Kesulitan bukan untuk ditangisi, tapi untuk dihadapi dengan kesabaran dan keyakinan bahwa kamu mampu melewatinya.
* * *
PEMBELAAN
Syifa melangkah ke hadapan Isma dengan tatapan tajam dari balik niqob-nya. Firman dan Salwa menatap ke arahnya dengan rasa tak percaya.
"Aku belum pernah hidup sebahagia ini sebelum Ummi datang menjemputku ke panti asuhan lima tahun yang lalu. Aku..., seorang anak yang lahir dari wanita yang telah merebut suami orang lain dan membunuh Bapak mertuanya sendiri! Apa Nenek pernah memikirkan hal itu?," tanya Syifa, tegas.
Isma terdiam di tempatnya berdiri.
"Hari itu..., Ummi-ku datang ke panti asuhan tanpa ada perasaan sakit hati terhadap Ibu kandungku! Padahal Ibuku adalah wanita yang telah merebut suaminya sehingga kedudukannya sebagai Isteri sah Abi-ku pun tersingkir! Dia tidak memikirkan hal itu Nek..., sama sekali tidak pernah! Ummi menyambutku dengan kedua tangannya yang terbuka lebar, memeluk aku dengan hangat, dan membawaku pulang meskipun Abi berusaha menyembunyikan kenyataan tentang aku! Aku!!! Cucu Nenek!!! Yang dilahirkan oleh wanita yang telah membunuh suami Nenek, Kakekku!!!," Syifa berusaha keras menahan airmatanya.
Salwa ingin mendekat pada Syifa dan menghentikan gadis itu, namun dirinya ditahan oleh Nilam.
"Apakah Ummi pernah memintaku melupakan Ibuku? Tidak Nek..., Ummi melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh wanita manapun di dunia ini!!! Ummi memintaku untuk tidak melupakan Ibu ataupun membencinya..., Ummi bahkan tidak pernah lupa mengingatkan aku untuk selalu mendo'akannya..., siapa wanita itu Nek??? Ibuku!!! Wanita yang membunuh Kakekku!!!."
Syifa menoleh ke arah Salwa dan mendekat padanya. Ia mengusap kedua pipi Salwa yang terbalut dengan niqob. Kini airmatanya luruh tanpa bisa tertahan lagi.
"Lalu apa salah Bibiku? Dia hanya khilaf..., dia memang pernah berniat membunuhku dan Ummi-ku, tapi dia tidak melakukannya. Dia tak menghilangkan nyawa siapapun Nek!!! Apakah Nenek tidak bisa membalas apa yang Ummi lakukan untukku? Apakah Nenek tidak bisa menerima Bibi Salwa seperti Ummi menerimaku? Apakah Nenek tidak bisa menghilangkan rasa dendam di hati Nenek? Apakah yang Ummi-ku lakukan untukku selama ini tak ada artinya untuk Nenek? Seandainya Ummi tidak bisa menerimaku dan tetap memelihara rasa sakit hatinya terhadap Ibuku, maka aku tak akan pernah jadi bagian dari keluarga kita saat ini Nek..., aku..., akan tetap tinggal di panti asuhan dan tidak pernah memiliki keluarga!."
Salwa memeluk Syifa dengan erat sambil menangisi masa lalu.
"Sudah Nak..., cukup..., kamu nggak perlu membela Bibi," bisik Salwa.
"Tidak Bi..., aku bukan membela, tapi aku sedang membeberkan kenyataan yang lebih buruk untuk Nenekku. Bibi tidak pantas diperlakukan seperti ini..., karena Ummi-ku menyayangi Bibi, dan aku pun begitu," balas Syifa.
Isma meraih tasnya dengan wajah memerah karena amarah dan malu.
"Ikuti langkah Bibimu yang jahanam itu! Kamu memang tak ada bedanya dengan Ibu kandungmu!," balas Isma di hadapan Syifa.
"Biar Allah yang menilai, siapa yang jahanam!!!," balas Syifa.
"Syifa cukup!," Diva menghentikan Syifa dengan cepat sebelum gadis itu lepas kendali.
Isma benar-benar keluar dari rumah Abah dengan amarah yang tak mereda sama sekali. Syifa kembali memeluk Salwa dengan erat, Diva pun mendekat dan memeluk mereka berdua.
Salman dan Daniel mendekat pada Firman lalu mengajaknya keluar.
"Jadi Akh Firman benar-benar sudah menikahi Kak Salwa?," tanya Daniel.
"Ya..., saya sudah menikahi Salwa, kami sekarang tinggal di rumah sendiri," jawab Firman.
"Kenapa Akh tidak bilang apapun pada kami? Kami ini keluarga Akh juga, kenapa harus dirahasiakan?," tanya Salman.
Firman menarik nafas sesaat.
"Karena masih ada ketegangan antara saya dan Akh Daniel, maka kami memutuskan untuk tidak memberitahu siapapun."
"Masalah ini memang belum selesai Akh..., tapi pernikahan Akh Firman dan Kak Salwa tidak boleh di abaikan. Kami akan mengadakan acara resepsi pernikahan untuk merayakannya," ujar Daniel.
"Saya tidak ingin merepotkan... ."
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kami tidak merasa repot sama sekali. Resepsi pernikahan ini Insya Allah sederhana, dan akan dihadiri oleh para santri dan santriwati di pesantren ini," jelas Salman.
Firman tak mampu menolak jika Salman yang bicara, dia sangat menghormati pria itu seperti Kakak kandungnya sendiri.
Salwa bersandar di pundak Diva dengan nyaman, Syifa sedang mengurus makan siang kedua adiknya - Aryan dan Amalia - sementara Kiana berbicara dengan Nilam, Risya, dan Ria.
"Kok kamu nggak bilang kalau Syifa sudah sekolah di sini?," tanya Salwa.
"Ponsel Kak Salwa tidak pernah aktif, aku jadi nggak bisa memberitahu Kakak kalau Syifa sudah bersekolah dan nyantri di sini," jawab Diva seraya membelai lembut punggung Salwa.
"Maafin aku ya..., semua jadi runyam seperti ini karena aku kembali dalam hidupmu," ujar Salwa, penuh penyesalan.
"Nggak Kak..., Kakak nggak salah sama sekali. Kakak memang bagian dari hidupku, dan hal itu nggak bisa dipungkiri," balas Diva.
Kiana mendekat dan ikut memeluk Salwa.
"Kak Salwa jahat..., kok nggak bilang-bilang sih kalau mau menikah dengan Akh Firman?," gerutu Kiana.
Salwa dan Diva terkekeh melihat tingkah Kiana.
"Lia nggak suka menggerutu kaya' Ummi-nya kan Div?," tanya Salwa, menyindir.
"Nggak kok..., Lia lebih mirip Abi-nya Kak, sabar...," jawab Diva.
Mereka pun tertawa.
‘Meskipun masih banyak rintangan dalam hidupmu, kami tidak akan pernah menyerah untuk membantu. Karena kamu, adalah sesuatu yang berharga dalam kehidupan kami.’
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]
Spiritualité[COMPLETED] Rank #1 in Salwa - 18Mei2018 Rank #34 in Spiritual - 01Juni2018 Insya Allah, aku tidak akan pernah melihatmu dari masa lalumu. Insya Allah, aku tidak akan pernah mengungkit keburukan yang pernah ada dalam dirimu. Insya Allah, aku tidak a...