片思い • 18

300 62 8
                                    

Padahal siang begitu terik hingga semburat cahaya matahari dari sela gorden pada ruang kelas mengenai wajah nya, namun tidak juga membuatnya terjaga. Kelas yang hening, murid-murid yang memperhatikan sekenannya.

Hanya terdengar gurat kapur pada papan tulis juga suara berat seorang guru -sesekali menjabarkan rumus-rumus yang tertulis pada buku cetak ditangannya.

"baiklah, ada yang bisa menjawab persamaan ini?" tunjuknya pada papan tulis usai meletakkan kapur.





"baiklah, ada yang bisa menjawab persamaan ini?" tunjuknya pada papan tulis usai meletakkan kapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Tidak jadi si kapur diletakkan. Tentu saja, gadis yang menelungkup diatas meja pada pojok ruangan itu kini mendapat perhatiannya. Menghela nafas berat, ia masih berusaha menahan marah, "Lee Nakyung.." panggilnya pelan. Dan, setengah lebih siswa-siswi menoleh pelan pada kursi si pemilik nama.

Teman sebangkunya sudah cukup grogi. Seoyeon menyikut sisi badan si gadis Lee, "Hey, bangun, bangunlah!" namun belum. Nakyung masih terlelap hingga terpaksa Seoyeon harus mengguncangkan tubuh mungil itu agak kuat.

"Lee Nakyung!" oh, pak guru melangkah mendekat. Tanpa aba-aba mendaratkan buku cetaknya tepat diatas kepala si gadis yang tertidur.

Cukup keras.

"akh!" jeritnya, ia terbangun sepenuhnya -mengusak wajahnya sedikit kasar, "i-iya, pak, iya?"

Namun kemarahannya tertelan kala melihat air liur yang menempel pada pipi anak muridnya, "astaga.. pergilah ke kamar mandi untuk mencuci muka!"

"b-baik, pak.. saya permisi dulu.." terbata ucapnya sambil bergegas keluar dari ruang kelas. Meninggalkan teman-temannya yang tertawa karena ulahnya.



____




Keran dibuka, ia membiarkan air mengisi pada telapaknya yang kemudian digunakan untuk membasuh wajahnya. Berkali -sedikit emosi, mengusak pada bagian pipi. Membasuh yang menempel disana.

"Bagaimana bisa aku tertidur dikelas? Sial! harusnya aku tidak perlu menghafal sampai larut malam segala -toh tes untuk hari ini dibatalkan!" umpatnya, "lagipula bapak itu- tidak perlu memukulku segala!" lanjut mengusap bagian kepalanya yang masih terasa sedikit nyeri.

Sebenarnya daripada sakit, rasa malu ditertawakan teman sekelas lebih membuatnya kesal. Rasanya ingin sekali langsung pulang saja, tidak perlu kembali ke kelas segala. Akan tetapi, ujian akhir semester akan dilaksanakan minggu depan pada semua mata pelajaran, tentu saja ia tidak boleh melewatkan pelajaran.

Sadar diri, dirinya bukan murid yang cukup pintar. Yah, meskipun mungkin bisa saja mencontek sedikit pada temannya namun tetap saja setidaknya harus ada sedikit pelajaran yang menempel dikepalanya kalau-kalau tidak ada kesempatan mencontek untuknya.

Namun seketika kegiatannya terhenti kala matanya menatap pada bayangan yang terpantul pada cermin didepannya.

Seseorang melangkah masuk, kemudian memasuki salah satu bilik toilet dan menguncinya.

Seseorang yang dikenalnya.


Nakyung mengusap wajahnya yang basah perlahan-lahan, mengeringkannya. Menghabiskan waktu kemudian menekan pada wadah sabun, melanjutkan untuk mencuci tangannya tanpa arti. Menunggu gadis itu keluar dari sana.

Tak lama, pintu kemudian terbuka. Gadis itu akan melangkah keluar.


"Chaeyoung-" panggilnya ragu, gadis itu menoleh. Nakyung sebenarnya tidak punya hal untuk dibicarakan, jadilah keduanya hanya bertatapan untuk beberapa saat.

Gadis yang lebih tinggi mengerjap, namun sorot matanya berubah.


"Apa? Kau mau aku sampaikan salam pada Saerom?"

Hah?

"b-bukan itu-"

"Ada, ia masuk kelas hari ini, nanti akan aku sampaikan," ucapnya singkat tanpa ada niatan untuk melanjutkan pembicaraan lebih lama. Kemudian berbalik, melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat untuk keluar dari toilet.

Lee Nakyung, masih terdiam ditempatnya.



____



Jika saja waktu dapat diputar kembali, ingin rasanya Chaeyoung menghentikan dirinya sendiri -yang dirasa sangat bodoh, ketika mengajak Nakyung pergi ke rooftop sekolah tanpa perencanaan. Tentu saja itu akan jadi pernyataan perasaan yang gagal! Seharusnya ia tidak melakukannya.

Kini tiap kali ia melihat gadis itu, dari kejauhan lapangan, atau bahkan melewati kelasnya saja terasa sangat berat. Mungkin sakit hati? Tidak juga, tapi, siapa yang dapat menerima penolakan? Wajar saja. Meski tidak seharusnya ia menghindari gadis itu terlalu lama.

Peduli amat, ujian akan segera tiba, kini lebih baik ia fokus pada soal-soal memusingkan pada buku cetak yang sedang diberusaha diselesaikannya. Pukul tiga sore, sekolah tentu sudah selesai. Tidak, tidak. Ia harus menyelesaikan ini sebelum pulang untuk dikumpulkan ke ruang guru.

Sayangnya, fokusnya kembali terpecah ketika seseorang tiba-tiba menarik kursi untuk duduk dihadapannya.

"Kau tau.. rasanya kita harus bicara, Chaeyoung,"

Oh? Chaeyoung mendongak.

Saerom disana.

Tidak jadi, ia memutuskan kembali menundukkan pandangan pada buku cetaknya, "kalau mau bicara, ya bicara saja, seperti bukan temanku saja-"

"-ini soal Nakyung, kau tau kan? Adik kelas itu.."










To be continued
Coffeeganger
©2019

Kataomoi | Nakyung × Saerom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang