Perlahan, Izuku membuka kedua mata ketika sinar mentari yang menyusup di antara tirai putih itu mulai dirasa mengganggu. Semua terlihat silau, buram, dan tidak jelas. Namun satu hal yang pasti, bahwa indera penciumannya seketika bekerja sangat baik saat itu. Izuku merenggangkan otot tubuh yang terasa amat pegal ketika digerakkan, lalu melangkah keluar ruang tidurnya dengan kesadaran amat minim.
"Nnn, ibu.. apa yang sedang kau masak?" ujarnya dengan suara serak, diikuti mulutnya yang terbuka amat lebar, menguap. Tanpa basa-basi lagi, ia mendudukkan diri di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan, masih mengumpulkan kesadarannya.
"Ini panino, makanan khas Italia. Walau rasanya akan sedikit berbeda karena bahan-bahannya tidak langsung dari sana, kau mau?" Victorique memutar kepala agar dapat melihat Izuku, dengan kedua tangan yang ia gunakan untuk meletakkan roti itu di atas piring. Meski bergumam tidak jelas, Victorique dapat melihat bahwa Izuku meresponnya dengan anggukan. Dengan begitu, Victorique langsung meletakkan piring tadi di hadapan Izuku."Ini," ujarnya singkat sebelum berbalik, membuatkan satu lagi untuk dirinya sendiri.
"Nn, terima kasih, Ibu," jawab Izuku. Segera, Victorique menghentikan gerakan dan menatap Izuku heran. Astaga, ternyata ia tidak salah dengar tadi.
"Tidak, aku bukan ibumu," ucap gadis itu datar, lalu kembali melanjutkan kegiatannya bersama bahan-bahan yang ia beli semalam. Namun berbeda dengan Izuku yang langsung mengedipkan kedua mata terkejut, menepuk kedua pipinya beberapa kali demi mendapat kesadaran penuh. Ditatapnya Victorique dengan mulut menganga lebar, disusul dengan rasa malu yang menjalarinya dari ujung kepala hingga ujung kaki."V-v-victorique-san..! A-ano, gomen.. Yang tadi.. lupakan s-saja!" ujarnya panik sekaligus gugup. Juga jangan lupakan bagaimana Izuku bangkit dari kursinya lalu membungkuk sembilan puluh derajat pada gadis itu. Victorique sendiri meliriknya sekilas, baru memberikan jawaban seraya menggeleng pelan.
"Tidak apa-apa. Kau makan saja," mendengarnya, Izuku mengangkat kepala ragu dan mendapati gadis itu telah kembali pada kegiatannya tanpa terpengaruh. Meski merasa tidak enak, pada akhirnya Izuku memilih untuk tidak bicara lagi. Ia kembali pada kursinya lalu memandang roti isi yang disebut Panino oleh Victorique. Sebelumnya ia berniat menunggu gadis itu selesai membuat roti untuk dirinya. Tapi rasa penasaran sepertinya membuat Izuku mengabaikan hal itu."Ini.. Ini.. Bagaimana cara membuatnya?! Bisa kau ajarkan padaku?!" melupakan semua rasa malu yang ia rasakan tadi, Izuku langsung berteriak girang disertai mata berbinar cerah. Semua itu terjadi hanya karena satu gigitan kecil. Mendengarnya, Victorique kembali memberikan perhatian pada Izuku, lalu mengedip sedikit tidak menyangka.
"Padahal itu belum ditambah rempah-rempah khas Italia," gumamnya pelan. Pasalnya, gadis itu membuat makanan ini hanya untuk mengganjal perut tanpa begitu memerhatikan rasanya."Tapi rasanya sudah unik! Aku seperti memakan makanan yang berasal dari dunia lain!" komentar Izuku lagi, lalu kembali menggigit roti isi tersebut dengan bahagia.
'Yang benar? Mungkin karena dia kelaparan?' pikir Victorique."Haah, dasar anak nakal! Berapa kali kukatakan untuk tidak terlalu sering memakan roti aneh itu?! Kau bahkan menularkannya pada Midoriya!" Gran Torino menyahut dari pintu kamarnya. Sepertinya kakek tua itu terbangun akibat ribut-ribut yang dihasilkan dua anak SMA di rumahnya.
"Sebenarnya, ini pertama kalinya aku memakan Panino sejak bersekolah di U.A," jawab gadis itu datar, lalu memasukkan potongan pertamanya ke dalam mulut tanpa memedulikan bagaimanapun respon Gran Torino. Ah, kakek tua itu memang tidak pernah menyukai makanan Italia sejak dulu."Di mana Taiyaki-ku?" seolah sudah lupa dengan percakapannya baru saja, Gran Torino malah mencari persediaan makanan kesukaannya di kulkas hingga membuat Victorique menghela napas.
"Lihat? Orang yang baru saja mengomentariku adalah pemakan satu jenis makanan setiap harinya," sindir gadis itu seraya mendudukkan dirinya santai di hadapan Izuku. Shock dan membeku mendengar ucapan Victorique, akhirnya Izuku memberanikan diri melihat ke arah Gran Torino. Percaya atau tidak, ia mendapati sang kakek yang masih mencari makanan kesukaannya. Seketika, Izuku merasa bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Her Dark Soul ( Todoroki Shouto x OC )
FanficMungkin, menjadi 'berbeda' merupakan sebuah kepuasan tersendiri bagi Victorique Blanc. Oh, tidak. Gadis itu bahkan tidak memedulikannya. Baginya, hidup berhubungan dengan orang lain tidak lebih dari sebuah formalitas belaka. Karena 'terhubung' membu...