Adexe mengantar Allcia ke kamarnya, disana ia bilang pada gadis itu bahwa kondisinya cukup baik. Allcia meresponnya hanya dengan tersenyum tipis, meski dalam hati ia merasa enggan melakukan itu bahkan melihatnya saja dia tidak mau.
"Aku akan kembali. Tunggu," ucap Adexe.
Allcia mengira pria itu akan langsung pergi, tapi justru Adexe mengecup keningnya dulu baru pergi. Allcia duduk di tepi kasur.
Selang beberapa menit, Adexe kembali. Setelan suit sangat pas ditubuhnya, seperti dijahit khusus untuknya. Allcia fokus pada ponsel yang dibawa Adexe, ponsel berwarna pink soft. Adexe bertekuk lutut dan memegang tangan kanan Allcia. Allcia menunduk untuk bisa melihat Adexe.
"Ini untukmu," kata Adexe seraya meletakan ponsel tersebut di atas telapak tangan kanan Allcia.
Allcia mengangkat kedua alisnya, ia beralih melirik ponsel tersebut. Itu ponsel keluaran terbaru dari perusahaan ternama, bahkan produknya terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang dapat memilikinya karena harganya yang fantastis.
"Biar kau tidak bosan selama aku tidak ada. Kau bisa main game, menonton, atau.. ya apapun. Aku sudah memasukan kartu SIM dan mendaftarkannya. Kau tinggal memainkannya saja," kata Adexe.
Tatapan Adexe yang hangat, berubah tajam. "Kau bisa mengobrol dengan siapapun, asal tidak dengan pria lain. Dan kau tidak boleh meminta bantuan untuk kabur. Jika ada yang menanyakan keberadaanmu, berbohonglah. Mengerti?" katanya.
Dia mengaturku sesuka hatinya, batin Allcia.
Adexe berdiri, "Orangtuamu tahu kalau kau ada disini."
Allcia terkejut. Ia lantas mendongak, "Bagaimana mereka tahu?"
"Aku yang memberitahu mereka. Halo, Tn. Allard Mackenzie! Putrimu sudah tinggal bersamaku," balas Adexe seraya bergaya seakan-akan sedang menelfon.
Allcia tercengang, Adexe sendiri yang memberitahu mereka? Tidak adakah rasa takut?
"Mereka akan datang kesini. Tunggu saja. Aku juga tidak sabar bertemu mereka, calon mertuaku," kata Adexe.
"Kenapa kau begitu santai? Kau akan habis ditangan Ayahku," ucap Allcia.
Adexe tersenyum dan mengacak puncak kepala Allcia dengan sayang.
"Jika dia memang mencintaimu, dia tidak akan melakukan sesuatu yang bisa membuatnya kehilanganmu. Orang bilang, cinta seorang Ayah kepada anaknya itu besar. Kita lihat, apa Ayahmu seperti itu," ujar Adexe.
Allcia mengernyit, "Maksudmu.. jika Ayahku menyerangmu, kau akan menghabisiku begitu?"
"Ya," balas Adexe dengan cepat.
Allcia terdiam dan menunduk, ia sudah tidak kaget lagi. Sejak awal Allcia sudah berpikir pria satu itu kejam. Terekam jelas bagaimana Adexe melemparnya hingga terluka seperti ini. Allcia kembali menatap Adexe, kenapa violis itu terlihat begitu marah?
Adexe fokus melihat mata Allcia dan membatin, Aku sangat membutuhkanmu, bagaimana bisa aku membunuhmu? Itu sama saja aku bunuh diri.
Dan lagi-lagi sikap Adexe berubah. Ia terlihat tenang dan ada kelembutan dimatanya. Adexe melirik arlojinya, ia menghela nafas.
"Aku harus pergi. Ada urusan dikantor. Kau baik-baik saja disini. Jika kau butuh sesuatu, kau bisa memintanya pada Sam atau pelayan," kata Adexe.
Allcia hanya diam menatapnya. Adexe mengambil kertas dilaci nakas lalu mengeluarkan pulpen dari balik jasnya, ia menuliskan beberapa angka disana. Setelah itu memberikannya pada Allcia.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Psychopath
RomansaSenjata dan biola, dua benda yang cukup melekat pada dirinya. Dia memiliki dua reputasi yang cenderung bertolak belakang. Simfoni yang di mainkannya mengantar kita pada dunia fantasi. Namun tahukah kalian? Di balik reputasinya sebagai pemain biola t...