Beberapa hari ini anak buah Haise menyadari perubahan aneh pembimbingnya, beberapa hari sejak kedatangan mereka dicafe Haise seringkali Haise tersenyum tanpa sebab dan keluar dari apartement lebih sering tanpa sepengetahuan anak buahnya tapi sesekali Haise juga mengajak anak buahnya.
Seperti siang itu Haise mengajak anak buahnya keKafe Re untuk menikmati secangkir kopi yang kini menjadi favorit Haise.
"Haise-san mau pesan apa?"Tanya Touka ramah, Haise sedikit gelagapan karena sejak tadi dia memperhatikan Touka yang melayani pelanggan lain.
"A.. Aku pesan seperti biasa"
Touka sedikit tertawa sambil menulis pesanan Haise yang sukses membuat Haise semakin salah tingkah.
"ke..kenapa kau tertawa"
Touka tersenyum lalu menggeleng.
"Tidak ada apa-apa kok, kopi hitam dengan sedikit susukan?"Tanya Touka, Haise mengangguk.
Touka tersenyum.
"wajahmu lucu Haise-san"Komentar Touka seraya berbalik untuk pergi membuatkan kopi Haise.
Haise kembali bersemu malu mendengar pujian Touka, Haise memegangi pipinya yang memanas lalu tersenyum.
"Waaa Touka-san memujiku, apakah wajahku selucu itu??"Ucap Haise dalam hati kegirangan, Mutsuki memandangi wajah sumringah nan berbunga Haise dengan tatapan sendu.
"Sensei jatuh cinta padanya ya?"gumam Mutsuki sedih.
-o0o-
Hari ini hujan cukup deras tapi tekad Touka sudah bulat ingin membeli buku karangan Takatsuki Sen ditoko buku, Touka mengenakan jas hujan dan payung berjalan menyusuri trotoar jalanan shibuya untuk menuju toko buku yang dulu pernah dia kunjungi dengan Hinami.
"Hinami pun juga pergi..."gumam Touka sedih mengingat Hinami juga pergi keAogiri untuk menjadi lebih kuat.
Tinggalah hanya Yomo dan Touka yang menjaga kafe :Re dan Hinami sudah jarang pergi keKafe mungkin dia akan datang disaat Hinami benar-benar tak ada urusan atau menemui Touka karena rindu pada Touka.
*Cring*
Touka menghela nafas berat lalu meletakkan payung dan melepas jas hujannya.
Wanita itu berjalan mengitari rak untuk mencari buku favorit kekasihnya itu, Touka juga mengambil sebuah buku ensiklopedia tentang kehamilan dari salah satu rak buku yang dia lewati.
5Menit kemudian..
"Terima kasih sudah berbelanja disini"
*cring*
Touka kembali membuka payungnya lalu berjalan pulang sambil menenteng kresek putihnya.
"Apakah Haise-san senang ya kuberi buku ini?"pikir Touka memandangi kresek putih itu lalu tersenyum.
"Aku ingin lebih banyak bercerita dengan Haise-san, aku yakin dia Kaneki"
-o0o-
*Blar*
"Sass-san dia ghoul yang disebut orochi itukan??"Tanya Shirazu sambil membersihkan darah yang mengalir dipipinya, Haise mengangguk.
"Dia bisa dibilang S class jadi kalian harus berhati-hati"Ucap Haise mengingatkan.
"Gerakannya juga sedikit susah diprediksi sensei"Tambah Mutsuki.
"Sspertinya dia akan sulit ditangkap hidup-hidup"pikir Haise kesal.
"Jadi kalian sudah menyerah?"Ejek ghoul yang disebut orochi dengan nada melecehkan, Urie menggeram kesal.
"Jangan remehkan aku!"Bentak Urie melancarkan serangan kaguneya kearah orochi tapi ghoul itu dengan mudah menghempaskan tubuh Urie hingga terpelanting menggunakan kagunenya.
"Urie!!"Haise baru saja akan mendekati Urie tapi kagune orochi sudah menyabet Saiko dan Mutsuki hingga mereka juga terpelanting seperti Urie.
"Saiko!Mutsuki!Beraninya kau!"Haise menggeram kesal sambil mengeluarkan kagunenya untuk menyerang balik.
Orochi tersenyum misterius melihat kemarahan Haise.
"Jadi kau sudah mulai serius ya??"
*Blar*
"Argh!"
"Sass-san"
*crot*
Kagune ghoul itu menusuk tubuh shirazu dan melemparnya dengan asal setelah menyabet Haise.
"Shi...ra..zu argh!"Haise memuntahkan darah karena serangan orochi yang cukup mematikan.
"Haise...Haise...Haise..."
*Deg*
Dalam keadaan setengah sadar Haise melihat sosok Kaneki yang berdiri tegak mengeluarkan kagunenya.
*Trek*
Kaneki menekuk jarinya seperti biasa lalu berbisik tepat ditelinga Haise, saat lelaki itu berusaha untuk duduk.
"Sebut namaku Haise..."
"Argh!Aku tidak butuh kau!"Geram Haise kembali mengeluarkan kagunenya dan menyerang orochi itu.
*Blar*
Lagi-lagi kagune orochi itu melempar Haise dengan kasar hingga Haise terpelanting cukup jauh.
"Haise...tidakkah kau butuh kekuatanku?ayo...ayo...ayo....terimalah.."
*Deg*
Haise tersenyum jahat kali ini Kaneki berhasil menguasai pikiran Haise.
*Trek*
Haise tertawa jahat lalu menatap orochi dengan tatapan menusuk nan menebarkan hawa membunuh yang mecekam.
"Payback time!"
*Blar*
*Sret*
"Argh!"
Haise lagi-lagi tersenyum jahat lalu memutar tangan sebagai perintah pada kagunenya untuk mempertajam tusukannya pada dada orochi.
"Argh!"
Haise tertawa jahat lagi melihat hujamannya membuat ceceran warna merah memwarnai aspal didepannya.
"Mati kau..mati...mati...mati..."Ucap Haise disela tawa jahatnya ketika tubuh orochi itu jatuh didepannya, Orochi itu berusaha untuk berdiri didepannya lalu membuka tudung bajunya dan melepas topengnya.
"Tak salah lagi, serangamu itu tidak berubah ya Kaneki..."
*Deg*
"Ni...shio-senpai?"
*Deg*
Sekelebat kenangan buram bermain-main dikepala Haise membuat kepala Haise terasa sakit seakan mau pecah.
"siapa itu nishio-senpai, siapa dia? Aku bicara apa?argh!!!kepala sakit!!"
Erang Haise memegang kepalanya membuat pergerakan kagunenya tidak terkendali, Arima yang sejak tadi hanya mengamati dari jauh dengan Akira pun langsung bertindak.
*Dar*
"Argh!"
-o0o-
Touka tak sengaja menjatuhkan cangkir kopinya ketika menata buku dimeja nakasnya, Touka pun langsung memunguti pecahan cangkir itu hingga tanpa sengaja pecahan cangkir itu melukai jarinya.
*Deg*
Touka menggelengkan kepalanya kuat-kuat, sejak pagi tadi perasaan Touka benar-benar gelisah mirip seperti 2 hari sebelum serangan Arima didistrik 22, Touka benar-benar merasa sangat cemas pikirannya hanya tertuju pada Kaneki persis seperti saat ini.
Setelah membuang pecahan kaca itu, Touka lalu duduk ditepi ranjangnya.
Touka meraih segelas susu yang terletak diatas meja nakasnya lalu meminumnya.
*Gluk..gluk...gluk...*
Rasa ingin memuntahkan susu itu benar-benar menyiksa Touka tapi Touka berusaha menahannya demi janin yang kini tengah dikandungnya.
"Semoga kau baik-baik saja disana Kaneki.."Doa Touka sambil mengelus perutnya yang masih terlihat datar.
Touka lalu berbaring memeluk gulingnya berharap yang dipeluknya adalah Kaneki bukan gulingnya.
"Semoga saja besok Haise-san datang keKafe agar aku bisa lebih banyak ngobrol dengannya"Harap Touka memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang benar-benar lelah.
-o0o-
"Ini terakhir kalinya CCG memaafkanmu kalo kau sampai lepas kendali tanpa segan CCG akan menjatuhimu hukuman mati"Jelas Arima menatap tajam Haise, Haise mengangguk ragu-ragu.
"Ba..baik Arima-san, saya permisi"
*Blam*
Haise menghela nafas berat lalu segera masuk kekamarnya.
Dikamar Haise langsung merebahkan tubuhnya diranjang.
Kepalanya masih sedikit pusing, tapi Haise berusaha mengingat-ingat soal ghoul orochi tadi.
"Siapa Nishio-senpai itu?"
*Sret*
"Ugh..mengingatnya membuatku bertambah pusing saja"keluh Haise memijat-mijat kepalanya untuk mengurangi sakit kepalanya karena seklebat ingatan buramnya.
"Besok aku ingin bertemu dengan Touka-san"Pikir Haise tersenyum lalu memejamkan matanya untuk tidur menanti hari esok agar segera bertemu cinta pertamanya.Cinta yang dia lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moon Prince
RomanceTouka bingung bagaimana harus menghadapi Kaneki karena hubungan mereka yg menurutnya rumit. Kedatangan Kaneki secara tiba-tiba membuat gadis berambut pendek model emo itu terkejut, namun laki-laki berambut putih itu masih saja dingin seperti dulu...