9:Faded Memory

1.2K 82 1
                                    

Touka semakin hari semakin berubah dingin lagi seperti dulu, air matanya sudah kering untuk menangisi Kaneki yang tak kunjung kembali dan yang paling menyakitkan adalah Touka tak pernah lagi tersenyum kecuali tersenyum palsu pada para pelanggan membuat Hinami semakin sedih melihat perubahan Touka.

Hari ini pun tanpa banyak bicara setelah membersihkan cafenya Touka langsung masuk kamar.
Semenit setelah membersihkan diri Touka langsung berbaring menatap langit-langit kamarnya
Beberapa hari lalu Touka menyadari sesuatu jika ada perubahan pada dirinya.

Touka hamil.

Dan Touka diam-diam berusaha memakan makananan manusia untuk mengasup nutrisi janin yang tengah bersemayam dirahimnya selama sebulan itu.
Touka mengelus perutnya dengan wajah muram.
"Aku berpikir, seandainya kau kuberitahu soal janin ini apakah kau akan senang mendengar bahwa kau berhasil mengabulkan permintaan nekatku?"Gumam Touka lalu duduk untuk meraih sebuah sandwich dimeja nakasnya.
Touka menelan saliva seakan jijik melihat makanan itu, dengan ragu-ragu Touka berusaha memakannya.
Rasanya Touka ingin muntah memakan makanan itu tapi setiap Touka merasa seperti itu Touka selalu membayangkan betapa bahagianya Kaneki ketika mengetahui anaknya telah lahir dari rahimnya.
*Gluk*
Touka berhasil menghabiskan sebuah roti sandwich dan sebotol air mineral, Touka menghembuskan nafas lega.
"Ken..."
-o0o-
Haise masih saja mencoba mencari tau tentang orang bernama "Kaneki Ken", Haise sedikit keheranan karena semua data tentang "Kaneki Ken" seakan disembunyikan total oleh para     petugas CCG.
"Aneh.. Siapa sebenarnya Kaneki Ken? Kenapa kesannya dia seperti amat sangat dirahasiakan?"gumam Haise heran sambil terus mengamati tulisan tangan Takatsuki Sen yang tertulis dihalaman teraihir novel tersebut.
"Kaneki Ken.."
Haise berbaring diranjangnya lalu memejamkan matanya.
*Sret*
"Haise..."
*Deg*
Haise memutar bola matanya mencari sosok yang memanggilnya yang ternyata adalah seseorang berambut putih yang duduk dengan kepala tertunduk dan tangan yang dirantai, Haise menelan ludah lalu mundur beberapa langkah karena sedikit takut.

"Kau takut padaku Haise?"

Haise mengangguk takut-takut, lelaki berambut putih itu tersenyum misterius.

"Sebut namaku Haise..."

"Si..siapa namamu?"

"Kaneki Ken..."

*Deg*

"Si..siapa sebenarnya kau?"

Kaneki tersenyum lagi.

"Aku adalah aku, kau adalah kau, dan kita adalah orang yang sama yang berbagi tubuh"Jelas Kaneki, Haise semakin bingung dengan ucapan ambigu Kaneki barusan seakan pertanyaan Haise tentang masa lalunya semakin bergejolak.

*Tok...Tok...*

Seketika Haise terbangun dari mimpi anehnya dan langsung terduduk dengan wajah yang bercucuran keringat mendengar suara pintu kamarnya diketuk cukup keras.
"Sensei?apakah anda sudah bangun?"
"I..iya.. kenapa?"
"sekarang sudah  pagi, anda akan terlambat!"Ucap Mutsuki cukup keras dari luar kamar Haise.
Haise sontak langsung melirik kearah jam dinding kamarnya.
"Waaaa sudah jam 7!!!"
-o0o-
"Gomenne gara-gara aku kalian jadi tidak sarapan"Sesal Haise sambil cengengesan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Saiko sejak tadi pagi pun memajang wajah kusut karena belum sarapan.
"Tidak apa-apa kok sensei, karena sensei pasti sangat kecapekan karena kudengar tadi sensei mendekur"Hibur Mutsuki
"Eh, apakah sekeras itu dengkuran hingga kau dengar?"
Mutsuki tertawa mendengar pertanyaan Haise.
Saat melewati toko roti Yoriko, Saiko bilang ingin makan roti disitu, Haise membolehkan dan mentraktir mereka sebagai permintaan maaf karena tadi pagi tidak sempat membuat sarapan.
Sambil menikmati roti masing-masing mereka juga berbincang-bincang banyak hal kecuali urie yang terbiasa diam, tak sengaja mereka berjalan melewati sebuah kafe, hidung Haise mengendus bau kopi yang harum.
"Mumpung kita melewati tempat ini, bagaimana jika kita mampir untuk ngopi?aku yang traktir lagi!"Tawar Haise.
"Ta..tapi sen-"
"Waaa Maman memang yang terbaik!ayo!"ajak Saiko antusias, Haise tertawa lalu membuka pintu kafe bernama "Re:"
*Cring*
Mereka langsung memilih tempat duduk tapi Haise masih terpaku ditempat melihat pelayan yang mendekatinya dengan wajah yang sama terkejutnya.
"Maman ayo duduk disini!!"Teriak Saiko riang sambil menepuk-nepuk kursi yang kosong diseberang meja mereka, Haise langsung tersadar dari keterkejutannya dan duduk sesuai perintah Saiko.
"Sensei kau baik-baik saja?"Tanya Mutsuki cemas melihat wajah pucat Haise.
"A...aku baik-baik saja kok"Jawab Haise dengan nada bergetar, setelah pelayan cantik itu mencatat pesanan mereka, selang beberapa menit pesanan mereka datang.
*Tak*
Suara cangkir berisi kopi untuk Haise diletakkan oleh pelayan cantik itu tepat didepannya.
"Si..a..pa..?"Tanya Haise dengan nada bergetar, wanita cantik itu tersenyum hangat tapi netranya menyiratkan kesedihan dan tangannya menyentuh tangan Haise.
"Touka, Kirishima Touka"
*Deg*
*Tes*
Entah kenapa tiba-tiba air mata Haise menetes seakan ada kerinduan dan kebahagian yang membuncah secara bersamaan didalam hati kecil Haise.
Touka tersenyum lagi lalu menyeka air mata Haise dengan tangannya.
Disaat itulah Haise melihat cincin Touka yang masih saja tersemat dijemari Touka.
"Aku percaya padamu"
*Deg*
Sekelebat ingatan suara yang samar-samar terdengar ditelinga Haise membuat Haise semakin tidak mengerti kenapa dia menangis.
"Kau?"
"Sa..saki Haise"
Touka mengangguk lalu tersenyum.
"Aku permisi.."
Touka berlalu pergi, disaat itulah Haise tiba-tiba tanpa alasan jelas, Haise merasa sangat bersalah seakan dia mengingkari janji yang amat berat.
Haise masih saja memandangi Touka yang melayani pelanggan lain.
"Dia cantik sekali.."Komentar Haise dalam hati dengan pipi bersemu merah.
-o0o-
Touka kembali menangis dikamarnya, kali ini kerinduannya sedikit terobati karena Touka yakin 100% jika yang dilihatnya bukan seorang penyidik CCG bernama "Sasaki Haise", Touka yakin itu tunangannya yang sudah lama hilang.

Apa yang dilakukan Kaneki dikandang musuhnya?

Ini bukan mimpikan?

Touka mengepalkan tangannya berharap bisa kembali menyentuh tangan Kaneki yang amat dia rindukan itu.
"Kaneki...Apakah kau sudah lupa janjimu?"
-o0o-
Haise langsung merebahkan tubuh lemasnya begitu sampai diapartementnya.
"Touka...Nama yang cantik seperti pemiliknya.."Pikir Haise sambil mengingat-ingat senyuman hangat Touka saat melayaninya tadi siang.
"Siapa sebenarnya dia? Entah kenapa hatiku mengatakan jika aku harus tau lebih banyak soal gadis itu?"pikir Haise lagi dengan tatapan menerawang keluar jendela.
"Haise.."
Haise sedikit terkejut mendengar namanya disebut oleh suara yang sama dengan Kaneki Ken.
"Sebut namaku.."
Haise menggeleng kuat-kuat ketika bisikan kaneki yang bergema dikepalanya.
Haise memainkan penanya diatas kertas sambil sedikit menyunggingkan senyuman.
"Kirishima Touka ya? Apakah dia memiliki pacar ya?"
Haise tertawa kecil menyadari kebodohannya soal pertanyaan tidak penting itu.
Haise bersandar pada kursi kerjanya sambil tersenyum-senyum sendiri mengingat-ingat gadis cantik bernama Touka itu, dia bertubuh ramping,berambut sedikit bergelombang,matanya indah sekali dan memiliki senyum yang sangat cantik.
"Entah kenapa saat aku melihatnya, aku seakan merasa sangat bahagia bertemu dengannya"gumam Haise sambil terus menyunggingkan senyum, Haise mengartikan itu semua sebagai pertanda jatuh cinta untuk pertama kalinya tapi Haise salah!

Karena sebenarnya Haise jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada orang yang sama.

My Moon PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang