"Jadi apa kau akan buat Adexe jauh-jauh dari hidupmu?"
Pertanyaan itu memecahkan keheningan yang menyelimuti dalam mobil. Allcia yang sedang menyetir menengok ke samping kanan, menatap Berta yang sedang mengaca dan merapikan rambutnya. Mereka dalam perjalanan pulang, tepatnya Allcia mengantar Berta pulang. Skylar sudah sampai dirumahnya sepuluh menit yang lalu. Hari sudah malam.
"Aku rasa.. kau berlebihan, Ber," kata Allcia dan kembali menatap depan.
Berta menoleh dan mengernyit, "Berlebihan?"
"Ya. Adexe tidak akan berulah lagi. Dia sudah berjanji," ucap Allcia.
Berta tersenyum hambar, "Karena kau menyukainya, makanya kau percaya padanya."
Allcia menghela nafas dan meliriknya, "Aku hanya tidak mau pikiranku terjebak pada masa yang sudah berlalu, Berta. Ya, dia jahat. Dia pernah buat hidupku bermasalah. Tapi itu dulu."
Berta memalingkan wajahnya, menatap pemandangan luar dari balik jendela.
"Callie menyerangku itu mungkin karena dia berpikir aku merusak hubungannya. Padahal Adexe memang seperti itu, memacari banyak wanita hanya untuk bersenang-senang--"
"Ya! Hanya kau yang dia inginkan. Benar?" potong Berta dengan nada kesal.
Allcia menghela nafas, "Mungkin Adexe akan mengurus mantannya itu. Dan Callie tidak akan salah paham lagi."
"Kau sadar tidak sih? Memang kau masalahnya, yang membuat hubungan mereka hancur. Adexe MENGINGINKANMU. Menginginkanmu, Allcia!" Berta meninggikan suaranya.
"Kau ini kenapa sih, Ber?!" balas Allcia tak kalah tinggi.
"Pria itu akan melakukan banyak cara agar mendapatmu, tidak peduli seberapa kerasnya kau menolaknya!Dan sikapnya yang mengalah padamu itu akan segera lenyap! Paham?! Dia ambisius! Dia kejam, Cia!" bentak Berta.
Allcia lantas mengerem mobilnya, kebetulan kondisi jalan sepi. Hanya mobilnya dan mobil Osiel di belakang.
"Kau berkata seperti kau sangat mengenalinya," gumam Allcia.
Berta diam sejenak, "Aku.. hanya mengatakan apa yang aku lihat. Dia berbahaya, dia ambisius, dia gila. Perbuatannya padamu sejak satu tahun yang lalu, itu sangat keterlaluan. Intinya, dia hanya akan membuat hidupmu dalam masalah. Bermasalah. Berantakan!"
Allcia diam, tetap menatapnya.
"Jujur saja kalau kau tidak cuma menyukainya," kata Berta.
"Huh?" Allcia mengangkat kedua alisnya.
"Kau jatuh cinta padanya kan?"
Deg!
"Sebenarnya kau juga mencintainya. Iya?"
Deg!
"Tapi kau malu untuk mengakuinya."
Nafas Allcia semakin tercekat mendengarnya. Jantungnya berdetak kencang.
Berta tertawa hambar, "Munafik!"
Ucapan barusan cukup menusuk dada Allcia. Ia meremas roknya dan menahan kesal. Berta lantas membuka pintu mobil, ia keluar dan menutup pintunya dengan sangat keras. Allcia menatap Berta yang tampak mengobrol dengan Osiel dengan mata berkaca-kaca.
"Ada apa?" tanya Osiel.
"Nonamu itu keras kepala! Dan munafik!" ketus Berta.
Osiel geram, "Jaga bicaramu!"
Berta tidak mengucapkan satu patah katapun. Ia melangkah pergi ke tepi jalan dan menelfon seraya berjalan. Osiel mendekati pintu mobil Allcia, ia mengetuk kacanya. Bertanya apa yang terjadi dengan gerakan isyarat. Allcia menggeleng. Gadis bermarga Mackenzie itupun melajukan mobilnya. Osiel segera masuk ke mobilnya dan mengejar mobil Allcia. Berta menatap mobil mewah Allcia lalu Osiel yang melaju disampingnya. Berta menurun ponselnya, tatapannya berubah sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Psychopath
RomansaSenjata dan biola, dua benda yang cukup melekat pada dirinya. Dia memiliki dua reputasi yang cenderung bertolak belakang. Simfoni yang di mainkannya mengantar kita pada dunia fantasi. Namun tahukah kalian? Di balik reputasinya sebagai pemain biola t...