"Haise..ayo cepat bangun"ucap Touka lembut mengelus rambut halus Haise, hingga laki-laki itu mengerjap-mengerjapkan matanya.
"Ohayo Haise!"
Haise tersenyum lalu duduk.
"Ohayo Touka-chan, jam berapa ini?"Tanya Haise mengucek matanya.
"Ini jam 5 pagi, kau bilang kau harus memasakkan mereka sarapan jadi aku bangunkan jam segini"Jelas Touka.
"Oh Arigato Touka-chan, baiklah aku akan mandi dulu lalu pulang keapartemen"
"Baiklah kan kusiapkan bajumu"
-o0o-
Saiko adalah orang pertama yang membuka mata dan mencium bau makanan yang sangat harum dari dapur.
"Waaa Maman sudah pulang!!!"Pekik Saiko senang lalu langsung meluncur keruang makan.
"Maman!kapan kau pulang??"Tanya Saiko, Haise tersenyum sambil mengayak telur dadarnya.
"Baru saja kok, tolong kau bangunkan yang lainnya ya Saiko"Ucap Haise.
"Okay!"
5 menit kemudian..
"Urie-kun kau sudah lari pagi ternyata"Ucap Haise kagum melihat Urie baru saja pulang dari lari pagi.
"Aku tak ada waktu untuk bermalas-malasan"Sahut Urie dingin seperti biasa lalu masuk kamar mandi.
Haise hanya geleng-geleng melihat sikap dingin Urie seperti biasa.
Haise meneruskan menata meja makannya lalu mengelap kompor yang baru saja dia pakai.
"Mutsuki kau baik-baik sajakah?"Tanya Haise menatap kearah Mutsuki cemas karena sejak tadi Mutsuki hanya menunduk sambil melamun memajang wajah muram.
"Ah...a..aku baik-baik saja"Jawab Mutsuki memalingkan wajahnya agar tidak bersitatap dengan netra Haise.
"Kau sakit?"Tanya Haise menyentuh kening Mutsuki membuat wajah Mutsuki merona malu.
"Ah sensei!! Watashi wa Daijobe!!!"
"Hontou ni?"
"Hontou da!!"
Haise tertawa lalu mengelus kepala Mutsuki.
"Syukurlah kalau begitu, habiskan sarapanmu"
Mutsuki mengangguk malu-malu lalu menunduk untuk memakan sarapan buatan Haise.
"Sass-san nanti siang ada rapat penyidik"Ucap Shirazu malas
"Lagi?huft...kupikir aku bisa minum kopi siang ini"Keluh Haise.
"Maman sejak berkencan dengan Touka-san jadi sering kesana"Ucap Saiko, Haise tertawa kikuk lalu menggaruk pipinya dengan telunjuknya.
"Terlihat sekali ya?"
Saiko dan Shirazu mengangguk kompak lalu tertawa.
-o0o-
*Cring*
"Ah kalian datang, Irasshaimase!"Sambut Touka ramah melihat Haise datang dengan anak buahnya sore itu.
"Kalian pesan apa?"Tanya Touka ramah, mereka lalu menyebutkan pesanan mereka seperti biasa.
Touka lalu tersenyum menoleh kearah Haise.
"Kau Haise atau Kaneki?"
Haise tertawa.
"Kaneki saja"
Touka mengangguk lalu pergi untuk membuat kopi pesanan mereka.
"Touka-san, jangan lupa untuk sering membuatkan Maman kopi jika kalian sudah menikah!!"Sorak Saiko
"Saiko!!"
"Sass-san itu jago masak jadi Touka-san cukup buatkan saja dia kopi hahahaha"Sahut Shirazu.
"Shirazu!!"
Touka tertawa sambil meletakkan pesanan mereka dimeja.
"Kalian ini benar-benar.."
Shirazu dan Saiko tertawa sedangkan Urie dan Mutsuki diam saja.
"Mereka seperti anak-anakmu saja Haise.."komentar Touka disela tawanya, Haise cengengesan sambil mengaruk-garuk kepalanya.
"Mereka itu memang menyebalkan tapi..."
Haise tersenyum melihat kearah anak buahnya yang asyik mengganggu Mutsuki agar ikut tertawa.
"Seperti yang kubilang, aku sangat menyayangi mereka"
Touka tersenyum lalu mendekatkan bibirnya ditelinga Haise.
"Kau memang pantas jadi Ayah dimasa depan"Bisik Touka lalu berlalu pergi dan hasilnya wajah Haise benar-benar memerah total.
"Touka-chan kau itu..."
Touka tertawa sambil mengaduk kopi pesanan pelanggan lain, Haise benar-benar senang bin malu mendengar ucapan Touka yang terdengar seperti harapan dan pujian.
"Maman kau tadi dibisiki apa?Kenapa wajahmu merah sekali??"Tanya Saiko penasaran, Haise menggeleng kuat-kuat lalu memalingkan wajahnya.
"Bu...bukan apa-apa kok..."
"Hontou ni?"
"Hontou da!!"
Saiko cekikian melihat ekspresi Haise yang malu layaknya tsundere itu, Shirazu terlihat berpikir sebentar lalu menoleh.
"Oh iya kalau dipikir-pikir, Sass-san itu seperti ayah kita, benarkan Urie?"
Urie menghela nafas.
"Dia lebih mirip bapak-bapak tua yang suka mengomel"Balas Urie, Shirazu terkekeh.
"Kau itu benar-benar tidak sopan ya Urie...Jadi aku berpikir kalau Sass-san adalah ayahnya..."
Shirazu tersenyum menoleh kearah Saiko yang sudah mengerti maksud Shirazu lalu mengangguk.
"Ibunya adalah Touka-san, jadi kapan Maman menikahinya??"Tanya Saiko antusias yang sukses membuat wajah Haise sudah benar-benar merah sedangkan Touka tertawa dengan semburat warna merah yang menghias kedua pipinya.
*Duk*
"Sass-san itaii yo!"Keluh Shirazu karena Haise menjitak kepalanya, Haise juga mencubit kedua pipi Saiko.
"Kalian ini benar-benar suka sekali menggodaku ya?"Ucap Haise sebal, Saiko sampai meringis kesakitan.
"Mou...Yamete Maman!!Itaii dakara na!!"Keluh Saiko, Touka lagi-lagi tertawa melihat keakraban Haise dengan anak buahnya Mutsuki yang sejak tadi diam jadi ikut tersenyum melihat sikap sayang Haise.
"Sensei benar-benar cocok dengan Touka-san ya?"Pikir Mutsuki iri.
-o0o-
"Sepertinya tabunganku cukup untuk membeli tanah itu"Ucap Haise senang melihat buku rekening banknya karena selama ini Haise jarang mengeluarkan uangnya kecuali kebutuhan sehari-sehari atau kebutuhan mendadak.
"Kalau membangun rumah mungkin aku membutuhkan uang..."
Haise asyik menggoreskan tinta hitamnya pada buku tulisnya, dia sedang menuliskan rencana-rencana yang akan dibuat untuk Touka dan juga membahagiakan anak buahnya ataupun Arima dan Akira.
*Tok...Tok...Tok...*
"Yaa...?"
"Ini Akira"
Haise langsung memasukkan buku tulisnya kelaci meja nakasnya dan segera membuka pintu kamarnya.
"A..Akira-san ada apa??"
Akira terlihat mengamati Haise dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Ke..napa anda melihat saya seperti itu??"
Akira menggeleng lalu tersenyum.
"Kudengar kau baru saja diserang ghoul jadi aku datang kesini, kau baik-baik sajakan?"Tanya Akira datar walau ada kecemasan disetiap patah katanya.
"A..aku baik saja kok, cuma terluka sedikit"
"Souka, Yokatta!Baiklah aku langsung pulang kalau begitu"
"Eh?Akira-san jauh-jauh kesini hanya ingin menanyakan hal itu"
"ya..lagipula Arima juga menanyakan keadaanmu tadi sore tidak tau kenapa"Jelas Akira, Haise tersenyum lalu mengantar Akira keluar dari apartemennya.
Selama perjalanan pun Akira merasa ada yang mengganggu pikirannya, tadi sore Arima menanyakan keadaan Haise karena khawatir Haise tau lebih banyak soal masa lalunya dan yang paling ditakutkan oleh Arima dan Akira adalah ingatan Haise kembali.
Akira menggelengkan kepalanya berusaha membuang jauh-jauh pikiran negativnya itu.
"Haise baik-baik saja, aku yakin itu"Gumam Akira walaupun nyatanya apa yang mereka takutkan sudah terjadi.
Disisi lain Touka sedang menghitung uang ditabungannya, Touka berpikir walaupun uangnya tidak banyak setidaknya Touka ingin membantu walaupun sedikit karena Kaneki sudah banyak berkorban padanya.
"Lebih baik kuberikan saja semua uang tabunganku, toh aku tak terlalu membutuhkannya"Pikir Touka mengumpulkan uang tabungannya lalu memandangi cincin berhias kepala kelinci hadiah dari Kaneki dan tersenyum.
"Sebentar lagi margaku berganti Kaneki Toukakan? Benar-benar aneh menurutku"Pikir Touka lalu menyembunyikan uangnya dan berbaring diranjangnya sambil memejamkan matanya.
"Oyasumi anata.."Bisik Touka lalu tertidur sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moon Prince
RomanceTouka bingung bagaimana harus menghadapi Kaneki karena hubungan mereka yg menurutnya rumit. Kedatangan Kaneki secara tiba-tiba membuat gadis berambut pendek model emo itu terkejut, namun laki-laki berambut putih itu masih saja dingin seperti dulu...