Chapter 17

1.4K 191 61
                                    

Keterangan : italic + underline = mimpi ^_^

Warning juga bagi yang gasuka sadis-sadis dan sebagainya.. Lewatin aja bagian mimpinya, oke? Klo bagiku sih gak terlalu sadis, tapi kan gatau bagi kaliannya wkwk, jadi harap bijak ya pembaca sekalian.. <3

Victorique's POV

Aku membuka kedua mataku di tempat ini sebanyak ribuan kali, persis seperti yang kualami sekarang. Lorong sebuah bangunan tua dengan banyak jendela yang terbuka, dinginnya udara larut malam, serta bulan penuh yang menggantung indah di langit, menyinariku dengan cahaya pucatnya.

Aku bangkit dari posisi tidur meringkuk. Menyempatkan diri menoleh ke arah salah satu kaca jendela yang tertutup, dibantu dengan cahaya remang dari lilin-lilin di sepanjang lorong. Setelah memastikan bahwa refleksi yang terpantul di sana benar-benar bayanganku, aku mengalihkan tatapan pada lorong di hadapanku. Kapanpun dan bagaimanapun kulihat, yang ada di ujung sana hanyalah kegelapan.

Kali ini, kejadian apa lagi yang akan kulihat? Haruskah aku benar-benar melangkah mendekati ujung lorong? Aku memutuskan untuk menoleh ke belakang, dan mendapati pemandangan yang sama persis seperti saat aku menghadap ke depan. Bukankah ini artinya aku tidak memiliki pilihan lain? Berada di tengah lorong tua dengan kegelapan menanti kedua ujungnya. Lalu, ujung mana yang harus kupilih?

Pada akhirnya, aku melangkahkan kaki mendekati ujung lorong yang pertama kulihat sejak aku terbangun di tempat ini. Aku tidak begitu mengerti alasannya, namun aku dapat menyadari dengan jelas bahwa cahaya lilin di sepanjang lorong terus meredupkan pendar seiring langkah kakiku mendekati ujung lorong. Akankah aku menghilang di telan kegelapan sebelum mencapai ujung?

Aku segera menghentikan langkah, lalu melirik ke kanan dan kiri. Lebih tepatnya pada lilin-lilin yang menari mengikuti angin, seolah sedang merendahkanku. Aku mengepalkan kedua tangan, lalu memutuskan untuk berlari sekencang mungkin pada hitungan ketiga. Dan benar saja, redup cahaya lilin terus bertambah seiring dengan lajuku. Hingga pada akhirnya aku melompat masuk dalam kegelapan di ujung lorong tepat sebelum semua cahaya lilin padam sepenuhnya.

Gelap. Benar-benar gelap. Aku tidak dapat melihat ataupun menggapai sesuatu. Tubuhku terasa melayang, kemudian ditarik semakin dalam dan dalam, jatuh dalam kegelapan.

Bruk!

Aku kembali membuka mata begitu laju jatuhku terhenti sepenuhnya, dan sebuah benda keras membentur punggungku. Cepat, aku bergerak duduk dan terheran. Menoleh kesana kemari demi mencari petunjuk akan tempat keberadaanku saat ini.

"Sudah kukatakan sejak awal bahwa ini tidak akan berhasil!" samar, suara bentakan seorang wanita dewasa masuk ke indera pendengarku. Aku menoleh ke kiri, menatap curiga pada pintu emas yang entah sejak kapan berada di sana. Mungkinkah, suara tadi berasal dari balik pintu?
"Tunggulah sebentar lagi. Akan memakan terlalu banyak waktu jika kita menghancurkannya lalu membuatnya dari awal!" kali ini, suara seoarang pria yang terdengar.

Aku tidak tahu apa yang sedang memengaruhiku, namun aku mendapati diriku tidak dapat berhenti melangkah mendekati pintu lalu mendorongnya pelan. Berharap kehadiranku tidak terdengar ataupun disadari oleh dua orang di dalam.

Ah, aku tidak pernah melupakan mereka berdua. Seorang wanita berambut pirang sedagu dengan warna iris semerah darah, sangat sesuai dengan kecintaannya pada cairan merah pekat itu. Terutama pada darah yang mengalir perlahan dan dihasilkan menggunakan kedua tangannya sendiri. Lalu seorang pria jangkung berambut sehitam kematian, bercampur iris hijau rumput yang mengeluarkan sinar amat berkebalikan dengan kepribadiannya. Benar-benar penipu ulung.

Behind Her Dark Soul ( Todoroki Shouto x OC )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang