片思い • 15

330 66 12
                                    




"Kak!" tangannya melambai dari luar jendela. Saerom kemudian menghentikan kegiatan menulisnya lalu keluar kelas menghampiri gadis itu.

"Ada apa?"


Berpikir sejenak, seharusnya Nakyung ingat akan kata-kata apa yang tidak mencurigakan untuk memberikan bekal yang ia masak sendiri, yang sudah dirangkainya tadi sebelum ia sampai ke hadapan gadis ini.


Poin ke berapa?

Makes her feel special.

Memang dasar grogi.

"Umm ... ini, ibu, -apa namanya, ibuku membuatkan makanan untuk kita- eh, maksudku untukmu, eh bukan! Untuk kita berdua- tunggu, maksudnya, ini oleh-oleh yang dimasak-"

"Iya, iya, ayo makan bersama di kantin," jawabnya lembut.

Senyum itu, oh sial, kenapa Saerom bisa jadi orang se-peka ini? Memang sepertinya tidak salah Nakyung bisa jatuh hati padanya.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Dan berjalan kearah kantin berdua, bagi Nakyung terasa begitu lama. Kotak bekal di tangannya terasa berat pula.


Perasaan menyenangkan dan menyebalkan dari jatuh cinta, peduli amat dengan tatapan orang-orang yang menatap pada keduanya ketika mereka memasuki kantin, kemudian duduk berhadapan pada satu meja.

"Festival kan sebentar lagi, umm... kelas kakak mau menampilkan apa?" ucap Nakyung sambil menyodorkan kotak bekal pada Saerom. Yah, sebenarnya ia tidak tau bagaimana harus memulai percakapan.

"Kelas tiga tidak membuat stand, hanya penampilan band saja, wah, ini kau yang memasaknya sendiri?" matanya berbinar.



Memang biasa, nasi omelet. Namun penataan yang apik, membuat makanan itu terlihat menggugah selera. Tidak sia-sia Nakyung menonton video tutorial di YouTube.



"Iya, -eh, maksudku, ibu yang memasaknya," jawabnya terbata.

Yah, Saerom tentu tau gadis itu berbohong. Tapi tidak apa, ia pun mengambil sendok, lalu mencicipinya.

Mengunyah, dan menelan. Pasang mata cantiknya membulat.



"Serius, ini enak! Aku tidak tau kalau kau pintar memasak,"



Pujian itu, Nakyung tersenyum simpul. Eh tunggu, ia sadar kalau Saerom sudah mengetahuinya. Ah, lagipula untuk apa juga berbohong.

Namun, selagi dirinya menatap pada gadis dihadapannya yang sedang makan dengan lahap, pikirannya malah beralih. Memutar kembali ingatannya malam tadi.


Usai pembicaraan diantara keduanya malam tadi, berlalu begitu saja. Chaeyoung kembali pulang tanpa berkata apapun.

Dan Nakyung, memangnya apa yang bisa dilakukannya? Namun entah mengapa hadir sedikit rasa bersalah meski ia tidak mengerti alasannya.

Kataomoi | Nakyung × Saerom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang