BAGIAN 20

10.4K 793 10
                                    

Allah akan selalu menyatukan hamba-hamba-Nya yang sudah ditakdirkan berjodoh, dan akan memisahkan jika tak berjodoh.

* * *

ANA UHIBBUKA FILLAH

Kamar itu terlihat temaram ketika Ardi masuk ke dalam sana. Cahaya yang berpendar melalui lilin-lilin lavender di setiap sudut lantai kamar membuat suasana semakin redup.

Risya duduk di tengah-tengah ranjang pengantin yang sudah di hias oleh Diva dengan bunga-bunga lavender. Wanita itu terus menundukkan wajahnya dengan jantung berdegup kencang kala Ardi duduk di sampingnya.

Risya meraih tangan pria itu dan menciumnya sepenuh hati. Matanya berkaca-kaca ketika mengingat setiap hal yang Ardi lakukan untuknya. Pria itu tak pernah pergi dari sisinya.

Ardi mengecup puncak kepala Risya dengan lembut. Ia menghirup aroma wangi dari tubuh isterinya dan tersenyum penuh arti.

"Bismillahirrahmanirrahim...," bisik Ardi, "..., Allahumma inni as'aluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha ‘alaihi. Wa a'udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha ‘alaihi. Ya Allah..., sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepadaMu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya," do'a Ardi untuk Risya.

"Amin Ya Allah...," lirih Risya.

Ardi pun menyentuh kedua pipi Risya dan menatap matanya yang berkaca-kaca. Ia membuka niqob isterinya perlahan, lalu mengusap airmatanya dengan lembut.

"Ummi nggak perlu menangis lagi, Abi di sini," ujar Ardi.

Risya semakin tak mampu menahan airmatanya, tangisan itu pun tumpah begitu saja tanpa diminta.

"Beri aku satu alasan..., kenapa kamu tetap memegang teguh pendirianmu meskipun sudah tahu tentang apa yang terjadi padaku...," pinta Risya.

Ardi tersenyum, ia segera membawa Risya ke dalam dekapannya. Ia membiarkan Risya bersandar di dadanya agar merasa nyaman.

"Apa Ummi tahu..., kalau Abi sering menyimpan makanan di dalam tas Ummi saat jam istirahat berlangsung?," tanya Ardi.

Risya terpana dalam pelukan Ardi, ia ingat hal itu, makanan yang selalu ada di dalam tasnya. Ia berpikir kalau salah satu teman wanitanya lah yang menyimpan makanan itu untuknya.

"Apa Ummi tahu..., kalau setiap kali kita bertemu di persimpangan jalan menuju ke sekolah adalah bukan hal yang kebetulan? Abi sengaja menunggu Ummi membuka pintu rumah, dan muncul di tengah jalan seakan-akan tak sengaja hanya untuk mengajak Ummi pergi ke sekolah bersama naik sepeda."

Risya kembali mengingat kenangan-kenangan itu.

"Apa Ummi juga ingat, waktu pelajaran Olahraga tapi Ummi lupa membawa baju Olahraga, lalu tiba-tiba Ummi menemukan baju Olahraga di bawah meja Ummi dan Ummi memakainya meskipun agak kebesaran? abi sengaja menyimpan baju Abi untuk Ummi lalu beralasan sakit pada Pak Trisman agar tak dihukum karena tak bawa baju."

Risya mengingatnya.

"Apakah Ummi tahu kalau Dokter di puskesmas sempat menuduh Abi memperkosa Ummi saat tahu hasil pemeriksaan yang menunjukkan kekerasan seksual pada diri Ummi? Ya..., Abi sudah tahu tapi tetap diam agar Ummi tidak merasa malu dan menjauhi Abi. Maka dari itu pula Abi meminta Bapak dan Ibu untuk menyembunyikan Ummi di sini bersama Abi," jelas Ardi.

Nafas Risya terasa sesak saat mendengar pengakuan Ardi yang sebenarnya.

"Apa Ummi tahu..., sejak dulu Abi selalu ingin memeluk Ummi seperti ini kalau Ummi sedang menangis di bawah pohon rambutan milik Pak Haji Ramli. Tapi kalau Abi sudah mendekat, Abi cuma berani bilang 'sabar ya...', lalu memberikan Ummi air minum," Ardi mengenang masa-masa itu.

Risya membalas pelukan Ardi dengan erat. Ia pun mengingat hal itu dengan jelas.

"Sekarang..., Abi betul-betul bisa memeluk Ummi, bukan karena Ummi sudah jadi milik Abi..., tapi karena Abi memang ingin memberikan pelukan ini setiap kali Ummi membutuhkan tempat berlindung. Abi nggak mau Ummi merasa sendiri..., Abi juga nggak mau Ummi terus merasa bahwa diri Ummi tidak berarti, karena Ummi sangat berarti buat Abi," ujar Ardi.

"Kamu bisa saja mendapatkan yang lebih baik..., kenapa memilihku?," tanya Risya.

"Karena Abi cinta sama Ummi atas kehendak Allah, bukan karena nafsu, bukan karena Ummi cantik, bukan karena Ummi pintar atau hal apapun yang menjadi kelebihan Ummi. Abi cinta sama Ummi karena Allah menakdirkan begitu, dan nggak ada satu orang pun yang akan bisa merubah hati Abi," jawab Ardi, tegas.

Risya menatap Ardi seraya terisak. Ardi pun menatapnya dengan penuh cinta.

"Tapi... ."

Ardi menghentikan ucapan Risya dengan satu kecupan lembut di bibir wanita itu. Airmata yang mengalir, nafas yang berhembus, dan hati yang saling mencinta akhirnya menyatukan mereka dalam indahnya ikatan suci yang Allah takdirkan.

Tasbih, tahmid, dan takbir pun mengiringi bersatunya dua insan yang diridhai oleh Allah. Malam semakin larut, masa depan pun terus berlanjut.

Subhanallah...

Alhamdulillah...

Allahu Akbar...

* * *

Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang