EPILOG

17.3K 832 27
                                    

Empat bulan kemudian.

Rasya mencoba membuat Nilam begitu nyaman di detik-detik kelahiran bayi mereka. Salwa mempersiapkan segala keperluan bayi untuk Nilam, sementara Risya terus berada di samping Nilam.

"Ukhti yang sabar ya sayang..., terus berdzikir..., kami semua di sini bersama Ukhti," ujar Risya menenangkan Nilam.

"Syukron Ukhti..., syukron karena Ukhti selalu ada untuk saya..., rasanya sakit sekali Ukhti...," Nilam menggenggam tangan Risya kuat-kuat.

Kontraksinya kembali datang dan lebih cepat.

"Subhanallah..., Subhanallah..., Subhana..., ahh!!! Sakit!!!," teriak Nilam.

Rasya merangkulnya.

"Sabar ya Mi..., Dokternya datang sebentar lagi," bisik Rasya.

"Abi jangan pergi..., sakit Bi..., sakit...," ujar Nilam, sambil menahan kesakitannya.

Dokter datang tak lama kemudian dan segera memeriksa keadaan Nilam. Salwa dan Risya diminta untuk keluar dari ruang persalinan hingga hanya menyisakan Rasya dan Nilam saja yang ada di dalam ruangan itu.

"Ayo Mi..., Ummi pasti bisa melewati ini..., demi anak kita...," ujar Rasya.

"Baik Bu, pembukaannya sudah cukup, saatnya mendorong ya...," ujar Dokter.

Nilam menarik nafasnya dalam-dalam.

"Satu..., dua..., tiga..., dorong bu... ."

Nilam mengejan sekuat tenaga. Rasya menahan punggungnya.

"AHHH!!! SAKIT...," teriak Nilam.

"Tahan Bu..., ayo dorong sekali lagi..., satu..., dua..., tiga...!!! Dorong!!!."

Nilam mengejan sekuat mungkin hingga akhirnya...,

Hoooeeekkk!!! Hoooeeekkk!!! Hoooeeekkk!!!

Lahirlah seorang bayi laki-laki yang sudah mereka tunggu. Rasya tersenyum bahagia dan mengecup kening Nilam dengan penuh rasa sayang.

"DOK!!! SEKALI LAGI DOK!!! PERUT SAYA MASIH SAKIT!!!," Nilam kembali berteriak.

Dokter tersebut segera mendekat kembali setelah menyerahkan bayi yang pertama pada perawat.

"Baik Bu..., sekali lagi dorong ya...," ujar Dokter tersebut.

Rasya menatap Nilam dengan rasa tak percaya.

"Kita akan punya dua anak Mi?," tanya Rasya.

Nilam hanya tersenyum, ia kembali menarik nafasnya dalam-dalam dan berusaha mendorong lagi.

"Satu..., dua..., tiga...!!!."

Nilam kembali mendorong sekuat mungkin hingga rasa sakitnya benar-benar terasa sampai ke ubun-ubun. Dan...,

Hoooeeekkk!!! Hoooeeekkk!!! Hoooeeekkk!!!

Tangisan bayi mungil berjenis kelamin perempuan itu membuat kebahagiaan mereka lengkap dengan sempurna.

"Selamat ya Pak..., Bu..., kalian memiliki anak kembar, yang satu berjenis kelamin pria dan yang satunya berjenis kelamin wanita," ujar Dokter tersebut.

"Alhamdulillah Ya Allah..., terima kasih karena Engkau telah memberikan kelengkapan dalam hidup kami. Terima kasih Ya Allah," ujar Rasya sambil terus mendekap Nilam.

* * *

Nilam sedang menyusui bayi perempuan mereka, sementara Rasya sedang menggendong bayi laki-laki mereka. Semua sahabat baik mereka pun masuk ke ruang perawatan itu tak lama setelah Nilam selesai menyusui.

"Alhamdulillah..., sahabatku ini langsung punya dua orang malaikat. Allah benar-benar mencintaimu Akh Rasya," ujar Ardi seraya memeluk Rasya dengan erat.

"Ayo..., perkenalkan pada kami, siapa nama kedua malaikat ini?," tanya Kiana.

Nilam meminta Rasya mendekat dan duduk di sampingnya. Ia mengecup kening bayi laki-lakinya dengan penuh cinta.

"Yang laki-laki, kami beri nama Muhammad Aris Khairullah, dengan harapan semoga dia bisa menjadi Kakak yang baik bagi Adiknya, panutan yang baik untuk semua orang, dan menjadi kebanggaan bagi kami, Orang tuanya," ujar Nilam.

"Amin...," jawab semua orang di ruangan itu.

Wanita itu pun turun dari tempat tidur. Rasya membantunya melangkah sambil menggendong bayi perempuan mereka menuju ke arah Risya yang berdiri di samping Ardi.

"Yang perempuan kami beri nama Zulfa Khadijja. Dengan harapan agar dia bisa mengisi hati kalian berdua dengan kasih sayangnya, bisa menemani kalian hingga akhir hayat, dan bisa menjadi anak shalehah sepertimu, yang akan menjadi Ibunya."

Nilam menyerahkan bayi perempuan bernama Zulfa itu ke dalam gendongan Risya. Mereka berdua saling menatap. Semua orang tak pernah menduga hal yang sedang terjadi di hadapan mereka.

"Tolong didik anakku dengan baik Ukhti..., anggap dia seperti anakmu sendiri..., rawat dia dengan kasih sayangmu..., dan ajarkan dia semua hal yang kamu yakini...," pinta Nilam.

Risya tak mampu menahan airmatanya agar tak tertumpah. Ia memeluk Nilam setelah menyerahkan Zulfa pada Ardi. Ia menangis dalam pelukan Nilam tanpa bisa ditahan.

Rasya tersenyum bahagia saat Ardi menatapnya.

"Kita ini saudara Akh..., jadi, anakku adalah anakmu juga...," ujar Rasya.

Ardi tersenyum.

"Syukron Akh..., Allah akan selalu membalas semua kebaikanmu," ujar Ardi.

"Amin."

'Bahagia yang kami miliki adalah kebahagiaan yang akan kau miliki juga. Jadi, tetaplah di sini.'

(TAMAT)

* * *

Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang