片思い • 06

561 88 0
                                    




Terik menyengat, terlihat cahaya matahari menembus rimbunnya dedaunan pada pepohonan di taman sekolah.

Lapangan yang sangat luas, pepohonan yang sedikit. Wajar saja jika sekarang para siswa siswi yang sedang upacara menjadi sangat kepanasan karenanya.

Beberapa diantaranya bahkan sudah menggoyangkan kaki atau lengannya karena pegal, ada pula yang berbisik mengobrol dengan berbagai macam topik.

Begitu juga dengan nakyung. Kakinya sudah sangat pegal, ia menggerakkan lututnya tidak nyaman. Pidato kepala sekolah ini lama sekali.

Ayolah pak, aku ingin cepat masuk kelas.

.
.
.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bisa dibilang, tinggi badan Nakyung yang kurang memadai membuatnya tidak bisa melihat podium dengan jelas.

Ia pun hanya melihat sekeliling- tidak terlalu memperhatikan pidato tersebut.

"-dan begitulah, dengan bangga saya akan menghadirkan mereka disini. Baiklah, ini dia siswa-siswi yang telah menorehkan prestasi, tentunya juara satu, pada liga basket antar sekolah. Ya, dipersilahkan kepada siswa-siswi tim basket kita untuk naik ke atas podium!"

Gemuruh tepuk tangan ramai terdengar, membuat perhatian Nakyung kembali pada podium.

Kakinya berjinjit, berusaha melihat apa yang membuat orang-orang bertepuk tangan.

Nafasnya tercekat di tenggorokannya, melihat sosok gadis yang berjalan ke atas podium, seketika menarik perhatian matanya diantara deretan orang diatas podium.

Astaga- itu kak Saerom.

Bola mata Nakyung terpaku, mulutnya sedikit menganga, rasanya waktu menjadi berputar sangat lambat.

Begitulah, entah mengapa ia jadi berdebar- tidak, ia yakin kini ia telah menyukainya.

Pahatan wajahnya- rahang, hidung mata, semuanya sempurna. Padahal dia mengenakan seragam sekolah biasa, tapi kak Saerom benar-benar berbeda.

Kenapa Nakyung baru menyadarinya?

Ini bukan sekedar girl crush, Nakyung tau itu. Ia sadar betul dan bisa membedakan mana perasaan yang ia ingin jadi seperti dia, atau ia ingin berada di antara bibirnya.

Tentu Nakyung merasakan yang kedua, ah entahlah, Nakyung bahkan tidak bisa memahami perasaannya sendiri.

Saerom mengangkat tangannya, mengisyaratkan kepada siswa-siswi dibawah podium untuk tenang.

Ia pun tersenyum- manis, terlalu manis bagi mata Nakyung.

"terimakasih kepada pihak sekolah yang telah memberi kami kesempatan,"

Kataomoi | Nakyung × Saerom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang