BAGIAN 15

11.2K 851 3
                                    

Yang tersembunyi akan selalu terungkap. Karena Allah akan selalu menunjukkan.

* * *

SESUATU YANG PENTING

Syifa sedang melanjutkan tadarus yang sempat ia tunda karena lelah sesaat setelah waktu Dzuhur tadi. Sekarang, waktu sudah hampir memasuki waktu Ashar, maka ia kembali meneruskan bacaannya.

Risya masuk ke masjid dan segera memakai mukenanya lalu shalat dua rakaat. Syifa memperhatikannya sejak awal hingga wanita itu selesai. Risya pun menoleh ke arah tempat Syifa duduk.

"Ukhti Syifa sedang memperhatikan apa sehingga berhenti membaca Al-Qur'an?," tanya Risya seraya tersenyum di balik niqob-nya.

Syifa membalas senyuman itu.

"Ukhti Risya sudah shalat? Waktu Ashar belum tiba," tanya Syifa.

Risya tersenyum lagi seraya mendekat ke samping Syifa.

"Ukhti Syifa yang cantik, tadi saya shalat sunah Rawatib," ujar Risya.

"Apa itu shalat sunah Rawatib Ukhti?," tanya Syifa.

"Shalat sunah Rawatib adalah shalat sunah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Shalat sunah Rawatib menurut pentingnya terbagi menjadi dua bagian yaitu, bagian yang pertama adalah shalat sunah muakkad yakni shalat sunah yang penting yang sangat dituntut, di mana nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam tak pernah meninggalkannya. Shalat sunah Rawatib muakkad antara lain, dua rakaat sebelum shalat Subuh, dua rakaat sebelum shalat Dhuhur, dua rakaat sesudah shalat Dhuhur, dua rakaat sesudah shalat Maghrib, dua rakaat sesudah shalat Isya."

Syifa mendengarkan dengan baik.

"Bagian kedua adalah shalat sunah ghairu muakkad, yakni yang kurang penting yaitu, dua rakaat antara dua adzan, dua rakaat atau empat rakaat sebelum shalat Ashar, dua rakaat sebelum shalat Maghrib, dan dua rakaat sesudah berwudhu. Bagaimana? Ukhti sudah paham?," tanya Risya.

Syifa mengangguk.

"Apakah ada shalat sunah lainnya selain shalat sunah Rawatib, Ukhti Risya?," tanya Syifa.

"Ada..., pelajaran dalam bab shalat menjelaskan, bahwa shalat sunah itu ada tujuh. Yang pertama shalat sunah Rawatib yang tadi sudah saya jelaskan, yang kedua shalat sunah dhuha, yaitu shalat sunah yang dikerjakan pada waktu pagi ketika sepenggalan matahari naik, yakni antara pagi sampai tengah hari."

Syifa mencatat apa yang Risya katakan, Risya memperhatikan apa yang gadis itu lakukan, lalu tersenyum. Ia sangat menyukai antusiasme gadis itu untuk mengenal sesuatu yang baru.

"Yang ketiga shalat sunah Tahiyatul Masjid, yaitu shalat sunah dua rakaat yang dikerjakan ketika memasuki masjid, sebelum duduk untuk menghormati masjid. Shalat sunah Tahiyatul Masjid dikerjakan dua rakaat apabila seseorang memasuki masjid, baik masuknya hendak melakukan shalat wajib maupun hendak melakukan i’tikaf. Yang keempat shalat sunah Tahajjud adalah shalat sunah pada waktu malam. Waktunya ialah sesudah shalat Isya sampai terbit fajar, dikerjakan setelah tidur malam meskipun baru sebentar. Dikerjakan minimal dua rakaat. Adapun waktu yang paling utama adalah sepertiga malam yang terakhir," Risya terdiam ketika melihat sosok Ardi yang sedang menatapnya dari balik jendela masjid.

Syifa menatap Risya yang tiba-tiba berhenti, ia melihat ke arah mata Risya memandang.

"Ukhti Syifa..., lanjutkan baca Al-Qur'annya ya, nanti saya lanjutkan penjelasan yang belum selesai," perintah Risya.

Syifa tidak menjawab dan hanya membiarkan Risya keluar dari masjid untuk berhadapan dengan Ardi. Mereka berdua berdiri agak menjauh dari jendela masjid, dengan tujuan agar tak ada yang mendengar pembicaaan mereka.

Namun ternyata, terdengar juga suara perdebatan itu, meskipun mereka mencoba meredam suara ketika berbicara. Syifa pun mendekat untuk mencegah jika Ardi berbuat yang tidak baik pada Risya.

"Cukup Ardi..., kamu tahu kalau kita nggak bisa bersama...," Risya terdengar memohon.

"Kita nggak bisa bersama karena kamu yang memutuskan Ris..., aku nggak pernah memutuskan begitu," bantah Ardi.

"Tapi kamu tahu kenyataannya..., kamu tahu kalau Orang tuaku tidak akan pernah setuju. Mereka hanya mau aku menikah dengan pria itu," jelas Risya.

"Itu karena kamu nggak melawan Ris..., kamu nggak mau melawan mereka padahal kamu tertekan."

"Aku nggak mau jadi anak durhaka Ardi."

"Kamu nggak akan durhaka hanya karena melawan Orang tua yang menjual anaknya sendiri! Ris..., tolong..., pikirkan lagi. Dan aku akan membantumu," Ardi memohon.

"Nggak Ardi..., carilah wanita lain, aku hanya masa lalu kamu, anggaplah begitu," pinta Risya, seraya menahan segenap perasaannya yang sebenarnya.

"Aku nggak bisa Ris..., aku nggak bisa...," lirih Ardi.

Risya berbalik dan hendak pergi sebelum airmatanya tumpah dan dirinya menjadi tak terkendali.

"Kamu masa depanku Ris..., nggak akan berubah!," tegas Ardi, sebelum pria itu pergi.

Risya tak mampu masuk ke dalam masjid lagi, ia pun terduduk di teras masjid sambil menangisi keadaannya yang begitu menyedihkan.

Syifa mengintip keluar, ia pun merasa tak tega melihat Risya yang sedang menangis.

'Apa yang ada dalam pikiran Orang tuamu sehingga tega menjual anaknya?.'

* * *

Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang