'Merebut kemenangan dari mereka semua seharusnya tidak sulit dilakukan. Tapi.. apa saja yang bisa kulakukan hanya dengan 2% bakatku?!'
"Peraturannya sangat sederhana. Berusahalah mengalahkan satu sama lain. Pemenang adalah dia yang tidak terkalahkan sampai akhir. Siswa yang tereliminasi akan segera dipindahkan keluar USJ agar tidak mengganggu peserta yang masih bertahan. Kami para guru akan terus mengawasi kalian dan akan bertindak jika pertarungan berubah membahayakan."
Victorique mengalihkan pandangan dari cincin perak yang melingkar di salah satu jarinya dan mulai memberikan perhatian pada pahlawan pro Midnight ketika wanita itu mulai menjelaskan.
"Bekerja sama diperbolehkan. Tapi, apabila hanya tim kalian yang tersisa, kalian tetap diharuskan melawan satu sama lain sampai pemenang didapatkan." Lanjut wanita itu, direspon dengan gerak-gerik para murid 1-A yang melirik sana sini untuk mengatur strategi mereka."Area pertarungan adalah seluruh wilayah USJ ini, dan tidak ada batas waktu. Ingat, aku ingin melihat kebrutalan kalian dalam menggunakan bakat selama pertarungan nanti. PAHAM?!"
"PAHAM!"
Midnight berkacak pinggang, mengedarkan pandang pada wajah-wajah murid SMA yang terlihat bersemangat hari ini. Senyum miring tersungging di bibir selagi ia melanjutkan. "Kalau begitu, kalian memiliki waktu 15 menit untuk memikirkan strategi atau membentuk aliansi. Sementara itu, aku akan pergi sebentar untuk mengambil beberapa barang," bersamaan dengan akhir dari penjelasan tersebut, suara para murid pecah bagai bom bagi telinga Victorique. Seketika, suasana di sekelilingnya berubah menjadi seperti pasar yang dipenuhi tawar-menawar. Dan dalam waktu singkat, kelompok-kelompok kecil telah terbentuk. Victorique mengembuskan napas pelan, lalu memilih untuk menyingkir ke tepi.
"Deku, ayo kita bekerja sama juga dengan Iida," Uraraka menarik lengan atas Izuku yang bertingkah sedikit lebih aneh. Pasalnya dari tadi lelaki imut itu hanya terlihat mengamati situasi, seolah sedang menyerap data sebanyak yang ia mampu. Izuku terpaksa membuyarkan pikirannya, menatap Uraraka lalu beralih pada Tenya yang kebetulan sekali sedang balas melihat ke arahnya. Tidak ada pembicaraan antara sepasang teman serumah itu, namun keduanya segera melakukan hal yang sama. Mereka berpaling dari satu sama lain. "Tidak kali ini, Uraraka-san," jawab Izuku serius.
Kemudian matanya menangkap sosok Victorique yang bergerak mundur teratur, dan memerhatikan gadis itu sesaat. "Bagaimana dengan Victorique-san?" Uraraka bicara lagi, namun pada detik yang sama, Izuku memalingkan wajah dari sosok Victorique. "Juga tidak," katanya. Lalu Shouto dan Shouji yang menjadi rekannya berjalan melewati lelaki imut itu tanpa mengatakan apapun. Hanya pandangan dua orang itu yang bertumbuk sekilas namun tanpa cela. Izuku mengepalkan kedua tangan, lalu mencampuri sorot matanya dengan tekad. Sedetik kemudian, Shouto memalingkan wajah sambil menyunggingkan senyum yang terlihat sedikit miring.
"V-v-victoriq-que!"
Gadis itu terpaksa menoleh ke belakang kala merasakan tepukan di sebelah pundaknya, menaikkan alis pada Kaminari yang mencoba memasang senyum. Meski sungguh terlihat bahwa dirinya gugup, rupanya ia tetap ingin mencoba peruntungannya. "M-maukah kau bekerja sama denganku?" katanya. Victorique memutuskan untuk memutar tubuhnya secara sempurna agar dapat berhadapan dengan lelaki itu, segera memikirkan banyak hal untuk dipertimbangkan. Kaminari langsung berjengit dan mengeluarkan keringat dingin. Matanya menatap ke arah yang tak tentu dan senyumnya nyaris telihat keriting akibat bergetar. Victorique memasang wajah datar. Sesungguhnya, ia adalah jenis orang yang tidak biasa bekerja sama secara langsung seperti ini, namun, ingatannya mengenai 2% itu menghantamnya telak di kepala. "Aku tahu," ucap gadis itu, lalu melipat tangannya di wilayah perut. "Kau berpikir bahwa air adalah konduktor listrik yang baik sehingga kau bisa menghemat tenagamu bila bekerja sama denganku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Her Dark Soul ( Todoroki Shouto x OC )
FanficMungkin, menjadi 'berbeda' merupakan sebuah kepuasan tersendiri bagi Victorique Blanc. Oh, tidak. Gadis itu bahkan tidak memedulikannya. Baginya, hidup berhubungan dengan orang lain tidak lebih dari sebuah formalitas belaka. Karena 'terhubung' membu...