Sekecil apapun hal yang kita perbuat untuk menyenangkan hati seseorang, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan.
* * *
MENANTI
Firman dan Ardi membantu Rasya mengatur rumah baru yang akan dia tempati bersama Nilam. Sementara Salwa dan Risya mengurus bagian dapur.
Saat ini, Nilam sedang mengurus beberapa hal di madrasah karena dirinya akan kembali mengajar di sana.
"Akh Rasya..., ini lemarinya mau dirakit sekalian?," tanya Ardi.
"Istirahat dulu lah Akh..., dari tadi Akh Ardi sudah membantu saya mengangkat spring bed dan mesin cuci," ujar Rasya.
"Plus kulkas...," Ardi mengingatkan.
Firman terkekeh.
"Membantu kok pakai hitung-hitungan, nggak baik tuh...," sindir Firman.
"Benar sekali..., menghitung-hitung bantuan yang diberikan kepada orang lain sama dengan mengungkit kebaikan," ujar Rasya.
"Mengungkit-ungkit jasa baik kepada orang lain, tentu saja akan membuat orang yang bersangkutan terluka perasaannya. Dan yang demikian itu dilarang oleh agama. Dalam surat Al-Baqarah ayat dua ratus enam puluh empat di sebutkan bahwa Allah berfirman, yaaa ayyuhalladziina aamanuu laa tubthiluu shodaqootikum bil-manni wal-adzaa kalladzii yunfiqu maalahuu ri'aaa'an-naasi wa laa yu'minu billaahi wal-yaumil-aakhir..., artinya, hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu hilangkan pahala sedekahmu dengan mengungkit-ungkitnya dan hal yang menyakitkan perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya dengan maksud pamer atau riya' dan dia tidak didorong oleh iman kepada Allah dan Hari Akhir... ."
"Tuh..., dengar baik-baik," sindir Rasya.
"Saya tidak hitung-hitungan Akh..., saya hanya mengingatkan Akh Rasya agar jatah makan siang saya ditambah jadi dua kali lipat," balas Ardi, dengan wajah tanpa dosa.
Rasya pun segera melemparnya dengan setumpuk sarung yang tengah ia pegang. Firman tertawa terpingkal-pingkal tanpa ampun.
"Assalamu'alaikum...," sosok Salman muncuk di ambang pintu bersama Kiana dan puteri mereka - Lia.
"Wa'alaikum salam...," jawab mereka serempak.
"Ada apa ini??? Kenapa sarung berhamburan di mana-mana?," tanya Kiana, heran.
Firman pun menunjuk ke arah Rasya dan Ardi, Salman hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalian berdua itu nggak pernah berubah ya..., kalau ketemu pasti terjadi kekacauan," sindir Salman.
Diva dan Daniel muncul bersama putera mereka - Aryan - yang segera melompat turun dari gendongan Daniel ketika melihat Ardi.
"Paman Aldi...," panggilnya, dengan suara cadel yang khas dan senyuman termanis.
"Calon menantuku...!!!," balas Ardi sambil memeluk Aryan dengan gemas.
HAHAHAHAHAHA!!!
Firman, Rasya, dan Salman tak mampu menahan tawa mereka. Salwa dan Risya pun keluar dari dapur.
"Ada apa ini? Kenapa tertawanya keras sekali?," tanya Salwa.
"Akh Ardi udah punya calon menantu...," tunjuk Firman ke arah Aryan yang masih memeluk Ardi.
Risya dan Salwa terkekeh pelan.
"Sudah rencana sekali kamu mau jodohin Aryan dengan anakmu nanti..., memangnya sudah yakin kalau anakmu nanti perempuan?," tanya Daniel, yang tak bisa menutupi raut wajah gelinya di depan Ardi.
"Namanya juga rencana Akh..., siapa tahu Allah mengabulkan...," jawab Ardi.
"Oh ya??? Lalu bagaimana kalau anakku juga perempuan dan Aryan lebih memilih anakku untuk jadi isterinya?," tanya Rasya.
"Hah??? Kamu mau punya anak??? Nikah aja masih ditunda-tunda...," balas Ardi, tak mau kalah.
Lia - puteri Salman dan Kiana - mendekat pada Ardi.
"Jangan Paman..., Aryan nanti mau main sama aku...," matanya berkaca-kaca.
"Eh..., jangan nangis dong Lia cantik..., iya..., iya..., Aryan nggak jadi Paman ambil deh," Ardi panik.
"Tanggung jawab kamu Ardi...," paksa Rasya.
Ardi pun menggendong Lia dan masuk ke dapur untuk mendekat pada Risya. Risya pun menyambut Lia ke dalam gendongannya.
"Wah..., sudah cocok kalian jadi Orang tua, kapan berencana punya?," tanya Salwa.
Risya dan Ardi hanya tersenyum-senyum saja tanpa menjawab apapun.
Kondisi rumah itu sudah bagus dan sudah selesai di rapikan, mereka pun berkumpul di ruang tamu sambil menikmati cemilan.
"Jadi..., kapan jelasnya kamu akan menikahi Ukhti Nilam Akh?," tanya Daniel pada Rasya.
"Insya Allah dalam empat hari ke depan saya akan segera menikahinya, Akh Daniel," jawab Rasya, mantap.
"Alhamdulillah..., akhirnya ada titik terang yang kami nanti-nantikan selama ini," ujar Salman, bersyukur.
"Ya..., lebih cepat tentunya akan lebih baik," tambah Firman.
"Amin...," jawab yang lainnya.
* * *
Sore itu, mereka pulang dengan keluarga masing-masing. Ardi mulai mengemudikan mobilnya menuju rumah mereka yang tidak jauh dari rumah yang di beli oleh Rasya.
Risya terdiam beberapa saat.
"Bi..., boleh Ummi tanya sesuatu?," pinta Risya.
"Boleh Mi..., apa yang ingin Ummi tanyakan?," tanya Ardi.
"Apakah Abi punya keinginan yang besar untuk memiliki anak?," tanya Risya dengan berat hati.
Ardi tersenyum, ia menggenggam tangan Risya dengan erat.
"Abi selalu ingin punya anak yang lucu, yang mirip dengan Ummi, yang cantik seperti Ummi dan juga shalehah. Tapi kalau Allah memang tidak bisa memberikan anak untuk Abi, maka Abi tidak menuntut Mi..., Abi ikhlas nggak punya anak, yang penting Ummi selalu ada di sisi Abi sampai akhir hayat," jawab Ardi, jujur.
Risya menitikkan airmatanya - lagi.
"Maafin Ummi ya Bi..., maaf karena Ummi nggak bisa ngasih anak buat Abi...," lirih Risya.
Ardi semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Risya.
'Allah sudah memberikan kamu dalam hidupku, jadi aku nggak akan menuntut lebih selama kamu mendampingiku.'
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]
Spiritual[COMPLETED] Rank #1 in Salwa - 18Mei2018 Rank #34 in Spiritual - 01Juni2018 Insya Allah, aku tidak akan pernah melihatmu dari masa lalumu. Insya Allah, aku tidak akan pernah mengungkit keburukan yang pernah ada dalam dirimu. Insya Allah, aku tidak a...