BAGIAN 30

9.6K 716 3
                                    

Sebuah kesabaran akan terbayarkan dengan pemberian dari Allah berupa cinta.

* * *

JANJI SUCI

"Sah!!!."

Jawaban serentak dari para saksi telah mengukuhkan ijab kabul yang Rasya ucapkan di hadapan Abah dan para santri. Nilam melakukan sujud syukur ketika akhirnya ia tahu kalau jiwa dan raganya telah terikat bersama Rasya, pria yang paling ia cintai.

Para santriwati turut berbahagia dan merayakan kebahagiaan itu bersama dengan Nilam. Mereka berdua dipertemukan di kursi pelaminan. Para tamu undangan dari pihak Rasya dan Nilam pun berdatangan untuk menikmati acara makan siang bersama.

Abah naik ke atas mimbar untuk memberikan ceramah pernikahan - seperti biasanya.

"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh," ujar Abah, membuka ceramah pernikahan.

"Wa'alaikum salam warrahmatullah," jawab para tamu dan juga santri serta santriwati.

"Alhamdulillah, hari ini Allah telah mempersatukan dua insan dalam sebuah ikatan yang paling diridhai oleh Allah, yaitu pernikahan."

"Alhamdulillah...," respon dari para tamu.

"Maka, hari ini saya mewakili Almarhum dan Almarhumah Orang tua kedua mempelai, akan memberikan sedikit wejangan untuk dijadikan pegangan hidup selama berumah tangga," Abah memperbaiki microfon di hadapannya.

Semua orang memperhatikan Abah dengan baik.

"Pernikahan adalah perbuatan yang selalu diinginkan dan didambakan oleh setiap manusia yang hidup. Pernikahan itu adalah sunnah Nabi, maka barang siapa yang tidak melaksanakan nikah, Nabi shalallahu 'alaihi wa salam mengatakan bahwa orang tersebut bukanlah golongannya. Pernikahan harus didasarkan pada agama, ibadah, dan menjalankan sunnah Nabi shalallahu 'alaihi wa salam, dan bukan didasarkan pada nafsu belaka atau didasarkan tujuan lain yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Pernikahan harus atas dasar suka sama suka, saling cinta, bukan dasar paksaan, dan bersandar pada ibadah kepada Allah."

Rasya dan Nilam mendengakan semua itu dengan baik, mereka berdua tak melewatkan satu hal pun dari apa yang Abah katakan.

"Mengapa demikian? Mengapa menikah harus memenuhi syarat-syarat yang saya katakan tadi? Sebab, dalam menjalani kehidupan bahtera rumah tangga, bagaikan orang mengarungi samudera luas dan penuh dengan gelombang. Entah itu siang, malam, panas dan hujan bahkan badai dan gelombang harus dilalui. Mungkin saja, cuaca tidak bersahabat dan tidak pernah bisa kita prediksi, karena badai dapat saja datang secara tiba-tiba. Kita harus selalu siap untuk menghadapi dan selalu mengantisipasi setiap perubahan. Maka, apabila seseorang dalam menjalankan rumah tangga tidak memiliki dasar, pedoman, pasti akan terombang-ambing dalam perjalanan rumah tangganya."

Risya menatap Ardi yang terus merangkulnya sejak tadi. Pria itu tersenyum tulus, sehingga membuat Risya sadar bahwa Ardi memang benar-benar mencintainya karena Allah, seperti yang Abah katakan.

"Dalam berumah tangga, kita akan melalui perjalanan panjang dan sangat melelahkan dengan tujuan untuk mencapai 'pantai kebahagiaan' yang sakinah dan diridhoi oleh Allah. Untuk mencapai 'pantai kebahagian' tersebut, tentu saja kita harus mempersiapkan diri dan mental, baik suami maupun istri. Mempersiapkan berbagai keperluan dan bekal agar perjalanan kita terasa aman, nyaman, dan lancar. Sebab apabila datang badai dan gelombang, kita akan siap menghadapinya dengan sikap tenang, tidak grogi, tidak takut dan tidak gentar sekalipun dahsyatnya badai dan gelombang tersebut menerpa, karena kita sudah memiliki dasar yaitu agama dan pedoman yaitu Al-Qur’an dan Hadits."

Abah menatap ke arah Rasya dan Nilam yang ternyata sedang menatap ke arahnya dari kursi pelaminan. Abah tersenyum melihat dua orang santri dan santriwati kebanggaannya itu.

"Khusus untuk Akh Rasya dan Ukhti Nilam, agar kalian mengarungi perjalanan rumah tangga dengan baik dan lancar, kalian perlu mempersiapkan beberapa hal...,"

Rasya tersenyum saat tahu kalau semua mata menatap ke arahnya, khususnya Ardi dengan ekspresi wajahnya yang konyol.

"..., pertama, kalian berdua butuh kapal. Mengapa kapal? Karena kapal diibaratkan sebagai bahtera atau rumah tangga yang kokoh, agar tidak macet dalam perjalanan. Rumah tangga, harus dibangun atas dasar tajwa, cinta, suka sama suka dan didukung dengan kedua belah pihak keluarga yang merestui serta mengharapkan ridha Ilahi. Selain itu, harus mempunyai niat dan kebulatan tekad untuk berumah tangga atas dasar lillahi ta’ala, dan juga dengan ibadah. Insya Allah, rumah tangga akan kokoh."

Rasya menganggukan kepalanya.

"Kedua, mesin yang betul-betul baik. Mesin apa yang dimaksud? Mesin itu adalah hati. Artinya, suami istri harus punya tujuan yang sama. Berumah tangga bukan untuk hanya sekedar melepas nafsu birahi, melainkan harus memiliki tujuan untuk mencetak generasi-generasi bangsa yang baik, kuat dan tangguh serta bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Tanpa punya perasaan sehati, mungkin saja tujuan tidak akan tercapai. Maka dengan dasar ini, suami istri harus tahu kepribadian masing-masing dan inilah yang dinamakan ta’aruf," jelas Abah.

Daniel menatap Diva lalu berbisik.

"Dulu kita nggak pernah ta'aruf loh Mi... ."

Diva hanya tersenyum.

"Ketiga, bahan bakar yang cukup dan memadai. Bahan bakar apa yang kalian butuhkan? Jawabannya adalah Akhlak. Dalam berumah tangga, apabila hanya berbekal atau memiliki cinta dan perasaan saja, tanpa dibekali dan atau dibarengi dengan akhlak mulia, jangan berandai-andai untuk dapat menguasai medan perjuangan yang berat itu. Karena akhlak adalah pondasi utama dalam beragama. Keempat, membawa peta dan kompas sebagai pedoman agar tidak tersesat dalam perjalanan. Peta dan kompas seperti apa yang kita butuhkan? Yaitu Al-Qur'an dan Hadits. Kelima, membawa peralatan yang memadai untuk mengantipasi macet. Peralatan apa itu? Nasehat dalam persoalan agama."

Rasya menoleh pada Nilam yang duduk di sampingnya, wanita itu tersenyum dari balik niqob-nya. Wajah Rasya pun memerah seketika.

"Terakhir, kalian harus memiliki nahkoda yang lihai dan bekal yang cukup selama perjalanan. Siapa nahkoda yang lihai dan bekal apa yang dimaksud? Nahkoda dalam berumah tangga adalah Suami yang shaleh, sementara bekal yang cukup untuk mengarungi rumah tangga adalah kepasrahan. Pasrahkan segalanya kepada Allah, maka kalian akan selalu berada dalam lingkup kebahagiaan yang diridhai oleh-Nya. Semoga Allah memberkahi pernikahan kalian berdua, amin yaa robbal ‘alamiin. Sekian dari nasehat dari saya, wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh."

Abah pun turun dari mimbar, dan di sambut oleh Salman yang telah menyiapkan tempat duduk untuknya.

Nilam merasa lega, hatinya seakan bertaburan bunga warna-warni nan wangi.

'Allah akan selalu bersama kita, karena aku akan selalu menuntunmu di jalan-Nya, Insya Allah.'

* * *

Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang