"Arima, sepertinya dia semakin penasaran dengan masa lalunya"Ucap Akira, Arima membalik kertas halaman buku yang dibaca lalu menatap kearah Akira.
"Aku tahu itu, tapi aku juga tak bisa menahannya begitu saja karena hal itu akan membuatnya curiga"jelas Arima menyeruput kopinya.
"La..lalu apa kau akan membiarkannya?"
"Mungkin"
Akira mendecih kesal lalu pamit untuk kembali kekamarnya, saat ini Akira benar-benar cemas memikirkan soal Haise, dia takut kehilangan Haise apapun alasannya.
-o0o-
Touka masih asyik membaca buku ketika berbaring diranjangnya, tiba-tiba saja Haise datang dan menindihnya.
"Haise!!"
Haise tersenyum ditegur oleh Touka seperti itu.
"Kau sedang baca apa?"
"Oh, ini hanya buku cerita , kau mau apa kesini?"
"Touka-chan aku bosan, hari ini juga hari liburku jadi..."
"Yasudah pergilah berkencanlah dengan Hinami"
"eh?! Kau kenapa berkata seperti itu Touka-chan?"
Touka tertawa lalu mengelus rambut halus Haise.
"Yasudah, kau mau apa?"
Haise tersenyum mencium kening Touka.
"Aku hanya ingin berdua denganmu kok"
"Itu saja?"
"Kenapa?kau mau lebih?"Canda Haise
Touka terlihat berpikir sebentar.
"Kalau kau mau 'melakukannya' sekarang pun aku tidak keberatan"*Deg*
"Melakukannya?"
"Kalau kau tidak paham terserah kau saja, aku mau tidur..."
"Eh?!Touka-chan!!"
Touka tertawa kecil lalu memegang kedua pipi Haise.
"Jadi?"Wajah Haise merona malu sebenarnya Haise paham maksud Touka, tapi dia malu untuk mengutarakannya.
"A..aku.."
"Baka, kenapa kau malah memajang wajah orang mesum seperti itu?"
"Touka-chan!"
Touka lagi-lagi tertawa lalu memeluk Haise dan membenamkan wajahnya didada Haise.
"Aku hanya bercanda kok"
Haise sedikit kecewa mendengarnya.
"Kau itu benar-benar tak bisa ditebak Touka-chan"
"Sekarang memang tidak tapi suatu saat iya, Aku hanya ingin memelukmu kok"
Haise tersenyum membalas pelukan Touka lalu mengelus kepalanya.
"Aku selalu bahagia saat berada didekatmu seperti ini"Bisik Haise merapikan anak rambut Touka untuk memperjelas wajah cantik Touka yang saat ini tengah merona."Haise, Apakah kau senang seperti ini?"
"Maksudmu?"
Wajah Touka berubah sedih.
"Kau senang membuatku cemas setiap harinya karena kau selalu saja membuat dirimu dalam bahaya"
"Aku janji akan baik-baik saja kok Touka-chan"
Touka diam.
"Daripada memikirkan hal itu, aku baru ingat ingin memberi tahumu tentang pembangungan rumah kita sudah dimulai"Cerita Haise, Touka tersenyum.
"Dan pernikahannya akan diadakan bulan depan"Lanjut Haise.
"Eh?Secepat itukah?"
Haise mengangguk mantap lalu nyengir seperti biasa.
"Aku tidak sabar untuk hari itu"
"Kau bilang sesuatu Touka-chan?"
Touka menggeleng lalu memejamkan matanya.
"Aku bilang, ayo kita tidur! Ini sudah larut"
Haise tertawa lalu ikut memejamkan matanya.
-o0o-
*Ceklek*Bunyi engsel pintu Cafe Re gadis manis berambut sebahu itu menoleh
"Maaf kami su-"Gadis itu terkejut hingga menjatuhkan serbetnya kelantai
*brugh*
"Kaneki...? Kaukah ini?kau kenapa?Kau sangat kacau!!"jerit gadis itu panik, dia pun cepat-cepat menggotong tubuh kaneki yang lemah dan berlumuran darah itu keranjang kamarnya
"Tou.. Ka-chan... Aku... "
"Diamlah!dan makan ini! "ucap Touka menyodorkan tangannya untuk dimakan kaneki,
Awalnya kaneki ragu-ragu namun rasa laparnya mengalahkan keraguannya itu
*Gluk*
Touka meringis kesakitan menahan gigitan kekasihnya itu
"Terima kasih touka-chan.."ucap kaneki lirih seraya mengusap darah touka yang mengalir dari bibirnya
"Apa yang terjadi padamu kaneki?Apakah Arima bajingan itu menyerangmu lagi? "tanya touka menggenggam tangan kaneki lembut
"ahh bukan apa-apa aku hanya terlalu ceroboh... "jawab kaneki berusaha tersenyum hangat kearah touka sambil mengelus kepala kekasihnya itu.
Touka tersenyum lalu bangkit untuk mencarikan baju ganti kaneki
"mandilah, air panasmu sudah siap!"Perintah touka sambil membantu kaneki berdiri dan mengantarnya sampai kamar mandi
*blam*
Pintu kamar mandi tertutup, touka menghela nafas berat sambil bersandar pada dinding, diamatinya perutnya masih terlihat datar namun didalamnya tengah hidup benih yg kaneki tanamkan padanya.
Tak terasa 3 tahun sejak kedatangan kaneki yang mendadak membuat touka terkejut dan sudah 2 tahun mereka menjalin hubungan tanpa ikatan pernikahan, karena kaneki belum sempat memikirkannya mengingat kaneki adalah buronan CCG Rank S, Touka sangat mencintai kekasihnya itu hingga saat ini pun dirinya blum mengatakan tentang janin yang tengah dia kandung karena takut kaneki khawatir akan kesehatannya.
Begitu suara engsel pintu kamar mandi itu kembali berdecit, Sekelilingi Touka berubah.
Kini Touka melihat Kaneki bersusah payah melawan Arima walau berkali-kali diserang hingga Kaneki jatuh berdarah-darah.
"Kaneki!!"
*Sret*
Sekali lagi sekeliling Touka berubah.
*Zrash*
kali ini Touka tengah bersimpuh didepan tubuh Kaneki yang terserbu air hujan dalam keadaan terluka parah sedangkan Touka menggenggan erat tangan Kaneki yang sudah dingin."Touka-chan..ma..af...a..aku...ti...dak..menepati...janjiku"
"Kaneki! Kumohon jangan mati!!"
Kaneki tersenyum dengan tangan gemetar dia menyeka air mata Touka.
"Sim...pan...a..ir...mata...mu..sayang...dan..jaga...ba..bai...baik...a...anak..kita"
"Kaneki!!Baka!! jangan tinggalkan aku sendiri!!"
*Zrash*
"Kaneki!!"
Seketika itu Touka terbangun dari mimpi buruknya tanpa ada Haise disisinya dan air mata yang sudah mengalir deras.Touka terisak, dia takut itu gambaran masa depannya.
"Haise.."
DiKantor CCG...
Haise menguap lebar sambil menikmati kopi hitamnya, membuat Shirazu sedikit iba melihat pembimbingnya kurang tidur karena memikirkan masa lalunya.
"Yo Sass-san!!"
"Ah Shirazu-kun, ada apa?"
"Kau baik-baik sajakah?"
Haise hanya nyengir mendengar pertanyaan Shirazu.
"Aku hanya kurang tidur kok"kilah Haise membenarkan kacamatanya."Maman ohayo!!"
"Saiko? ohayo! Aku senang melihatmu datang sepagi ini dengan Urie"
Saiko tersenyum lebar.
"Bagaimana dengan penelitian anda sensei?"
"Terlalu banyak yang disembunyikan , jadi aku sedikit kesulitan"
"Oh iya,Maman tadi dicari oleh Arima-san"
"Untuk apa?"
Saiko mengendikkan bahunya.Haise pun segera bangkit untuk menemui Arima diruangan kerjanya.
Begitu sampai didepan pintu itu pun Haise menghela nafas berat.
*Ceklek*"Haise, kau sudah datang ya?"
"Arima-san ingin mengatakan hal apa sampai ingin bertemu denganku?"
Arima bangkit lalu mendekati Haise dan langsung menyerang Haise, untung saja Haise bisa menangkisnya.Haise tersenyum ternyata Arima ingin melatihnya sambil mengajaknya mengobrol.
"Jadi,apakah ingatanmu sudah pulih?"
"Belum, belum sepenuhnya"
"Oh, sejauh mana kau meneliti berkas-berkas simata satu?"
Haise tidak menjawab karena masih sedikit kesulitan menangkis tendangan Arima."Jadi, kau sudah menyerah menjadi penyidik ghoul?"
"Tidak!"
"Lalu?"
Arima berhasil menodongkan penanya didepan Haise yang jatuh terduduk lalu mengangkat kedua tangannya."Aku akan tetap menjadi penyidik ghoul meskipun ingatanku kembali sepenuhnya"
"Oh..begitu ya?kenapa?"
Haise bangkit dengan uluran tangan Arima lalu tersenyum.
"Karena aku memiliki orang yang aku sayang disini"
"Siapa?"
"Quinx,Akira-san dan.."
Haise kembali tersenyum kearah Arima.
"Anda"
"Aku?"
"Entah kenapa aku selalu merasa anda seperti ayahku dan Akira-san seperti ibuku sendiri"
Arima tersenyum mendengar penuturan polos Haise, lalu mengelus kepala Haise sambil menatapnya lekat-lekat.
"Kau menganggapku seperti itu?"
Haise mengangguk.
"Arima-san adalah seorang guru dan ayah yang hebat bagiku"
Arima hanya tersenyum karena bagaimana pun Arima juga sangat menyayangi Haise layaknya anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moon Prince
RomanceTouka bingung bagaimana harus menghadapi Kaneki karena hubungan mereka yg menurutnya rumit. Kedatangan Kaneki secara tiba-tiba membuat gadis berambut pendek model emo itu terkejut, namun laki-laki berambut putih itu masih saja dingin seperti dulu...