KOP-14

114K 8.8K 209
                                    

Alanzo mengejar Allcia yang berlari melewati lorong kampus. Tadi setelah Allcia siuman, Allcia tiba-tiba saja panik begitu mengingat Kaylan. Kemudian Allcia berlari meninggalkan klinik kampus. Allcia terus berlari dengan air mata bercucuran, bayangan kaylan terus berputar di benaknya. Allcia sangat berharap jika berita itu bohong.

"Kaylan ku mohon jangan tinggalkan aku! Kaylan kau tidak boleh pergiii!" pekik Allcia di sela tangisnya.

Semua orang menatapnya dengan bingung, ada apa dengan Allcia. Alanzo berhenti berlari ketika Allcia jatuh, lalu menghampirinya.

"Allcia," Alanzo memegang tangannya.

Dengan cepat Allcia menepisnya dan menatapnya marah, "Jangan menghalangiku!"

"All, aku ingin membantumu.." kata Alanzo.

"Aku bilang jangan halangi akuuuu!" pekik Allcia.

Alanzo menghiraukannya, pria bermata biru itu mengangkat ketiaknya dan langsung mendekapnya.

"Aku takut kau kenapa-kenapa. Kau begitu panik," ucap Alanzo.

Allcia mendorongnya dan menatapnya marah, "Apa kau pikir aku baik-baik saja sekarang?! Lihat aku! Lihat aku, Alan!"

Hati Alanzo terasa sakit melihat kehancuran Allcia. Meski Alanzo tidak mengenal Kaylan dan apa hubungannya dengan Allcia, Alanzo tahu bila Kaylan orang yang istimewa baginya.

"Aku ingin bertemu Kaylan!" teriak Allcia.

Allcia kembali berlari dan Alanzo menghalanginya, kemudian menarik tangannya dan membawanya ke dalam mobil.

"Alan--"

"Aku akan mengantarmu menemui Kaylan, okay?" potong Alanzo dan memasangkan sabuk pengaman untuk Allcia.

Mobil sport itupun melaju meninggalkan kampus. Alanzo melirik Allcia, gadis itu masih menangis dan sesekali menyebut nama Kaylan. Dengan hati-hati, Alanzo menanyakan alamat rumah Kaylan.

"All, tenanglah," ucap Alanzo sambil memegang tangan Allcia.

"Alan, cepat! Bawa aku ke rumah Kaylan!" kata Allcia dengan nada tinggi.

Alanzo melepas genggaman tangannya dan kembali menatap ke depan. Ini untuk pertama kalinya Allcia membentaknya, tapi Alanzo memahaminya. Situasi telah mendorongnya berperilaku seperti itu. Sesampainya di komplek perumahan Kaylan, Alanzo tidak bisa memakirkan mobilnya di depan rumah Kaylan. Ada beberapa mobil polisi, mobil stasiun televisi, awak media dan mobil lain. Disana cukup ramai. Allcia lantas turun dan lari mendekati rumah Kaylan. Alanzo keluar mengejarnya.

Keberadaan Allcia sontak membuat orang-orang, apalagi awak media terkejut. Mereka bertanya-tanya untuk apa Allcia datang, ditambah keadaannya yang kacau. Saat awak media mendekat, Allcia berteriak histeris hingga mereka bergerak mundur. Alanzo turun tangan untuk melindungi Allcia dari awak media. Allcia tercengang menatap belasan karangan bunga ucapan belasungkawa yang berjajar di depan rumah Kaylan. Ditambah garis polisi dan beberapa polisi yang tampak sibuk disana. Allcia melihat keberadaan Zoey, gadis itu tampak mengobrol dengan seorang polisi bersama pria paruhbaya di sisinya. Allcia mengenali pria paruhbaya itu, dia adalah Ayahnya Kaylan. Arah tatapan Zoey tiba-tiba terarah kepada Allcia, gadis itupun berjalan menghampirinya.

"Aku pikir kau tidak akan datang," ucap Zoey.

Allcia memegang kedua lengan otot Zoey dengan kuat, "Dimana Kaylan? Aku mau bertemu dengannya!"

Zoey menatap karangan bunga, "Aku salut padamu, Allcia. Meski hubunganmu sudah berakhir, kau masih mencintainya dan.. datang kesini."

Hubungan? Mencintainya? Batin Alanzo bertanya-tanya.

King Of PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang