Part 11

209 28 24
                                    

Pemberitahuan: Ada kesalahan peran disini. Seharusnya Fanny adalah orang tua Cyclops. Namun, di part sebelumnya dia menjadi wali kelasnya. Jadi, Fanny adalah orang tua Cyclops. Bukan wali kelasnya. Harap maklum karena ini adalah kesalahan saya.

Happy Reading

***

Namun, Hayabusa masih bingung melihat sifat Harley yang cukup aneh.

Ia pun berusaha mencari Harley dan ia menemukan kembali Harley belum jauh dari ruangan lalu menanyakan kembali kepadanya tentang kasus itu.

"Maaf nak, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan lagi padamu."
Ujar Hayabusa.

"Apalagi tuan?"
Tanya Harley kesal.

"Apakah dia memiliki dendam padamu?"
Tanya Hayabusa balik.

"Aku tidak tahu soal itu."
Jawab Harley tidak peduli.

"Apakah kau membencinya?"
Tanya Hayabusa.

Pertanyaan Hayabusa membuat Harley terdiam seketika. Namun, Harley tidak ingin lagi di tanya kembali.

"Aku tidak tahu soal itu. Aku tidak ingin membicarakan ini lagi."
Ujar Harley.

Harley pun pergi dengan cepat dari hadapan Hayabusa dengan membuang muka.

Hayabusa masih penasaran dengan kasus ini.

"Hmm aneh, awalnya dia biasa saja. Kenapa sekarang dia marah kepadaku?"
Tanya Hayabusa bingung.

Ia pun tidak ingin memikirkan hal itu terus menerus dan ingin mencari satu saksi kembali. Ia pun menanyakan hal ini kepada kepala sekolah kembali.

Ia memerintahkan para polisi untuk memanggil sang kepala sekolah untuk ke ruangan.

Pada saat sang kepala sekolah sudah di panggil di ruangan. Hayabusa pun mempersilahkannya duduk.

"Maaf nona, ada satu hal lagi yang ingin saya tanyakan."
Ujar Hayabusa.

"Silahkan saja."
Ujar Alice.

"Aku masih penasaran dengan kasus ini. Apakah kau tahu teman yang dimiliki oleh Harley?"
Tanya Hayabusa.

"Hmm, sepertinya iya. Pada saat ia di pukuli oleh kelompok yang menjadi korban itu, seorang gadis membantunya ke Unit Kesehatan Sekolah."
Jawab Alice.

"Apakah nona tahu siapa orang itu?"
Tanya Hayabusa.

"Iya, dia adalah Nana. Mereka sudah terlihat sangat akrab sekali satu sama lain. Bahkan Nana membawa Harley pulang ke rumahnya untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut."
Jawab Alice.

"Maaf, bolehkah nona memanggilnya kemari dan meninggalkan kami nanti?"
Tanya Hayabusa.

"Tentu saja tuan."
Jawab Alice.

Kepala sekolah Alice keluar dari ruangan dan memanggil Nana untuk ke ruangan itu.

Alice membawa Nana masuk ke ruangan itu dan pergi meninggalkannya setelah diberi beberapa arahan dari Alice.

Nana pun masuk ke ruangan itu dengan gugup dan takut. Pasalnya, ia tidak pernah mengalami hal seperti ini. Di tanya oleh seorang polisi, bahkan ketua kepolisian di suatu ruangan yang cukup gelap.

"Halo, aku adalah ketua kepolisian Hayabusa. Tenanglah gadis kecil, aku hanya ingin menanyakan beberapa hal kepadamu. Jangan takut ya. Apakah kamu sudah siap?"
Ujar Hayabusa.

"Baiklah aku siap tuan."
Ujar Nana.

"Baiklah, apakah kau sering di bully oleh Cyclops?"
Tanya Hayabusa.

"Itu benar, tapi tidak sesering temanku."
Ujar Nana

"Siapa temanmu itu?"
Tanya Hayabusa.

"Dia adalah Harley."
Jawab Nana.

Jawaban Nana membuat Hayabusa berpikir sejenak.

"Hmm dia pasti ada hubungan dengan Harley."
Batin Hayabusa.

"Apakah kau tahu bahwa Harley membencinya?"
Tanya Hayabusa.

"Ya begitulah."
Ujar Nana.

"Dan apakah kau membencinya juga?"
Tanya Hayabusa.

"Iya itu benar, aku juga tidak suka jika ia menindas orang lain."
Ujar Nana.

"Apakah Harley pernah memiliki keinginan untuk melawannya?"
Tanya Hayabusa.

"Itu benar sekali, dia ingin sekali melawannya. Namun, ia cukup lemah dalam melawannya dan ia selalu kalah darinya."
Jawab Nana.

"Bagaimana reaksi Harley pada saat mengetahui bahwa dia telah di bunuh oleh seseorang yang tidak di kenal?"
Tanya Hayabusa.

"Awalnya dia sempat kaget. Namun, sikapnya mulai kembali seperti biasa."
Jawab Nana.

Hayabusa berpikir cukup lama untuk mencari pertanyaan yang ada di otaknya.

"Baiklah sepertinya itu saja yang aku pertanyakan padamu. Terima kasih ya atas kejujurannya."
Ujar Hayabusa.

"Sama-sama tuan."
Ujar Nana.

"Sekarang keluar dari ruangan ini dan kembali belajar dengan tenang ya."
Ujar Hayabusa.

Nana pun pergi meninggalkan ruangan itu dengan perasaan tenang.

Hayabusa masih berpikir keras tentang Harley.

"Sepertinya ada sebuah kejanggalan disini, aku tidak tahu apa itu. Tapi aku dapat merasakannya."
Batin Hayabusa bingung.

"Dan juga, aku sudah menggali banyak informasi di sekolah ini. Lebih baik aku pergi dari sini dan menyelidiki lebih lanjut di kantor."
Gumam Hayabusa.

Hayabusa pun segera pergi dari ruangan itu dan pergi dari sekolah itu.

Bersambung.

Maaf jika agak kurang seru, tapi mungkin part selanjutkan akan seru kok.

Ikuti terus cerita ini ya.

Terima Kasih...

Unspecifed DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang