Izuku bangkit dari kursi panjang yang ia duduki, berniat mengakhiri 'sesi mencari udara segar' yang telah ia jadikan alasan agar dapat keluar dari kamar rawatnya. Sebenarnya, ia keluar bersama Tenya, hanya saja lelaki mata empat tersebut sedang pergi membeli minuman kaleng, sehingga mengharuskan Izuku untuk menyusulnya terlebih dahulu sebelum mereka kembali ke kamar.
'Lagipula cuacanya mendung. Pasti akan hujan sebentar lagi.'
Dari lahan terbuka yang memiliki taman berumput hijau segar, Izuku berderap memasuki gedung rumah sakit lantai satu. Suasana sungguh ramai, dipenuhi oleh manusia yang berlalu lalang dengan tujuan menjenguk, berobat, bekerja, dan mengantarkan orang lain untuk berobat. Setelah melewati pintu kaca, Izuku dihadapkan oleh lorong-lorong putih yang panjang dan berkelok-kelok. Seketika, ia menyesal. Mengingat besarnya rumah sakit ini, ia tidak begitu yakin akan mampu kembali ke ruang rawatnya tanpa tersesat, apalagi menemukan Tenya -yang penampilannya cukup sulit untuk dibedakan jika hanya melihat sekilas- di tengah keramaian seperti ini.
Baru saja ia berniat untuk mencari aman dengan cara kembali ke kursi panjang di luar sana, sudut matanya menangkap sosok yang ia kenali. Bukan Tenya yang sedang ia cari, melainkan rambut emas bergelombang milik sorang gadis mungil yang memunggunginya.
"Victorique-san!" ujarnya setengah berteriak, kemudian bergegas menghampiri gadis itu sambil berceloteh. "Astaga, aku tidak melihatmu selama beberapa hari belakangan, kuharap kau baik-baik saja. Ada yang terluka? Ada yang sa- hei, tunggu!" Izuku berusaha setengah mati agar tak menggunakan tangannya yang dibebat untuk meraih gadis itu -yang melarikan diri tanpa menoleh sedikitpun-.Namun Izuku tidak menyerah semudah itu. Dibuntutinya Victorique yang berjalan cepat demi menghindarinya, meski gadis itu memilih jalan berkelok membingungkan untuk mengelabuhinya. Kedua kaki gadis itu dapat terbilang pendek, membuat Izuku bertanya-tanya bagaimana caranya ia dapat berjalan secepat itu.
Duk!
Ketika gadis itu berhenti, itu karena dia terpaksa melakukannya akibat menubruk tubuh seseorang yang tiba-tiba muncul di sebuah tikungan. Tenya, memegang dua buah minuman kaleng dengan napas terengah menjulang tepat di hadapannya. Sang ketua kelas menumbukkan mata pada Izuku yang muncul tak lama kemudian, lalu brucap.
"Tadi aku melihatmu mengejar Victorique, jadi kubantu dengan cara mengambil jalur lain." Dengan begitu, Izuku mengangguk seolah sedang berkompromi dengan Tenya melalui bahasa isyarat."V-victorique-san?" Izuku memanggil gugup, namun tanpa rasa takut. Gadis yang telah terkepung itu tidak juga mengangkat wajah, dan ujung jari kelingkingnya mulai memudar seolah-olah tubuhnya mengurai menjadi debu. Dan karena telah mengetahui bakat gadis itu, Tenya dan Izuku segera memikirkan cara lain agar Victorique tidak lolos dari mereka. Jadi, segera saja Tenya mengangkat dua kaleng yang dipegangnya.
"Anuu, di ruangan kami terdapat banyak sekali makanan. Mampirlah barang sebentar," tawar lelaki itu, meski ia yakin bahwa semua makanan yang melimpah itu telah disapu habis oleh Katsuki."A-h! Di luar tadi mendung sekali. Pasti sebentar lagi akan turun hujan. Le-lebih baik kau menunggu sampai hujannya reda. Maksudku, bersama kami di ruang rawat," Izuku juga ikut membujuk. Oh, tapi benar juga, Victorique tentunya dapat mengatur agar ia tidak kebasahan saat hujan, jadi itu merupakan bujukan yang buruk.
"Kau suka teh? Cokelat? Atau kopi? Aku dapat membuatkan yang enak!" kata Tenya, entah ucapannya itu benar atau tidak.
"K-kacchan ingin bertemu denganmu.""........." Mereka bertiga sama-sama tahu bahwa yang terakhir itu sangat tidak mungkin. Bahkan jika Katsuki benar-benar merasa demikian, ia takkan mengatakannya.
"E-eh, Panino?" Izuku membetulkan bujukannya meski harus menelan liur. Oh, berakhir sudah.
"Jika kalian ingin membicarakan sesuatu.." tak disangka, Victorique mulai bicara. Jari kelingkingnya kembali utuh seperti semula. "..aku akan mendengarkan. Tidak perlu memakai alasan tidak jelas seperti itu," gumam Victorique. Suaranya terdengar seperti seekor binatang buas yang kehilangan taring dan tengah merasa takut menghadapi dunia, namun hal itu tidak perlu dirisaukan -setidaknya untuk saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/105416287-288-k419796.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Her Dark Soul ( Todoroki Shouto x OC )
FanfictionMungkin, menjadi 'berbeda' merupakan sebuah kepuasan tersendiri bagi Victorique Blanc. Oh, tidak. Gadis itu bahkan tidak memedulikannya. Baginya, hidup berhubungan dengan orang lain tidak lebih dari sebuah formalitas belaka. Karena 'terhubung' membu...