Chapter 13

1.5K 214 18
                                    

Shouto menggerakkan kedua bola matanya, melirik sekaligus mengedarkan pandang pada keadaan sekitar. Pintu dari sebuah ballroom salah satu hotel terbaik di Jepang berdiri megah di hadapannya, dikelilingi banyak lampu-lampu mewah di atasnya, menambahkan kesan hangat dan elegan. Lelaki itu memandang ke puncak pintu, dimana berbagai ukiran rumit menghiasinya begitupun dengan dinding di sekitarnya.

Endeavor berjalan mendahului Shouto, melangkah berwibawa ke arah pintu ballroom. Tanpa mengatakan apapun, dua orang yang bertugas sebagai penjaga pintu segera membukakan pintu untuk pria kekar itu. Sementara Shouto menghela napas, menyiapkan diri memasuki ballroom sebagai pengalaman pertamanya mengikuti acara khusus pahlawan pro seperti ini -setelah berulang kali menolak ketika diajak sang ayah-. Jangan salah sangka, Shouto masih menyimpan rasa tidak suka pada Endeavor. Masih juga memiliki rasa untuk menentangnya, dan kelakuan maupun sikap pria itu masih belum ia terima. Namun, pada akhirnya Shouto masih mencoba memaafkan ayahnya sekaligus membangun sebuah hubungan baru dengannya. Itulah salah satu alasan yang membuat lelaki itu rela mengikuti acara yang -mungkin- akan terasa sangat membosankan untuknya.

Terus memasang wajah datar seperti biasanya, lelaki itu mengekor Endeavor. Sebuah panggung besar nan tampak dihias sedemikian rupa segera menyambut mata Shouto begitu dirinya memasuki ballroom. Meja-meja bulat yang masing-masing 'membawa' berbagai macam makanan dan minuman sekilas tampak tersebar secara acak dalam ballroom yang terbagi menjadi dua sisi dengan karpet merah yang membatasi sisi kiri dan kanan. Orang-orang yang dapat dipastikan merupakan pahlawan pro dari berbagai penjuru dunia berkumpul, saling menyapa dan basa basi sekedar formalitas. Semua pakaian yang mereka kenakan juga tampak mahal dan berkelas -termasuk pakaian Shouto- menciptakan kesan yang amat berbeda dari diri mereka ketika sedang berada di lapangan ataupun menjalankan tugas.

Shouto terus melangkahkan kaki di atas karpet merah, hanya mengekori ayahnya yang menyapa beberapa rekan pahlawannya. Sesekali, lelaki itu juga berjabat tangan dan tersenyum tipis pada mereka seraya memerkenalkan diri meski lelaki itu tahu bahwa dirinya tak perlu melakukannya. Pasalnya, mereka semua sudah mengenalinya melalui festival olahraga U.A beberapa hari lalu, bukan? Lagipula, ini adalah acara rutin yang diadakan setiap tahun. Tepatnya setelah festival olahraga U.A berakhir, itulah salah satu sebab mengapa pahlawan dari seluruh penjuru dunia sangat menantikan festival itu. Karena selain mencari bibit baru yang unggul, mereka juga dapat melakukan reuni antar rekan atau teman lama dan sebagainya dalam acara ini.

Melihat ayahnya mulai sibuk membicarakan topik orang dewasa dan kenyataan bahwa pria itu benar-benar mengabaikannya, Shouto memutuskan untuk berkeliling melihat pesta maupun menyicipi beberapa makanan ringan yang mungkin saja dapat menggugah seleranya. Lagipula, tak masalah bukan? Fisik serta api mencolok yang dihasilkan ayahnya membuat Shouto dapat menemukan pria itu dengan cepat nantinya. Kini Shouto mulai melihat dan mencari hidangan-hidangan pembuka yang diletakkan di atas meja. Menyusuri satu per satu sampai ia mendapatkan hidangan yang benar-benar menggugahnya.

Tak lama kemudian, langkah lelaki itu terhenti. Benar-benar terhenti kala matanya menangkap sebuah siluet berbeda dari sesuatu yang amat dikenalnya. Matanya tak berkedip, menatap hanya pada satu objek yang berada beberapa meter tepat di hadapannya. Perlahan, pengelihatanannya mulai menyusuri objek itu dari atas hingga bawah, tercengang tanpa ia sadari. Merasa ditatap secara intens, objek yang diperhatikan Shouto segera menolehkan kepala, tepat menatap pada mata lelaki itu. Perlahan, ia menyunggingkan senyum miring yang amat tipis kemudian meletakkan kue kecil yang hampir masuk ke dalam mulutnya di atas meja.

"Sejujurnya, aku setengah tidak menyangka kau juga akan menghadiri acara ini, putera Endeavor." ujarnya amat formal, tak seperti yang biasa ia lakukan.
"Victorique.." gumam lelaki itu tertahan. Sekali lagi, mata itu bergerak menyusuri penampilan Victorique dari atas hingga bawah. Sebagian dari rambut emasnya digelung ke atas, menyisakan sebagian lainnya agar tetap terurai dan menampilkan gelombang ikal alaminya. Beberapa pernak-pernik yang terlihat seperti mutiara berwarna merah di mata Shouto tersusun rapi di sekitar gelungan rambut gadis itu, membuatnya terlihat jelas jika disandingkan dengan rambut emas itu.
Wajahnya terpoles make up natural hingga tak menghilangkan karakter asli dari wajah molek tersebut. Sebuah gaun dengan warna dominan yang senada dengan hiasan rambut Victorique menjuntai dari atas dada hingga bawah tumit, mengekspos bagian bahu gadis itu yang mulus, tanpa cela sedikitpun. Sebuah kalung emas dilengkapi dengan permata merah besar sebagai pusatnya juga menggantung indah menghiasi leher putih Victorique. Sebuah sarung tangan yang menutupi tangan Victorique hingga setengah lengan bagian atas serta heels yang dikenakannya juga menambah keanggunan. Bahkan selendang transparan yang dipakai gadis itupun tak luput dari pengelihatanan Shouto.

Behind Her Dark Soul ( Todoroki Shouto x OC )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang