Part 12

210 21 5
                                        

UNSPECIFED DESTINY.

(PART 12)

Sebelum ia pergi dari sekolah itu, Hayabusa pun kembali menemui sang kepala sekolah kembali untuk berterima kasih karena telah membantunya.

"Terima kasih nona atas bantuan yang nona berikan untuk penyelidikan ini."
Ujar Hayabusa.

"Sama-sama tuan, saya harap anda dapat menangkap pelaku dengan segera."
Ujar Alice.

"Akan saya usahakan yang terbaik."
Ujar Hayabusa.

Setelah itu, Hayabusa memerintahkan beberapa polisi lainnya untuk ikut pergi dari sekolah itu.

Hayabusa pun masuk di mobil pribadinya yang di kendarai oleh supirnya sendiri dan sudah di jaga oleh beberapa mobil polisi yang ikut bersamanya.

"Baiklah kita pergi menuju kantor."
Perintah Hayabusa.

"Baik tuan."
Ujar sopir.

Mobil pun melaju pergi meninggalkan sekolah itu. Sepanjang perjalanan, Hayabusa masih terus memikirkan tentang Harley.

"Aku masih bingung dengan anak itu. Sepertinya ada sesuatu yang aneh dalam dirinya."
Batin Hayabusa.

"Emm sepertinya kita tidak usah ke kantor terlebih dahulu. Kita menuju rumah kosong itu yang merupakan TKP kasus pembunuhan itu."
Ujar Hayabusa.

"Baiklah tuan kita ubah jalurnya."
Ujar sopir.

Hayabusa tidak jadi menuju kantornya. Melainkan ia menuju rumah kosong yang merupakan TKP kasus pembunuhan itu.

Sesampainya disana, ia melihat bebebrapa polisi masih menyelidiki rumah kosong itu dari luar.

"Apakah kalian menemukan bukti lagi selain pisau itu?"
Tanya Hayabusa.

"Tidak ada pak, hanya itu saja satu-satunya bukti yang kami temukan."
Jawab salah seorang polisi.

"Baiklah, kalian tidak memasuki rumah kosong ini tanpa seizinku bukan?"
Tanya Hayabusa.

Mereka mengangguk yang berati iya.

"Baiklah, aku akan masuk ke dalam rumah ini sendiri agar aku dapat menyelidiki dengan kemampuanku."
Ujar Hayabusa.

"Baiklah tuan."
Ujar mereka serempak.

Hayabusa mulai membuka pintu besar rumah itu dan masuk ke dalamnya. Tiba-tiba saja, pintu itu tertutup dengan sendirinya pada saat Hayabusa sudah masuk.

Hayabusa pun mulai berkeliling menyelidiki rumah kosong itu dengan kemampuan rahasia miliknya.

Ia pun menyalakan sebuah senter di ponselnya agar dapat melihat ruangan itu.

Hayabusa terus berkeliling dan merasakan hal-hal yang cukup aneh.

Bahkan, ia dapat melihat beberapa bayangan potongan adegan pembunuhan itu dengan mata batinnya.

"Cukup sadis sekali. Aku harap kau tenang disana."
Batin Hayabusa datar.

Ia tidak menemukan bukti apapun di dalam rumah itu. Walau ia mendapatkan potongan adegan itu di pikirannya, ia masih belum bisa menyimpulkan siapa pelakunya.

Ia pun keluar dari rumah kosong itu dengan tangan kosong.

"Tidak ada bukti lagi disini. Segera bersihkan rumah kosong ini. Dan sepertinya rumah ini sebaiknya di hancurkan saja agar tidak menjadi incaran para penjahat untuk membunuh orang disini."
Ujar Hayabusa.

"Baiklah tuan, akan kami lakukan sesuai dengan perintah anda."
Ujar polisi.

Hayabusa pun kembali masuk ke kamar dan pergi dari rumah kosong itu menuju kantor miliknya.

Sesampainya di kantor polisi, ia pun langsung masuk ke ruangan miliknya dan segera membuka dan mengecek laci meja kerjanya.

Ia menemukan sebuah plastik transparan yang berisikan sebuah pisau yang masih terdapat bercak darah kering.

Ia mulai menggunakan sarung tangan plastik miliknya dan mengambilnya dengan hati-hati lalu membawanya ke sebuah alat scan sidik jari.

Ia mulai menyalakan alat scan itu. Alat tersebut mulai mengeluarkan cahaua yang menyilaukan dan mendeteksi pisau itu dari berbagai arah.

Tak lama kemudian, hasil scan itu keluar otomatis dalam bentuk sebuah gambar X Ray.

Hayabusa menyelidiki gambar itu dengan seksama. Ia pun menemukan sebuah sidik jari di pisau itu.

Sidik jari itu cukup kecil untuk seorang pembunuh pada umumnya.

"Sidik jari yang cukup aneh. Aku tidak pernah liat seorang pembunuh dengan sidik jari seperti itu."
Batin Hayabusa bingung.

Ia meneliti kembali dan tahu bahan itu adalah sidik jari seorang remaja.

"Ternyata seorang remaja yang menjadi pembunuh. Aku tidak menyangka bahwa dia menjadi seperti itu."
Batin Hayabusa.

Namun, pikiran Hayabusa langsung tertuju kepada Harley kembali.

"Hmm, dia marah karena polisi menyelediki kasus ini dan sidik jari pembunuh ini adalah seorang remaja. Apakah ada hubungannya dengan dia?"
Batin Hayabusa bingung.

Ia pun segera memanggil bawahannya untuk ke ruangannya segera. Setelah salah seorang bawahan telah sampai di ruangan, ia menyampaikan sesuatu kepada bawahannya.

"Besok, kita akan kembali melakukan penyelidikan di sekolah itu. Kita akan melakukan tes sidik jari di tiap kelas. Aku akan mengawasi sebuah kelas dan tidak ada yang bisa menolak pilihanku. Beritahu kepada semua anggota."
Perintah Hayabusa.

"Baik tuan."

Bawahannya pun keluar dari ruangan. Hayabusa kembali duduk di kursi kerjanya dan berpikir.

"Hmm, kita lihat sekarang. Apakah kau pembunuhnya atau bukan Harley."
Gumam Hayabusa.

Bersambung.

Ikuti terus cerita ini ya.

Terima Kasih...

Unspecifed DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang