Part 14

221 28 15
                                    

***

Keesokan harinya, Harley sedang mempersiapkan diri untuk ke sekolah.

"Kau sudah siap sayang?"
Tanya Lesley.

"Sebentar lagi bu."
Jawab Harley.

Tok. Tok. Tok.

Suatu ketukan pintu membuat Harley sedikit terkejut.

"Siapa itu nak?"
Tanya Lesley.

"Aku tidak tahu bu, aku buka pintunya dulu ya."
Ujar Harley.

Pada saat ia ingin membuka pintu, tiba-tiba sebuah tangan menahannya.

"Biar nenek saja yang membukanya. Siapkan dirimu saja untuk ke sekolah. Ayahmu sedikit lagi sudah siap."
Ujar Rafaela.

"Baiklah nek."
Ujar Harley.

Rafaela pun membuka pintu rumahnya. Ia melihat beberapa anggota polisi sudah berada di depan rumahnya.

"Maaf nona, apakah benar ini adalah rumah dari seorang anak dari Harley?"
Tanya Hayabusa.

"Iya benar saya adalah neneknya sendiri. Ada apa kalian datang kemari?"
Jawab Rafaela sekaligus menanyakan balik.

"Kami dari kepolisian ingin mengatakan sesuatu kepadanya."
Ujar Rafaela.

Pada saat diskusi mereka masih berlangsung, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Rafaela.

"Siapa mereka bu?"
Tanya seorang pria yang ternyata adalah Gossen.

"Ada polisi yang datang ke rumah kita. Dia menanyakan tentang Harley."
Jawab Gossen.

"Hmm, apakah kita panggil saja atau bagaimana bu?"
Tanya Gossen.

"Sepertinya jangan terlebih dahulu. Ibu akan mengurus mereka terlebih dahulu."
Jawab Rafaela.

Gossen pun pergi dari depan pintu itu. Mereka berdua kembali berbicara.

"Tapi, apakah kalian memiliki surat resmi?"
Tanya Rafaela.

"Tentu saja nona."
Ujar Hayabusa memberikan sebuah surat kepada Rafaela.

Rafaela membaca surat itu dengan seksama, ia pun tidak bisa mengelak lagi kepada polisi.

"Jadi, bisakah anda memanggil anak itu?"
Tanya Hayabusa.

"Baiklah, akan saya panggilkan."
Jawab Rafaela.

Rafaela masuk sebentar dan kembali keluar dengan membawa Harley. Gossen dan Lesley pun juga ikut keluar.

Harley melihat anggota polisi tersebut. Ia merasakan sesuatu yang tidak enak di hatinya.

"Halo Harley."
Sapa Hayabusa.

"Ah halo juga tuan polisi."
Balas Harley.

"Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu."
Ujar Hayabusa.

"Apa itu tuan?"
Tanya Harley.

Crakk.

Tangan kiri Harley di borgol bersamaan dengan tangan kanan Hayabusa.

"Kenapa saya di borgol tuan?"
Tanya Harley panik.

"Anda kami tangkap atas kasus pembunuhan. Dan anda juga harus ikut kami ke kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan atas semua yang kau lakukan."
Jawab Hayabusa.

"Hei sepertinya kalian salah orang. Cucuku tidak akan membunuh seseorang."
Protes Rafaela.

"Kami memiliki buktinya nona."
Ujar Hayabusa memperlihatkan sebuah pisau dengan bercak darah yang di bungkus oleh plastik transparan ke arah mereka.

"Ini adalah pisau yang di gunakannya untuk membunuh korbannya. Kami menemukan sidik jarinya berada di pisau ini."
Sambung Hayabusa.

"Tunggu, ini seperti pisau dapur yang sempat hilang beberapa hari yang lalu."
Ujar Lesley.

Sontak saja semuanya tersentak dengan pernyataan itu.

"Aku tidak menyangka jika anakmu ini juga pandai berakting. Dia terlihat biasa saja. Padahal dia pembunuhnya. Rasa psikopatnya dapat aku rasakan dengan sangat jelas sekali."
Ujar Hayabusa.

"Baiklah, semua protes kalian dapat di bicarakan di pengadilan nanti."
Sambung Hayabusa.

Hayabusa pun membawa Harley pergi dengan penjagaan yang cukup ketat kemudian pergi meninggalkan rumah mereka.

Lesley langsung syok dan menangis tersedu-sedu hingga ia pingsan seketika.

"Astaga, bawa istrimu untuk beristirahat. Ibu akan merawatnya nanti. Dan juga ibu akan menjadi pengacara dalam kasus ini. Tenang saja."
Ujar Rafaela.

"Baik bu."
Ujar Gossen.

Gossen pun segera membawa Lesley ke kamar. Rafaela masih berpikir tentang Harley.

"Tidak mungkin jika cucuku adalah psikopat. Aku harus melakukan segala cara untuk menyelamatkan cucuku yang kusanyangi."
Batin Rafaela.

Ia pun menutup pintu dan menuju kamar untuk mengobati Lesley dengan cepat.

Sesampainya di kamar, ia langsung melakukan pertolongan pertama kepada Lesley.

Lesley pun kembali sadar dari pingsannya.

"Dimana Harley?"
Tanya Lesley.

"Tenangkan dirimu dulu Lesley. Anak kita di tangkap oleh pihak kepolisian."
Jawab Gossen.

Lesley pun kembali menangis. Terpaksa Gossen pun memeluk Lesley untuk meredakan tangisannya.

"Kenapa hidup selalu seperti ini? Hiks, ternyata penderitaan kita belum berakhir sampai disini."
Ujar Lesley menangis.

"Tenanglah Lesley, tuhan sedang memberikan ujian kepada kita. Ibu akan berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan Harley. Kita berdoa saja kepada tuhan agar ujian ini segera berakhir."
Ujar Rafaela.

Bersambung.

Ikuti terus cerita saya ya.

Terima Kasih...

Unspecifed DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang