8:Lost Memory

1.3K 82 2
                                    

Wajah muram masih saja terpatri pada gurat wajah gadis berambut emo itu, atau lebih tepatnya wanita yang kini masih melamun memandangi cincin pemberian kekasihnya.
"Touka.."
Touka menoleh mencoba tersenyum.
"Oh Yomo-san, kenapa?"Tanya Touka.
Yomo menyipitkan matanya sekilas lalu menghembuskan nafas berat.
"Anak itu benar-benar lenyap sesudah tragedi Arima diDistrik 22 kan?"
Touka kembali muram sambil mengelap mejanya.
"Mungkin nanti dia kembali, aku yakin itu.."ucap Touka lirih.
Yomo memandangi wajah keponakannya itu dengan tatapan iba sedangkan saat ini Touka sudah tidak tahan merasakan rindu yang amat membuncah pada pangerannya itu.
-o0o-
"Maman Ohayo!!"
*Bruk*
Sebuah pelukan khas Saiko menubruk tubuh laki-laki berambut hitam putih itu.
"Kau selalu saja seperti ini ketika aku baru saja bertugas lama"Komentar laki-laki itu.
"Haise Sasaki bagaimana penelitianmu diDistrik 21?"Tanya Arima dengan wajah datarnya seperti biasa.
"Baik Arima-san, sepertinya aku tidak menemukan kejanggalan dari Ghoul yang berbahaya"Cerita Sasaki.
"Jadi malam ini sensei bisa kembali memasak untuk kami seperti biasakan?"Ucap Mutsuki tersenyum.
Haise tertawa.
"Tentu saja! Ayo kita sarapan sekarang, bagaimana jika Arima-san ikut juga?"Tawar Haise ramah, Arima tersenyum lalu mengangguk mengikuti langkah Sasaki beserta anak buahnya masuk keApartementnya.

Haise P.O.V
Namaku Haise Sasaki, aku adalah salah satu anggota perusahaan yang saat ini sangat terkenal diTokyo yaitu CCG, walau masih tergolong baru
aku sudah memiliki pangkat yang cukup menjanjikan hingga aku dipercaya Kishou Arima untuk memimpin sebuah tim bernama quinx.
Aku sangat mengagumi Arima dan Akira, mereka layaknya orang tuaku sendiri.
Itulah kenapa aku sangat menyayangi mereka.
Dan aku berpikir aku sudah sangat bahagia hidup seperti ini.
Haise P.O.V end

Saiko,Urie, dan mutsuki dengan cekatan langsung menata meja untuk tamu spesial mereka sedangkan Haise mengaduk sup yang masih dimasak diatas kompor sambil tersenyum mengamati mereka.
"Bahagianya hidup seperti ini..."Gumam Haise senang.
-o0o-
Touka menulis sesuatu dibuku tulisnya, Touka benar-benar tidak tau
harus mencurahkan kepada siapa kerinduannya yang sudah amat sangat membuncah itu.
Saat ini Kaneki seakan benar-benar lenyap dari muka bumi ini.
Touka meraih kertas surat yang dia simpan dilaci meja nakasnya.
Touka kembali membacanya namun kali ini tiap patah kata dalam surat itu membuat kerinduan Touka semakin membuncah ingin rasanya Touka memeluk erat tubuh kurus Kaneki dan takkan membiarkannya pergi begitu saja.
"Ken... Dimana kau? Tidakkah kau tau  aku sangat mengkhawatirkanmu saat ini?"gumam Touka meneteskan air matanya pelan.
Foto Kaneki yang Touka dapatkan dari universitas kamii selalu saja basah dengan air mata kerinduan Touka setiap malamnya berharap dengan air matanya Kaneki bisa kembali lagi dalam pelukannya.
*Tok...Tok...*
Touka cepat2 menyeka air matanya dan memasukkan fotonya itu kelaci nakasnya beserta surat Kaneki
"Masuk.."
*ceklek*
"Onee-chan, bisa...umm nanti saja, sepertinya Onee-chan sedang sibuk"Ucap Hinami menyadari Touka baru saja menangis jadi Hinami tidak ingin mengganggu, Touka menggeleng.
"Aku tidak sibuk kok"Ucap Touka dengan suara parau namun tersenyum.
Hinami menghela nafas berat lalu mendekati Touka dan memeluknya.
"Hina-"
"Onee-chan habis menangisi Onii-chan kan?"
*Deg*
Touka menunduk membalas pelukan Hinami.
"Ti...dak kok, kau merindukannya kan?"
"Iya..tapi onee-chan lebih merindukannya"
Touka mulai tergugu menangis dalam pelukan Hinami, tentu saja Touka sangat merindukan kekasihnya yabg masih saja pergi tanpa kabar dengan status tunangannya.
"Onii-chan dimana kau sebenarnya?"gumam Hinami ikut menangis.
-o0o-

Haise sedikit menyeruput kopi hitamnya sambil membaca buku karangan "Takatsuki Sen", sesekali Haise seakan mendapatkan sebuah kenangan buram ketika membaca novel itu, entah kenapa Haise tiba-tiba tertarik ingin membaca novel itu.

"Ada apa sebenarnya denganku? kenapa aku begitu ingin bertemu seseorang tapi siapa?"pikir Haise gusar lalu kembali menyeruput kopi panasnya.
*ceklek*
"Sensei?"
"Ah Mutsuki ada apa?"
"Tuan Arima ingin bertemu dengan anda"
Haise lalu bangkit untuk mengikuti langkah Mutsuki menuju ruang tamu apartemen mereka.
"Arima-san? Ada yang bisa saya bantu?"Tanya Haise sesopan mungkin, Arima memberi isyarat pada Haise untuk segera duduk didepannya.
"Aku mendapat laporan dari Akira"
Seketika keringat dingin seakan melapisi tangannya.
"Bahwa sampai sekarang kau masih saja tidak berani membunuh ghoulkan?"
*Deg*
Haise menunduk takut2.
"Apakah itu benar?"
Haise mengangguk takut2.
"Ya...i..tu benar"
Arima menghela nafas lalu memandangi netra Haise yang menyiratkan kesedihan.
"Aku tau kau adalah Half ghoul, tapi kau harus lebih prefesional, belas kasihanmu itulah yang membuatmu lemah"
*Deg*
Haise mengangkat wajahnya lalu tersenyum kikuk sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya.
"Maaf saya memang payah dalam hal itu, tapi saya akan berusaha memperbaikinya hehehe"ucap Haise
"Oh iya aku ingin menanyakan sesuatu padamu lagi,.."
"Apa itu?"
Arima bangkit lalu berjalan mendekati Haise dan menepuk pundaknya.
"Bagaimana seandainya jika ingatanmu kembali?apa kau akan pergi dari sini?"tanya Arima.
*Deg*
Haise tersenyum.
"Aku akan tetap disini, sepertinya aku tak memperlukan ingatanku, jadi..."
"Jadi?"
"Kupikir aku sudah cukup bahagia dengan keadaanku saat ini.."
Arima tersenyum lalu mengambil sebuah buku yang tergeletak diatas meja kaca dan menyodorkannya pada Haise.
"Ini buku yang waktu ingin kau baca"
Haise tersenyum lebar menerima buku itu
"Arigato gozaimasu Arima-san!"
Arima mengangguk, Haise lalu mengantar Arima keluar dari rumahnya karena malam kian larut jadi Arima harus segera pulang.
*Blam*
Haise segera menuju kamarnya lagi untuk melanjutkan bacaannya yang tertunda.
"Sensei!"
Haise menoleh.
"Mutsuki?ada apa?"
"Tadi ada paket untuk sensei"
Mutsuki menyodorkan sebuah paket pada Haise, dia pun menerimanya.
"Arigato...Oyasumi Mutsuki"
"Oyasuminasai Sensei!"
*blam*
Haise menghela nafas berat lalu duduk pada kursi meja nakasnya.
Tangan Haise langsung membuka paket pemberian Mutsuki untuk mengetahui isinya.
*Srek*
Haise mengerutkan alisnya melihat isi paketnya.
"Topeng?Novel?"
Haise membuka halaman pertama dan halaman terakhir novel itu, tepat dihalaman terakhir itulah tertulis
"Untuk Kaneki ken dari Takatsuki Sen? Siapa itu Kaneki Ken? Apakah ini paket salah kirim?"pikir Haise bingung lalu membaca label pengiriman paket itu.
"Alamatnya benar tapi..."
Haise memandangi topeng aneh itu.
"Siapa itu Kaneki Ken?"
-o0o-
Uta sedang menggambar sebuah topeng sambil bersenandung kecil ketika bunyi bel tokonya berbunyi.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"Tanya Uta sambil tersenyum, Haise memandangi netra ghoul Uta sambil sedikit keheranan.
"Matamu-"
"Oh ini? Aku menyuntikan cairan tato pada putih mataku dan mengenakan contac lens, tenang saja warna hitam ini akan memudar dengan sendirinya kok"jelas Uta santai, Haise sedikit bergidik ngeri mendengar jawaban Uta yang terdengar amat menyakitkan menurut Haise.
"Jadi, kau mau apa kesini? Membeli topeng?"Tanya Uta membuat Haise sedikit gelagapan lalu mengeluarkan topeng yang kemarin dia dapatkan dan menyerahkan topeng itu pada Uta.
"Tadi malam aku mendapatkan sebuah paket yang menurutku salah kirim dan setelah kuperiksa ternyata topeng ini berasal dari sini"
"Yaa memang aku yang mengirimnya, kenapa?"
"Dipaket itu tertulis nama Kaneki ken bukan namaku"
Uta menerima topeng itu.
"padahal alamatnya sudah kutulis dengan benar, kau bisa memilikinya"
"Eh? Ja..jadi apakah kau juga mengirimkan novel ini?
"Tidak, hanya topeng ini"
Haise terdiam sejenak mengamati Uta.
"Yasudah kalau begitu aku akan pulang"
Uta mengangguk.
"Yaa silahkan, terima kasih sudah berkunjung"
Haise mengangguk lalu tersenyum kikuk dan segera keluar dari toko itu.
*Cring*
Uta tersenyum penuh arti.
"Kaneki Ken ya??"

My Moon PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang