Sedih. Itulah yang kurasakan. Ibuku meninggal karena kelelahan mencari nafkah agar aku bisa sekolah di tempat yang terbaik. Benci. Itu juga yang kurasakan kala melihat ayahku hidup dalam kemewahan bersama istri mudanya dan putri haram mereka. Kenapa kukatakan haram, karena ternyata ayahku sudah lama berhubungan dengan wanita itu tanpa menikah hingga lahir seorang anak di belakang ibuku. Saat ayah akhirnya memutuskan meninggalkan kami, putri haramnya sudah berusia 4 tahun. Dan mungkin wanita pelakor itu menuntut ayah untuk menikahinya dan meninggalkan kami. Dan Ayah betul-betul telah menganggap kami tak ada lagi, bahkan aku putri kandungnya. Orang bilang ikatan suami istri bisa putus, tapi ikatan orangtua dan anak tidak akan pernah putus, karena ditubuhku mengalir darahnya. Tapi itu semua BULSHIT!
Kebencianku kepada ayahku membuatku tidak bisa mempercayai laki-laki. Bagiku mereka makhluk yang memuakkan dan tidak setia. Kalau saja bisa, aku ingin membuang darahnya yang ada ditubuhku ini.
###
Seusai pemakaman, Ana yang didampingi Pak RT dan Bu RT menuju ke rumahnya.
"Nak Ana, apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Pak RT.
"Tidak tahu, Pak. Belum terpikir Ana." Tentu saja dia tidak tahu, usianya masih sangat muda, 15 tahun, untuk bisa berpikir ke masa depan. Lagi pula dia sama sekali tidak menyangka ibunya akan meninggalkannya selamanya.
Pak RT menghela nafas. "Kamu gak menghubungi ayahmu? Bukankah kau tahu dimana rumahnya, Ana?"
Mendengar ayahnya disebut, rasa sesak di dada kembali datang. Untuk apa dia menghubungi ayahnya jika ayahnya selama bertahun-tahun tidak pernah mau tahu keadaan mereka. Dia benci laki-laki itu. Pria tidak bertanggung jawab dan tidak setia.
Ana menggelengkan kepalanya. "Tidak. Untuk apa, Pak. Selama ini dia juga tidak pernah mau tahu dengan kami."
Pak RT dan Bu RT yang mengetahui masalah keluarga Ana turut bersimpati.
"Pak, Bu, bisa saya minta tolong?"
"Tentu Nak Ana. Apa yang bisa kami bantu?" Ucap Bu RT.
"Tolong bantu jualkan rumah ini."
"Lah, kalau kamu jual, kamu mau tinggal dimana?" Tanya Pak RT.
"Saya akan ngekos, Pak. Dan akan melanjutkan sekolah saya. Saya gak mau putus sekolah."
Pak RT dan Bu RT saling pandang.
"Ya sudah kalau itu sudah jadi keputusanmu. Gimana kalau rumahmu kami yang beli." Pak RT menyebutkan harga yang akan dibayarnya, yaitu 100 juta. Dan menurutnya harga itu sudah pantas, maka Ana setuju.
Setelah selesai jual beli, Ana pun meninggalkan rumahnya, kehidupan lamanya, dan memulai hidup baru di tempat kosnya. Namun rasa benci dan dendam kepada ayahnya tak pernah hilang dari hatinya. Ayah yang pergi meninggalkan dia dan ibunya demi harta. Dia masih ingat kata-kata terakhir ayahnya waktu itu sebelum meninggalkan mereka, dia berumur 8 tahun ketika itu, jadi sangat membekas di hatinya.
"Jangan tinggalkan kami ayah. Ingatlah kita punya buah hati yang butuh kasih sayang kita berdua." Ucap ibunya sambil terisak memegang tangan ayahnya sambil berlutut. Sementara Ana mengintip kejadian itu dari pintu kamar.
"Aku bosan hidup miskin terus. Aku lelah bekerja banting tulang tapi kehidupanku tidak pernah maju. Kau jangan menghalangiku. Wanita itu akan memberiku segalanya. Dia sangat mencintaiku. Dan kalian tak usah khawatir, aku akan memberikan kalian uang setiap bulannya." Kemudian ayah menghempaskan tangan ibu dan pergi meninggalkan kami. Aku dan ibu hanya bisa menangis melihat kepergian ayah.
Sejak itu hingga kini aku tak pernah melihat ayah lagi. Dan setahuku ayah hanya mengirimi kami uang sekali saja. Dasar penipu!
=============
30062018
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN LOVE
Fiksi UmumJANGAN LUPA FOLLOW DULU (PRIVAT ACAK) Iriana Balqis, gadis muda yang rapuh tapi angkuh. Hidup sebatangkara tanpa kerabat dan miskin membuat Ana, nama panggilannya, yang semula adalah gadis baik-baik dan pendiam, banting setir menjadi gadis genit da...