Lalaki paro baya itu adalah lelaki yang telah menghancurkan hidupnya dan ibunya. Pria itu sepertinya bahagia dengan keluarga barunya. Dan itu sangat menyakitkan hatinya. Kenapa lelaki itu tidak terkena karma saja. Ini tidak adil bagi dia dan ibunya.
"Ana, kenalin ini Pak Fariz Reza dan Bu Sandra, teman Mama."
Dengan tangan gemetar Ana berusaha mengulurkan tangannya ke lelaki tua pengkhianat itu, yang adalah ayahnya walaupun dia tidak mau lagi mengakuinya sebagai ayahnya.
"Ini Ana, menantuku."
"Wah, menantu anda sangat cantik. Wajahnya sepertinya familiar." Ucap Pak Fariz sambil menatap wajah Ana dengan mengerutkan dahinya seolah dia berusaha mengingat-ingat sesuatu.
"Mungkin anda pernah melihatnya di tv. Suaminyakan aktor terkenal." Ucap Abbas.
"Ohh....mungkin saja."
Kemudian Ana mengulurkan tangan ke istri lelaki itu. Ana menatapnya dengan penuh kebencian yang ada di hatinya.
Inilah si pelakor itu. Wanita yang sudah menyakiti ibunya. Merebut ayahnya. Padahal dari segi wajah ibunya jauh lebih cantik. Tapi wanita ini memiliki segala yang tidak dimiliki ibunya, yaitu harta. Wanita ini pun kelihatannya sangat sombong, tak ada senyum di wajahnya saat melihatku.
Kemudian Ana juga bersalaman dengan wanita muda berhijab itu. Nama gadis muda itu adalah Hanim Fariz Reza.
Bahkan nama anak haram ini memakai nama ayahnya di belakang namanya. Cihhh.
Kemudian Ana duduk di sebelah mama mertuanya.
Saat acara makan dimulai Ana sama sekali tidak membuka suara. Rasanya ia ingin cepat-cepat menyelesaikan semua ini dan masuk ke kamarnya untuk menumpahkan segala rasa sedih dan sakit di hatinya saat bertemu kembali dengan lelaki dan wanita itu. Dia sama sekali tidak memperhatikan apa saja yang mereka obrolkan. Dan dia juga sangat benci melihat Azka yang terlihat cocok mengobrol dengan anak haram itu. Mereka saling melemparkan senyum membuat Ana iri dan mereka terlihat sangat serasi di mata Ana, prianya alim dan wanitanya soleha, dan itu membuat Ana meradang. Kalau tidak ingat kesopanan Ana pasti sudah meninggalkan tempat ini, karena tak seorangpun mengajaknya terlibat dalam pembicaraan mereka. Dia seolah diasingkan.
"Ana, tolong ambil puding yang kamu buat tadi." Ucap Marina. "Menantu saya ini sangat pintar loh membuat puding."
Ana berjalan ke dapur bagai robot. Entah kenapa karena benci dan dendam di hatinya dia menaruh banyak garam ke vla susu yang harusnya manis. Diaduknya garam ke vla itu setelah sebelumnya disisihkan yang manis untuk kedua mertuanya.
Ana membawa puding coklat yang telah diberi vla di masing-masing tempat ke meja makan.
Rasain kamu ayah durjana dan pelakor. Makan nih garam. Kamu kira bisa menikmati masakan lezatku. Oh ya, dan untuk anakmu yang sok alim dan kecakepan itu, rasakan juga.
Ana membagikan puding ke semua orang.
"Silahkan dinikmati Pak Fariz, Sandra, Hanim." Ucap Mama mempersilahkan.
Tamunya pun segera memakan puding itu. Tapi seketika mereka melepeh puding itu termasuk Azka. Azka melotot ke arah Ana yang wajahnya terlihat datar.
Sandra, Fariz, Hanim dan Azka terbatuk-batuk dan segera mengambil air minum.
"Sandra, Fariz, Hanim, ada apa?" Tanya Marina panik.
"Ah....gak apa-apa. Cuma tersedak saja." Ucap Sandra tapi menatap Ana dengan menuduh.
Marina yang mencicipi puding dengan nikmat sama sekali tidak berpikir kalau ada yang salah dengan puding Ana.
"Permisi, ada yang harus saya kerjakan." Ana pun berjalan ke luar ke taman belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN LOVE
General FictionJANGAN LUPA FOLLOW DULU (PRIVAT ACAK) Iriana Balqis, gadis muda yang rapuh tapi angkuh. Hidup sebatangkara tanpa kerabat dan miskin membuat Ana, nama panggilannya, yang semula adalah gadis baik-baik dan pendiam, banting setir menjadi gadis genit da...