'Apakah hanya perasaanku saja, atau tingkah mereka benar-benar aneh beberapa hari terakhir ini?'
Victorique memiringkan kepala, menopangnya dengan sebelah tangan. Meski tidak terlihat peduli, nyatanya gadis itu diam-diam melirik ke kanan, tepat pada bangku Izuku yang mendadak sering dikelilingi oleh Shouto dan Tenya. Melihat wajah-wajah serius itu, ia mulai merasa curiga. Lalu Victorique memalingkan pandangan pada bangku Katsuki, mencoba menilai apakah anak ledakan itu ikut bertingkah aneh. Oh, syukurnya tidak. Lelaki itu hanya duduk di tempatnya sambil menaikkan kaki ke atas meja, memainkan ponselnya dengan headset yang menempel di telinga. Ya, headset barunya yang dibelikan Victorique sebagai bentuk pertanggungjawaban gadis itu beberapa hari lalu.
Gadis itu memutar mata malas, sampai pandangannya terhenti pada Tenya yang berdiri membelakangi Katsuki sambil terus mengobrol serius dengan Shouto dan Izuku. Oh, pantas saja acara ceramahnya belum dimulai. Tetapi, lebih daripada itu.. Apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Victorique menyipitkan matanya tajam. Entah bagaimana ia merasa kesal tanpa penyebab yang jelas. Suasana kelas yang ramai pada saat istirahat menghalagi gadis itu untuk menguping. Pada akhirnya, Victorique memilih untuk melipat kedua tangan dan menenggelamkan wajah di dalamnya. Memejamkan mata dalam, menguatkan konsentrasi, lalu berpetualang mencari-cari suara tiga temannya yang sedang 'bergossip' itu. Hingga seiring dengan menguatnya konsentrasi, ia dapat mendengarnya dengan jelas.
Oh, pembicaraan lelaki.. Tidak terlalu jauh dari bakat..
Gadis itu langsung mengembuskan napas keras, enggan melanjutkan acara mengupingnya. Entah bagaimana, mendengar kata 'bakat' sungguh membuatnya alergi sehingga ia merasa perlu membasuh wajah menggunakan air segar. Detik selanjutnya, gadis itu sungguh-sungguh bangkit dari kursi dan melangkah cepat menuju pintu keluar. Langkahnya ringan, bahkan hampir tidak menimbulkan suara berarti. Namun entah bagaimana, pandangan kebanyakan penghuni kelas langsung tertuju padanya. Pandangan dengan arti berbeda-beda. Kasihan, khawatir, dingin, takut, maupun tidak nyaman. Astaga, padahal ia tidak melakukan apapun selain berjalan. Sungguh membuat gadis itu menyimpan jengah yang luar biasa dibalik wajah datarnya.
Tidak hanya begitu. Pandangan-pandangan yang terasa jauh lebih buruk langsung menyambutnya ketika ia keluar dari ruang kelas, berjalan di koridor yang menghubungkannya dengan toilet perempuan. Dibanding dengan tatapan mereka di kelas tadi, tatapan-tatapan kali ini lebih pada -ingin menjatuhkan orang tak berguna-. Dasar. Padahal gadis itu hanya ingin membasuh wajahnya, namun ia harus melewati perjalanan yang begitu panjang untuk itu. Beberapa hari telah berlalu sejak ia kembali ke sekolah setelah masa skors-nya berakhir, dan sepertinya siswa-siswi U.A belum dapat menerima gadis itu dengan baik. Untuk kesekian kali, Victorique merasa seperti melangkah di atas karpet merah dengan duri-duri tajam yang tersembunyi di baliknya untuk melukai kedua kaki gadis itu. Hanya saja, tidak ada yang dapat melihat ceceran darah itu di sana. Bahkan Recovery Girl yang merupakan ahli pengobatan saja mungkin tak dapat melihatnya.
"Victorique-san!"
Gadis itu terkejut sampai-sampai menghentikan langkah cepatnya. Siapa yang memanggilnya di tengah situasi seperti ini? Belum lagi, suara perempuan muda. Victorique memutar otak diam-diam, memeriksa daftar teman perempuannya selama bersekolah di U.A, namun nihil. Faktanya tidak ada satupun perempuan yang benar-benar berteman dengannya. Jadi.. siapa?
Grep!
Grep!"Ini gila, sudah separah itu dan para guru belum juga mengambil tindakan?!" Victorique sedikit tersentak begitu merasa kedua tangannya digandeng disaat bersamaan, ditambah suara gerutuan yang muncul dari orang yang menggandeng tangan kanannya. Sedikit terburu-buru, Victorique melirik ke dua arah tersebut.
Jirou Kyouka di sebelah kanan dan Uraraka Ochako di sebelah kiri. Victorique sungguh tidak tahu alasan apa yang membuat kedua gadis yang baru kembali dari kantin itu mendadak menggandengnya dengan kuat begini. Padahal, mereka hampir tak pernah bicara satu sama lain, atau bahkan mungkin sama sekali tidak pernah -jika Victorique tidak salah mengingat-.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Her Dark Soul ( Todoroki Shouto x OC )
FanfictionMungkin, menjadi 'berbeda' merupakan sebuah kepuasan tersendiri bagi Victorique Blanc. Oh, tidak. Gadis itu bahkan tidak memedulikannya. Baginya, hidup berhubungan dengan orang lain tidak lebih dari sebuah formalitas belaka. Karena 'terhubung' membu...