Ana keluar dari ruangan dan berjalan menuju lift. Namun ketika lift terbuka Ana terkejut melihat Azka ada di sana bersama empat pengawalnya. Ana jadi ragu untuk masuk ke dalam.
"Cepat masuk." Ucap Azka dengan nada perintah. Ana pun segera masuk.
Hanya keheningan yang ada di ruang lift. Membuat Ana gelisah saja. Mau bicara gak tahu harus ngomong apa. Dia sekarang berbeda. Dia yang sekarang terlihat dingin dan kaku.
Akhirnya pintu lift terbuka dan tanpa mengatakan sepatah katapun Azka dan rombongannya langsung meninggalkan Ana.
Dasar gak sopan. Padahal aku kan kakak iparnya. Huhhh
Ana pun berjalan cepat menuju parkiran dan masuk ke mobil Honda HRV putih yang dibelikan suaminya sebagai hadiah perkawinan.
Bayangkan, aku yang seorang pegawai biasa pergi kerja dengan mengendarai mobil mahal. Hidupku sejak menikah tidak pernah kekurangan lagi. Ingin beli baju baru tinggal beli, ingin sepatu dan tas baru tinggal beli. Tidak seperti waktu aku jadi karyawan biasa di kantor ini. Aku harus serba hemat. Sebenarnya aku ini sarjana arsitek, tapi karena susah mencari pekerjaan, kuterima saja pekerjaan yang ada. Kita gak bisa milih-milih pekerjaankan kalau kita gak punya koneksi. Apalagi aku yang sebatang kara. Bisa dibilang yatim piatu, karena ayahku gak pernah mau tahu keadaanku, apakah aku masih hidup di dunia ini atau tidak. Bahkan sekedar mencari keberadaanku mungkin tidak. Gak mungkin ayahku gak tahu kalau ibu sudah meninggal. Dasar ayah durjana.
Diperusahaan ini jugalah Ana bertemu dengan suaminya setahun yang lalu. Dan 4 bulan yang lalu dia melamarnya, sebulan kemudian Ana menikah dengannya dengan perjanjian. Suatu perjanjian yang aneh, karena dalam perjanjian pernikahan itu aku tidak boleh meminta cerai kepadanya apapun alasannya. Dan suaminya juga mengatakan bahwa pernikahan mereka hanya pernikahan di atas kertas saja. Itu rasanya sangat aneh menurutnya. Untuk apa dia menikahinya? Toh gak ada keuntungan yang bisa diambilnya. Di sini hanya Ana lah yang mendapat keuntungan.
Jadi saat ini Ana sudah menikah dengannya selama 3 bulan. Ana sendiri tidak mengerti mengapa waktu itu dia memaksanya untuk menikah dengannya, tapi karena iming-iming kehidupan mewah yang akan dinikmatinya maka Ana setuju menikah dengannya. Toh cinta tak masuk dalam agendanya.
Aku gak akan pernah mau jatuh cinta. Lebih baik begini, punya suami hebat dan terkenal, tak perlu melayani kebutuhan biologisnya tapi aku bisa menikmati hidup mewah. Tak akan ada yang tersakiti disini.
Sampai di rumah Ana terkejut karena suaminya ternyata sudah ada di rumah dan menyambut Ana di depan pintu.
Tumben nih. Biasanya juga belum pulang jam segini. Kalaupun sudah di rumah dia gak pernah menyambutku di depan pintu.
"Hai, Sayang. Kok lama pulangnya." Tanya Arsen dengan manis. Kenapa ya suamiku ini, kesambet apa dia di jalan. Dan wait....dia merangkul bahuku dan mengecup keningku. Apa-apaan? Selama ini dia tidak pernah mencium dan memelukku. Dan aku juga geli rasanya dicium-cium dia gitu. Dulu saja aku gak mau kalau dicium sama om-om yang membayarku untuk kencan bersamanya dengan misi untuk membuat cemburu targetnya. Setelah berhasil misi si om, maka tugasku selesai dan aku mendapat bayaran yang lumayan gede. Walaupun terkadang aku jadi sasaran empuk cakaran dan jambakan si target yang cemburu buta. Tapi sudahlah, masa-masa itu sudah berlalu.
"Kak Arsen apaan sih." Tolak Ana.
"Kamu diam sajalah dan jangan menolak apapun yang kulakukan ke kamu mulai sekarang. Kamu turuti semua apa yang kuperintahkan." Ucapnya dengan nada mengancam.
Hhhh....jadi tadi itu manisnya cuma pura-pura? Tapi untuk apa ya.
"Tapi.....Kak."
"Kau harus menuruti semua perintahku. Itu ada dalam perjanjian kita."

KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN LOVE
Fiksi UmumJANGAN LUPA FOLLOW DULU (PRIVAT ACAK) Iriana Balqis, gadis muda yang rapuh tapi angkuh. Hidup sebatangkara tanpa kerabat dan miskin membuat Ana, nama panggilannya, yang semula adalah gadis baik-baik dan pendiam, banting setir menjadi gadis genit da...