BAGIAN 23

10.7K 746 7
                                    

Lihatlah dunia dengan cara menunduk, maka kamu akan dapat mensyukuri semua nikmat yang telah Allah berikan.

* * *

TERUS BELAJAR

Persiapan menjelang Ramadhan telah selesai dilakukan oleh para santri dan santriwati di Pesantren Al-Mu'min. Abah dan Bu Nyai juga sudah bersiap menghadiri acara malam pembukaan tersebut yang akan dilaksanakan setelah shalat tarawih.

Firman dan Tio terus menatap Rasya yang malam ini diminta untuk menjadi pembawa materi.

"Gimana? Saya sudah kelihatan gagah belum?," tanya Rasya.

Tio terkekeh, sementara Firman hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Rasya yang terkadang kelewatan. Ardi yang baru saja datang pun menjatuhkan tatapannya secara langsung kepada Rasya.

"Astaghfirullah Akh Rasya..., kamu mau berdakwah atau cari perhatian? Kenapa harus berpakaian dengan cara seperti itu?," tanya Ardi.

"Sejak tadi saya mau menanyakan hal yang sama, tapi saya nggak enak...," celetuk Tio, sambil cekikikan.

"Biarkan saja Akh Ardi..., kalau pada akhirnya nanti Akh Rasya ditertawakan oleh para jama'ah, ya jangan salahkan siapapun...," saran Firman, santai.

"Kalian ini ngomongin apa sih??? Apa yang salah dengan penampilanku???," Rasya merasa jengkel.

Ardi sedang berusaha menahan tawanya, sementara Tio sudah tak sanggup lagi.

"Akh Rasya..., baju koko yang Akh Rasya pakai itu sangat bagus. Warna biru tua dengan hiasan bordir berwarna silver dan putih, sangat indah dipandang...," ujar Firman.

"Pecinya juga bagus Akh Rasya..., warna silver..., sesuai dengan warna bordir pada baju koko yang Akh pakai," tambah Tio.

"Lalu apa yang salah? Apa yang tidak cocok dengan penampilanku malam ini?," tanya Rasya lagi.

Ardi menunjuk ke bagian bawah tubuh Rasya.

"Pakailah sarung Akh Rasya..., atau setidaknya pakailah celana...! Haruskah kami memperhatikan betis dan pahamu yang mulus itu di depan mimbar selama kamu menyampaikan materi malam ini?," jawab Ardi, terang-terangan.

Rasya pun segera menutupi paha dan betisnya menggunakan handuk.

"Bilang dong dari tadi!!! Komentar kalian terlalu panjang!!!," geram Rasya, untuk menutupi rasa malunya.

Usai shalat tarawih, acara pun dimulai. Abah dan Bu Nyai duduk di tempat khusus yang sudah di siapkan oleh para santriwati.

Setelah Firman selesai membacakan ayat suci Al-Qur'an, Rasya pun naik ke atas mimbar. Ardi dan Tio menggodanya dari jauh dengan cara menunjuk ke arah sarung yang dipakainya. Rasya melengos dengan cara halus agar tak terlihat kesal.

Firman telah kembali duduk bersama Tio dan Ardi.

"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh," ujar Rasya, seraya menatap kepada seluruh jama'ah.

"Wa'alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh," jawaban serentak dari seluruh santri dan santriwati.

"Allahumma sholi 'ala Muhammad, wa 'ala ali syaidina Muhammad, wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in, amma ba'du. Robbishrohlii shodrii wa yassir lii amrii wahlul 'uqdatam mil lisaanii yafqohuu qoulii."

Rasya membetulkan letak microfon di depannya.

"Tak terasa, akhirnya bulan Ramadhan kembali datang menyapa kita semua, dan Alhamdulillah kita masih diberi kesehatan serta umur panjang sehingga bisa menikmati bulan yang penuh rahmat ini," ujar Rasya.

Semua mata menatap ke arahnya.

"Malam ini, saya akan memberikan materi tentang Empat Golongan Manusia yang Dirindukan Surga. Setiap manusia tentu saja mengharapkan yang namanya kebahagiaan, terutama kebahagiaan yang hakiki, yaitu kebahagiaan yang tidak hanya di dunia ini saja akan tetapi kebahagiaan yang abadi di akhirat kelak. Kebahagiaan yang hakiki tersebut hanya dapat diraih apabila kita selalu taat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rosulullah Shalallahu 'alaihi wa salam. Balasan dari ketaatan tersebut adalah mendapatkan kehidupan yang penuh nikmat yaitu di tempatkan di surga milik Allah Subhanahu wa ta'ala sehingga kita dituntut untuk meraihnya."

Rasya menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan materinya.

"Sebagaimana hadits yang Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam sampaikan, bahwa ada empat golongan manusia yang dirindukan surga. Golongan mana saja yang sangat beruntung sehingga surga merindukannya??? Yang pertama, golongan orang yang rajin membaca Al-Qur'an. Kenapa golongan ini begitu dirindukan oleh surga??? Karena membaca Al Qur'an adalah salah satu amalan yang paling utama, karena Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam pernah bersabda, "Setiap huruf Al Qur'an yang kita baca membawa pahala tersendiri, selain itu juga dikatakan bahwa nanti Al Qur'an akan datang sebagai saksi amal kita di Yaumul Hisab." Selain membaca tentu juga mempelajari isinya dan mengamalkannya merupakan hal yang harus di lakukan oleh setiap pribadi muslim," jelas Rasya.

Abah tersenyum saat mendengar penjelasan Rasya yang begitu jelas. Pria itu semakin matang dalam membawakan materi dakwah.

"Yang kedua, golongan orang yang selalu menjaga lisannya. Apa urusannya lisan dengan golongan manusia yang dirindukan oleh surga??? Jawabnnya adalah, karena lisan merupakan salah satu panca indera kita yang bisa mendatangkan kebaikan dan sekaligus keburukan. Dengan selalu menjaga agar lisan kita hanya mengatakan hal-hal yang baik, digunakan untuk membaca Al Qur'an untuk memuji-Nya, untuk berdoa kepada-Nya, untuk memberi nasehat yang bermanfaat kepada orang lain, Insya Allah kita akan termasuk kedalam golongan orang yang dirindukan oleh surga."

Rasya melirik ke arah Tio untuk memastikan bahwa waktu yang ia miliki masih cukup. Tio pun mengacungkan jempolnya ke arah Rasya, pertanda waktu masih panjang.

Rasya pun melanjutkan materinya.

"Yang ketiga, golongan orang yang memberi makan kepada orang lain yang kelaparan. Orang dalam golongan ini juga merupakan orang yang menjalankan salah satu amalan yang utama, karena pertolongan Allah Subhanahu wa ta'ala akan datang kepada hamba yang memberi pertolongan kepada saudaranya yang membutuhkan pertolongan. Yang keempat, golongan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. Berpuasa di bulan Ramadhan adalah salah satu ibadah utama bahkan merupakan salah satu Rukun Islam. Berpuasa bukan hanya menahan diri untuk tidak makan dan minum saja, melainkan juga menjaga panca indera kita dari melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Bahkan tidak hanya itu saja, berpuasa juga menuntut kita untuk meninggalkan perkataan dan perbuatan yang sia-sia. Insya Allah jika kita berpuasa pada bulan Ramadhan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam, maka derajat takwa akan kita peroleh yang balasannya tentu saja surga milik Allah Subhanahu wa ta'ala."

Para jama'ah tersenyum bahagia setelah mendengar apa yang Rasya sampaikan malam itu.

"Itulah empat golongan manusia yang dirindukan surga milik Allah Subhanahu wa ta'ala, marilah kita berlomba-lomba untuk meraihnya dan menjadi orang-orang yang selalu dirindukan surga, karena kehidupan dan kebahagiaan yang sejati adalah di alam akhirat bukan di dunia yang sementara ini. Sekian penyampaian dari saya, wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh," Rasya pun menyudahi penjelasannya.

Malam itu, semuanya seakan kembali memulai dari awal. Ramadhan tiba, ibadah terlaksana dengan hati yang lapang.

'Sungguh..., keinginanku adalah menjadikan diriku menjadi seseorang yang lebih baik, sebelum Allah mempertemukan kita dalam takdirnya.'

* * *

Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang