Bukan halangan jika manusia yang menghalangi, karena Allah akan selalu membukakan jalan bagi hamba-Nya yang berserah diri.
* * *
SEBUAH SYARAT
Ardi mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat setelah mendengar kenyataan yang sebenarnya dari Firman dan Salman. Rasya dan Tio hanya bisa merangkulnya agar tetap bersabar.
Ardi pun bangkit dari sofa yang tengah mereka duduki lalu keluar dari rumah pondok santri.
"Akh! Mau kemana? Tenanglah dulu...," Salman mengejar langkah Ardi.
"Akh..., kita selesaikan ini dengan kepala dingin, jangan emosional," Firman ikut membujuk.
Langkah Ardi tak terhentikan, ia menuju ke rumah pondok santriwati, di mana Abah juga berada di teras rumah itu.
Abah menatap Ardi.
"Saya tahu bagaimana perasaanmu Akh...," ujar Abah.
"Abah tidak tahu! Risya tidak seharusnya berbohong pada saya!," balas Ardi.
Para wanita yang ada di dalam rumah itu mendengar suara Ardi dengan jelas.
"Ukhti Risya merasa malu padamu Akh..., kamu terlalu baik padanya, sehingga dia tidak ingin menyakiti hatimu," jelas Abah, sabar.
"Apakah dia tahu kalau sikapnya selama ini sudah menyakiti saya??? Sekarang rasa sakit ini bertambah karena kebohongannya!!!," teriak Ardi.
Risya semakin menangisi kenyataan yang Allah bentang dihadapannya. Ia sudah tak punya daya apapun lagi untuk membela diri, karena Ardi benar, ia telah menyakiti pria itu dengan sikap dan kebohongannya.
"Sekarang apalagi Risya??? Bersembunyi dari aku sudah tidak ada gunanya!!! Keluar!!! Hadapi aku!!! Bicara padaku!!!."
Salman dan Firman mencoba menghentikan Ardi, Rasya dan Tio pun turut andil.
"Satu kali saja Ris..., katakan dengan jujur semua hal yang kamu simpan!!! Aku selalu berdiri di sini!!! Aku selalu menunggu kamu bicara!!! Apa kamu tidak punya hati???."
Risya tidak tahan, ia pun bangkit dari pangkuan Bu Nyai dan keluar dengan kedua mata yang bengkak karena terus-menerus menangis.
Abah merangkulnya.
"Siapa yang menyuruhmu terus berdiri di situ??? Siapa juga yang menyuruhmu menunggu??? Aku sudah bilang padamu untuk melupakan aku!!! Pergi!!! Cari wanita lain!!! Harusnya kamu mendengarkan aku sehingga tidak perlu terluka!!!," balas Risya, tak kalah keras.
Ardi mendekat dengan wajah tanpa senyum.
"Akh Ardi tolong..., hentikan...," Nilam memohon di belakang Risya.
"Saya akan berhenti...," ujar Ardi, datar.
Risya menatapnya lekat-lekat seakan sudah pasrah dengan kenyataan. Untuk yang terakhir kalinya, ia menatap Ardi.
"Saya akan berhenti bertanya tentang apa yang pernah terjadi pada kamu..., dengan satu syarat," ujar Ardi.
Risya mengangguk penuh kepastian.
"Saya akan memenuhi persyaratan yang akan kamu ajukan..., saya tidak akan ingkar, Insya Allah," balas Risya, tegas.
Abah dan Bu Nyai berdiri di antara mereka dengan perasaan yang diliputi kecemasan. Para santri dan santriwati yang ada di sana ikut mengelilingi mereka berdua.
"Kamu harus menikah denganku!," tegas Ardi.
Risya terperangah dan hampir membuka mulutnya, jika saja tak ditahan oleh Ardi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]
Espiritual[COMPLETED] Rank #1 in Salwa - 18Mei2018 Rank #34 in Spiritual - 01Juni2018 Insya Allah, aku tidak akan pernah melihatmu dari masa lalumu. Insya Allah, aku tidak akan pernah mengungkit keburukan yang pernah ada dalam dirimu. Insya Allah, aku tidak a...