Tragedi Rumah Yusuf

1.5K 102 26
                                    

Hari terakhir ujian selalu menjadi yang paling ditunggu. Tak terkecuali dengan kelas X IPA Olimpiade.

Hari terakhir ujian, dengan mapel Geografi dan Ekonomi.

Ekonomi pada pukul delapan dan Geografi pada pukul dua belas, setelah dzuhur.

Intinya, ada waktu kosong sebelum ujian berikutnya dimulai.

"Kita di sekolah aja, nih?" Tanya Sasya.

"Ayo ke rumahnya Pida..." ajak Puja.

"Ayo!" Yang lainnya bersuara.

"Rumahnya Yusuf aja. Ada wifinya!" Sergah Ade.

"Eh iya, ya? Ayo rumahnya Yusuf!!!!!!!!!!!"

Yusuf tak bergeming. Dia hanya diam, pasrah, menyerahkan semuanya kepada Yang Kuasa. Wajahnya seketika pucat pasi, mungkin karena faktor puasa.

"Tapi, neneknya Yusuf kan, galak?"

"TIDAK PEDULI." Ipeh langsung nyelungsep ke motornya dan jalan duluan.

Satu kelas datang, kecuali anak-anak olim yang memang benar-benar 'olimpiade'.

Rumah Yusuf sangat asri. Bahkan, bisa mendapat kategori adiwiyata. rumah paling asri selorong. Paling sunyi dan damai.

Sementara itu, Puja memainkan mic karaoke di pinggir jalan. Mic tersebut dirampas secara anarkis oleh Ipeh.

"Iya, bapak-bapak ibu-ibu yang naik motor silakan masuk ke rumah Yusuf!" Teriak Ipeh di depan rumah Yusuf.

"Eh, masuk-masuk..." ajak Yusuf.

Semua langsung masuk dan baring di sofa serta lantai. Yusuf membagikan password wifinya yang tingkat kesulitannya di atas rata-rata.

Password yang terdiri atas angka, huruf, simbol, nama kota, namanya, dan nama-nama tak dikenal. Sangat-sulit.

Semuanya didominasi oleh cewek, yang memang ribut dari lahir. Yusuf hanya diam membatu melihat rumahnya yang sunyi tak bernyawa menjadi ricuh riuh tak terelakkan.

Ditambah dengan tingkah Ipeh yang naik di atas sofa, menyanyi tak karuan, plus tawa Sasya yang mirip kuntilanak. Tertawa sampai bersetubuh dengan bumi.

Selama setengah jam mereka menikmati wifi, tiba-tiba...

"Woi, cek grup! Queen bilang, kita udah masuk!!!!!" Ujar Pida syok.

Namun, tidak ada yang percaya.

"Halah bacod."

"Tidak peduli geografi."

"Hoaks hoaks."

"Hashtag #tetapdirumahYusuf!"

Tak lama berselang, Hikmah menelepon Sasya.

"Assalamualaikum. Halo? Kalian semua dimana? Ruangan kita udah ada pengawasnya. Di sini baru ada tiga orang. Cepeeet!"

"LHA BUKANNYA HABIS DZUHUR!?"

"AAAAAA"

"AAAAAA"

"TOLOOOONG."

"Settan."

"Jadwal kampret."

Semuanya berhamburan. Seperti semut yang disapu. Semuanya menyambar tas dan langsung pakai sepatu. Berlari menuju sekolah tanpa menghiraukan kendaraan. Tidak peduli hampir mati.

Semua berlari. Tidak ada yang jalan santai maupun cepat. SEMUANYA BERLARI TAK KARUAN. Cuaca panas, puasa, syok, dan belum belajar bersatu di dalam jiwa.

Dan benar, ujian sudah dimulai. Pengawasnya sudah ada pula. Entah apa yang akan dijawab. Bahkan, mereka sudah lupa materi.

--

Cerita di atas bukan saduran atau fiktif belaka. Semuanya true story. Semangat olim:'(

OlimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang