Adexe membawa gadis itu ke gedung hotel tempatnya menginap. Mobilnya berhenti di pelataran hotel. Melihat banyak orang yang keluar masuk dihotel itu, Allcia memukul-mukul kaca mobil dengan tangannya yang terborgol seraya berteriak. Allcia terus memukuli kaca mobil, berharap petugas itu menyadari bila ada sesuatu yang tidak beres disana.
"Sekeras apapun kau memukul kacanya, itu tidak akan membuatnya pecah. Teriaklah sekencang-kencangnya! Tidak akan ada yang mendengar suara apapun didalam sini selain aku," kata Adexe.
Mobil yang Adexe pakai bukan sembarang mobil. Jaman yang semakin modern mendorong teknologi untuk semakin berinovasi. Allcia menoleh padanya dan siap memukulnya, dengan sigap Adexe mencekal tangannya. Di waktu yang bersamaan, Adexe menyemprotkan cairan ke wajah Allcia. Tidak butuh waktu lama, Allcia menunjukan reaksi obatnya. Allcia langsung kehilangan kesadarannya
"Bagus," Adexe berseringai licik dan membuang botol semprotnya ke bawah.
Adexe mengelap sisa air mata Allcia. Lalu ia membuka borgol tangan dan kaki gadis itu. Adexe membelai wajah Allcia dan menatap wajahnya lekat-lekat.
"Seandainya saja kau memberiku kesempatan. Ini tidak akan terjadi, sayang," gumam Adexe.
Adexe mengenggam tangan Allcia dan mengecup jari jemarinya. Kemudian Adexe keluar dari dalam mobil. Berjalan setengah memutari mobilnya untuk mengambil Allcia. Adexe mengangkat tubuh Allcia dan membopongnya. Ia melempar kuncinya pada si pegawai hotel untuk memarkirkan mobilnya. Keberadaan Adexe dan Allcia di lantai utama gedung hotel menjadi pusat perhatian.
Bagaimana tidak? Dua orang yang sedang panas-panasnya di gosipi, kini terlihat bersama dihotel. Apalagi Adexe membopong Allcia. Adexe ingin situasi ini membuat orang-orang yakin kalau ia ada hubungan asmara dengan Allcia.
Manager hotel menghampiri Adexe, "Maaf, Tuan. Apa Allcia baik-baik saja?"
"Ya, kekasihku ini ketiduran dimobil. Ku rasa kelelahan karena seharian dia syuting dalam video klipku," balas Adexe dengan ramah.
Pernyataan Adexe barusan semakin mempengaruhi pikiran orang-orang yang mendengarnya, saat mendengar kata "kekasihku". Adexe pun menuju lift. Sesampainya dikamar yang berada di lantai 15, ia membaringkan Allcia disofa. Adexe menatap tubuh gadis itu dari bawah hingga ke kepalanya. Adexe mengusap lembut tangan Allcia yang terasa mulus.
"Aku bisa saja membiarkanmu dibawah pengaruh obat. Agar kau tidak memberontak, tidak menentang apa yang aku... mau," kata Adexe.
Adexe menghirup aroma leher gadis itu lalu berbisik, "Tetapi aku takkan membiarkannya terlalu lama. Akan ku buat kau menjerit ketika aku menyentuhmu. Akan ku buat kau pasrah dibawah kendaliku. Akan ku buat kau mendesah selama permainannya nanti."
Adexe menanggalkan dress gadis itu, hanya menyisakan pakaian dalam saja. Melihat kemolekan tubuh Allcia, Adexe semakin gerah. Adexe mengikat rantai pada kedua penggelangan tangan Allcia. Adexe membuka jas yang dikenakannya, lalu membuka kancingnya. Tubuh proposionalnya terlihat mengkilap karena keringat, karena gairah yang menggebu, tubuhnya seakan-akan berlari marathon.
Adexe memegang ujung rantai yag terulur padanya, lalu mengambil segelas sampanye dan menyiramnya ke arah wajah Allcia. Spontan! Allcia terbatuk-batuk karena ada air yang masuk ke dalam hidungnya. Adexe bergerak untuk menuangkan sampanye ke dua gelas kosong. Tidak membutuhkan waktu lama, kesadaran Allcia kembali seutuhnya.
Allcia terkejut dengan posisinya yang terbaring diatas sofa, dalam keadaan tangan terantai. Gadis itu panik saat menyadari tubuhnya hanya memakai pakaian dalam. Ia berusaha sekuat tenaga agar rantainya terlepas, namun nihil! Justru suara rantai yang meronta-ronta yang ia dapatkan. Allcia menatap Adexe dengan kening berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Psychopath
RomansaSenjata dan biola, dua benda yang cukup melekat pada dirinya. Dia memiliki dua reputasi yang cenderung bertolak belakang. Simfoni yang di mainkannya mengantar kita pada dunia fantasi. Namun tahukah kalian? Di balik reputasinya sebagai pemain biola t...