab Fanny.

"Baiklah, saya pamit dulu untuk melanjutkan tugas saya. Kami harap, semuanya akan selesai."
Ujar Alice.

"Baiklah nona, kami akan berusaha semaksimal mungkin."
Ujar Hayabusa.

Fanny dan Hayabusa pun pergi ke sebuah ruangan yang kosong dan tertutup agar mereka dapat fokus dalam pembicaraan.

"Baiklah nona Fanny, ada beberapa pertanyaan yang ingin aku sampaikan padamu. Jangan terlalu kaku, rileks saja. Aku tidak akan berbuat apapun pada nona."
Ujar Hayabusa.

"Baiklah silahkan saja tuan."
Ujar Fanny.

"Apakah anda tahu seorang murid di kelas anda bernama Cyclops?"
Tanya Hayabusa.

"Itu benar, dia adalah murid saya."
Jawab Fanny.

"Bagaimana sifat dan perilakunya di sekolah?"
Tanya Hayabusa.

"Sebenarnya, dia adalah anak yang cukup nakal. Mungkin sangat nakal. Dia sering membully teman-temannya. Saya sudah memberikan berbagai hukuman padanya seperti peringatan, skors, pemanggilan orangtua. Tapi itu tidak membuatnya jera sama sekali. Bahkan dia semakin nakal."
Jawab Fanny.

"Hmm, apakah ada murid yang sering di bully olehnya?"
Tanya Hayabusa.

"Iya ada satu murid. Dia sering di bully, bahkan memukulnya."
Jawab Fanny.

"Siapa murid itu?"
Tanya Hayabusa.

"Dia adalah Harley, dia adalah murid yang cukup pintar di sekolah ini. Namun, ia sering di bully di sekolah dan Cyclops adalah yang paling membullynya bahkan memukulnya. Terakhir sebelum Cyclops tewas, ia sempat memerintahkan kelompoknya yang juga menjadi korban untuk memukuli Harley bersamaan."
Jawab Fanny.

"Bisakah anda memanggil murid itu? Mungkin dia bisa jadi penunjuk untuk kasus ini."
Tanya Hayabusa.

"Baik akan saya panggilkan."
Ujar Fanny.

Fanny pun keluar dari ruangan dan memanggil Harley. Tak lama kemudian, Harley sudah bersama Fanny dan masuk ke ruangan itu.

"Hmm jadi kau yang bernama Harley?"
Tanya Hayabusa.

"Iya benar itu saya pak."
Jawab Harley.

"Sebelum itu, nona Fanny bisa pergi dari ruangan. Saya ingin bertanya padanya secara khusus. Terima kasih atas jawaban anda."
Ujar Hayabusa.

"Sama-sama tuan."
Ujar Fanny.

Fanny pun pergi meninggalkan ruangan.

"Baiklah Harley, aku akan menanyakan beberapa hal kepadamu. Jangan takut nak, aku tidak akan menangkapmu kok."
Ujar Hayabusa.

"Baiklah aku siap."
Ujar Harley.

"Apakah kau kenal dengan Cyclops?"
Tanya Hayabusa.

"Ya saya kenal dengannya."
Jawab Harley.

"Apakah dia sering membullymu?"
Tanya Hayabusa.

"Iya itu benar."
Jawab Harley.

"Apakah kau tahu Cyclops di bunuh secara sadis?"
Tanya Hayabusa.

"Iya aku tahu dari tv rumahku."
Ujar Harley.

"Hmm baiklah sepertinya kau memang tidak tahu apa-apa. Kau boleh pergi untuk belajar kembali."
Ujar Hayabusa.

"Tapi aku memiliki satu pertanyaan untuk anda."
Ujar Harley.

"Apa itu? Silahkan saja."
Tanya Hayabusa.

"Kenapa kalian peduli padanya? Sedangkan tidak ada yang peduli padaku? Kau tahu, rasanya sakit sekali di bully oleh seseorang."
Jawab Harley protes.

"Ini adalah kasus pembunuhan. Apapun orangnya baik dia adalah tersangka sendiri ataupun seorang korban, kami harus mengusut tuntas hingga semuanya selesai."
Balas Hayabusa.

"Ah percuma saja bicara dengan kalian, tidak akan mengerti oleh kalian semua."
Marah Harley.

Harley pun pergi dengan perasaan marah. Hayabusa hanya menggelengkan kepala melihat sifat Harley.

"Hmm dasar remaja. Emosinya sangat labil dan tidak stabil."
Batin Hayabusa.

Harley pun pergi dengan perasaan marah.

"Cih polisi bodoh, kau kira di bully itu menyenangkan? Aku juga tidak perlu polisi. Toh aku sudah menghukumnya sesuai dengan perbuatannya."
Batin Harley kesal.

Bersambung.

Ikuti terus cerita saya ya.

Terima Kasih...

Unspecifed DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang