KOP-02

216K 13.9K 595
                                    

Los Angeles, USA.

Pukul 00:15 AM.

Sesuai rencana, malam ini Adexe dan orang-orangnya akan menyerang musuh yang menjadi sasarannya. Adexe menuju sebuah perusahaan, ia akan membuat kekacauan secara brutal disana dan Adexe akan menghancurkan musuhnya dengan sadis. Adexe menggunakan mobil sport dengan Fanuco yang menyetir mobilnya. Fanuco adalah orang yang bekerja padanya dan sahabatnya sejak kecil. Sedangkan yang lainnya menggunakan mobil mewah bermuatan empat penumpang yang sudah Adexe fasilitaskan. Mobil sport berwarna biru itu melaju dengan kecepatan tinggi dengan di ekori dua mobil mewah berwarna hitam.

Kedua mobil itu berhenti dipelataran gedung dan memarkirnya sembarangan. Adexe lebih dulu keluar dari dalam mobil. Ia menaruh rokok di bibirnya, lalu menyalakan ujung rokoknya. Adexe menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. Asap-asap itu membentuk lingkaran-lingkaran. Penampilan Adexe cukup casual, ia mengenakan kacamata hitam tak peduli jika itu dimalam hari. Sedangkan orang-orangnya memakai pakaian serba hitam, dengan earphone yang melekat di salah satu telinga mereka, alat yang mereka gunakan untuk komunikasi.

Adexe melangkahkan kakinya ke teras gedung dan diekori sembilan orangnya yang membawa senjata. Fabio, orang kepercayaan Adexe itu sudah lebih dulu di dalam gedung. Fabio bertugas melumpuhkan para penjaga dengan obat bius dan obat penghilang ingatan, ia dibantu oleh satu orangnya Adexe yang tugasnya mematikan sistem CCTV.
Adexe memberi kode kepada Fanuco untuk memberinya pistol. Fanuco pun menyerahkan dua pistol berkekuatan tinggi itu kepada Tuannya.

Adexe mengarahkan kedua pistolnya ke arah pintu masuk yang terbuat dari kaca itu. Pintu itu bisa terbuka secara otomatis, tapi bukan Adexe Leopold namanya jika ia tak meninggalkan kekacauan. Adexe pun menekan pelatuknya dan terdengar suara tembakan yang begitu keras beriringan dengan suara pecahan kaca. Orang-orangnya melindungi tubuh mereka dari keping demi keping kaca yang menerjang. Sedangkan Adexe hanya menggunakan satu tangan untuk melindungi wajahnya. Adexe mencabut beberapa serpihan kaca yang menancap di tangannya lalu menjatuhkannya seraya tersenyum miring. Meski darahnya mengalir, Adexe seakan-akan mati rasa akan rasa perih lukanya. Adexe menyerahkan kembali dua pistolnya kepada Fanuco. Kemudian ia berjalan di atas serpihan kaca yang berserakan itu, memasuki gedung.

Suara tembakan dan pecahan kaca bisa saja mengundang perhatian. Tapi entahlah, keberuntungan mereka atau suatu kebetulan, tengah malam ini begitu sepi. Kendaraan pun sejak tadi tak ada yang melintas. Namun bukan Adexe Leopold, jika ia tidak mengatur semua dengan sempurna. Sebelum Adexe dan orang-orangnya beraksi, mereka telah membunuh beberapa polisi yang sedang berpatroli. Mereka menyembunyikan jasad polisi itu ke tempat sampah dan mobil polisi ke sela-sela gedung yang kosong. Sempat salah satu polisi hendak meminta bantuan dengan menghubungi polisi lain, tapi berhasil di gagalkan Fanuco. Adexe juga menembak kamera CCTV yang ia ketahui dimana letaknya. Selain kedua matanya begitu jeli dan kepekaan yang kuat, ia mudah mendapat informasi tentang kondisi dan dimana saja titik letaknya CCTV dengan cara menyuap atau mengancam pihak tertentu.

Adexe memang berdarah dingin, tak memandang siapa yang ia lenyapkan. Bahkan Adexe pernah membunuh satu keluarga, bahkan tega membunuh anak kecil berusia 2 tahun dengan sadis. Sudah banyak yang menjadi korban kekejamannya. Selama ini jiwa psikopatnya tidak pernah terendus, publik tak pernah tahu indentitas Adexe Leopold di balik kehidupan sehari-harinya yang tampak normal. Kecuali, orang yang bekerja dengan Adexe dan mereka yang masih diberi kesempatan hidup oleh Adexe.

Adexe begitu pintar, licik dan cerdik setiap rencana dan aksinya. Setiap pemain biola sekaligus pemimpin sekolah biola terbesar itu beraksi, tim kepolisian bahkan tim lain angkat tangan mencari jejaknya. Mereka selalu gagal menemukan pelaku yang membunuh orang-orang itu, sampai kasus tersebut di tutup dan menjadi suatu yang misteri. Setiap bertindak, Adexe maupun orang-orangnya mengenakan sarung tangan, hingga sidik jari mereka tak terdeteksi. Setiap CCTV yang diperiksa juga tak ada hasil rekaman kejadian tersebut, karena mereka merusak sistemnya lebih dulu. Adexe Leopold menyelesaikan segalanya yang baginya itu adalah hal yang kecil. Dia tidak tahu saja, hukum karma seperti apa.

King Of PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang