Allcia berdiri di sisi tubuh pria yang tidak berdaya itu. Sudah enam bulan Adexe melewati masa koma. Allcia adalah satu-satunya orang yang sering berada di samping Adexe. Gadis itu merasa bersalah hingga ia tidak fokus dengan kehidupannya sendiri. Ia sering bolak-balik Calgary-Roma hanya untuk melihat kapan Adexe siuman. Penantian Allcia tidak sia-sia, dua hari yang lalu Adexe siuman meski kondisinya saat ini masih lemah.
"Allcia, aku tahu kau pasti mau menerimaku. Buktinya kau disini sekarang. Fabio sudah menceritakan semuanya padaku."
Perkataan Adexe kemarin itu membekas dipikiran Allcia. Adexe telah salah menyimpulkan. Allcia disana bukan karena itu, tapi karena dia merasa bersalah. Mata elang Adexe terbuka, ia bangun dari tidurnya. Senyum Adexe terutas, wajah pucatnya sedikit memudar saat dia tersenyum.
"Ada baby Cia disini," kata Adexe. "Selamat pagi, sayang."
Adexe mengernyit. Tidak seperti kemarin, sekarang gadis itu tidak tersenyum. Wajahnya terlihat sedih sekali.
"You okay, baby?" tanya Adexe.
"Aku harus pergi," kata Allcia.
Adexe terkejut, "Apa?"
"Aku akan ke LA malam ini, tinggal bersama orangtuaku dan kembali fokus pada ke kehidupanku," jawab Allcia.
Adexe mengulurkan tangan kirinya untuk mengamit tangan Allcia, tangan kanannya masih belum pulih. Namun Allcia bergerak mundur. "Maafkan aku," katanya.
Adexe mengernyit, "Maaf?"
"Kau seperti ini karena aku," kata Allcia.
Adexe tersenyum, "Sayang, sudah ku bilang kau tidak salah. Justru kau adalah kebenaran, kebenaran bahwa kau memang untukku."
"Aku tidak bisa," sambar Allcia.
"Tidak bisa? Tidak bisa apa?" Adexe mengerutkan keningnya.
"Aku tidak bisa memaksa diri untuk menerimamu," jawab Allcia tanpa menatap Adexe.
Tatapan Adexe berubah tajam, "Allcia.."
"Kau salah paham," balas Allcia. "Aku.. aku disini karena aku ingin melihatmu siuman. Melihatmu pulih. Bukan--"
"Beri aku kesempatan," potong Adexe.
Allcia lantas menatapnya sendu. Ia menggeleng, "Aku tidak bisa memaksa perasaanku. Aku hanya akan menyakitimu, jadi biarkan aku pergi."
Adexe diam dan Allcia melangkah pergi. Jika saja bisa, Adexe akan berlari mengejarnya. Kedua kakinya tidak bisa digerakan. Tiba-tiba saja mata elang yang dingin itu mengeluarkan air mata.
Kau adalah wanita pertama yang benar-benar menyakiti hatiku dan membuatku menangis, batin Adexe.
Malam harinya...
Carter menghampiri Allcia yang tengah bersiap-siap di depan cermin. Pria gemulai itu melirik sebuah koper dan Allcia bergantian.
"Ada apa, Car?" tanya Allcia.
"All, kau serius akan meninggalkannya? Violinist itu baru siuman. Bagaimana jika keadaannya kembali memburuk?" kata Carter.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Psychopath
RomanceSenjata dan biola, dua benda yang cukup melekat pada dirinya. Dia memiliki dua reputasi yang cenderung bertolak belakang. Simfoni yang di mainkannya mengantar kita pada dunia fantasi. Namun tahukah kalian? Di balik reputasinya sebagai pemain biola t...