片思い • 05

567 93 12
                                    

.
.
.
.
.

Terkadang ketika kita tidak menunggu sesuatu, justru waktu akan terasa begitu cepat.

Begitu juga dengan hari-hari.
Manusia cenderung melupakan hal yang penting, namun mengingat hal buruk.

Bagai kepingan ingatan, hal itu bisa datang begitu saja tanpa diinginkan.

.
.
.
.
.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sudah beberapa minggu semenjak kejadian yang memalukan bagi Nakyung, namun sekuat apapun ia mengabaikan, tetap saja ia tidak akan lupa pada Lee Saerom- yang bisa dibilang mungkin gadis pertama yang melihat-

Ah memalukan sekali mengingatnya.

Saerom, memainkan pulpennya ditangannya. Menatap buku sejarah itu dengan serius, memecah fokusnya menjadi dua, suara lembut Noh Jisun dengan penjelasannya, atau gambar-gambar pada buku sejarahnya. Padahal kantin masih ramai di jam istirahat itu.

Sesekali Jisun mengaitkan rambutnya ke belakang telinganya, menggunakan jari lentiknya, membuat garis rahangnya yang mulus dapat terlihat oleh pandangan Saerom.

Gerakan simple itu justru membuat Saerom mengamati gadis itu dengan lekat, rambutnya yang Panjang, lurus jatuh dengan sempurna. Bibirnya yang bergerak, mengucap, entah apa yang Jisun ucapkan.

Mereka tertawa kecil, tanpa sadar sepasang mata sedang mengawasi gerak-gerik mereka dengan kesal.

Kenapa Nakyung harus kesal? Ia sedikit merasa, bahwa senior itu tidak seharusnya sebahagia itu, bisa dibilang Nakyung masih dendam- iya, dendam.

PLUK!

Sepotong tangan mendarat di puncak kepala Nakyung, mengacak rambutnya. Si gadis terperanjat dengan kehadiran Chaeyoung disebelahnya.

Kenapa manusia ini selalu datang tiba-tiba sih?

Si marga Lee mendengus kesal segera mungkin menampik pergelangan tangan Chaeyoung.

Chaeyoung menarik kursi besi itu- mendaratkan dirinya untuk duduk- dengan senyum jahilnya seperti biasa, senang sekali menggoda Nakyung.

"kau tau... kalau kau cemburu, coba kau jujur saja pada Saerom,"

"-kau tau, Ketika mulutmu diam, kau terlihat lebih cantik"
desis Nakyung cepat dengan tangannya menyambar ponsel miliknya, pura-pura terpaku pada layar seolah mengabaikan Chaeyoung.

"ow, kasar sekali nona! Tapi aku serius..." diambilnya pena milik Nakyung, mencorat-coret permukaan kertas pada buku tulis Nakyung dengan asal,

Kataomoi | Nakyung × Saerom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang