Masih ada yang nunggu cerita ini gak ya.
Terserah deh, yang pasti bakal tetep saya publish.
Maaf lama karena memang idenya mandeg, juga kurang semangat karena diantara semua cerita yang saya buat, cerita inilah yang paling dikit pembacanya. Tapi mau gimana lagi. Yaudah deh.
Selamat membaca gais.
====================
Pesta pertunangan Azka dan Hanim digelar sangat meriah di sebuah hotel bintang lima. Tamu yang datang juga sangat banyak.
Sudah mirip dengan pesta perkawinan saja, batin Ana.
Ana duduk di meja bulat bersama suaminya yang terlihat sangat gembira menyambut pesta pertunangan adiknya. Bahkan kegembiraannya terlalu berlebihan menurut Ana. Seperti orang yang baru memenangkan sesuatu saja. Sementara Ana tak bisa menyembunyikan wajah sedihnya walau dia sudah berusaha untuk menampilkan ekspresi turut bahagia.
"Kamu kenapa? Dari tadi wajahmu ditekuk gitu, seperti menghadiri kematian saja." Tegur Arsen.
Memang, tapi hatiku yang mati. Batin Ana.
"Bukan urusanmu." Jawab Ana ketus. Arsen tersenyum miring. "Aku mau ke toilet." Ana bangkit berniat meninggalkan Arsen yang menatapnya sinis.
"Tunggu! Kita kasih ucapan selamat dulu untuk mereka." Tanpa menunggu jawaban Ana, Arsen langsung menyeret Ana ke hadapan sepasang kekasih yang baru saja bertunangan itu.
Dada Ana berdentam kuat saat melihat cincin yang ada di jari manis Azka, jantungnya serasa diremas-remas. Sekuat tenaga Ana bertahan agar air matanya tidak jatuh.
"Hai adikku, selamat ya. Akhirnya kamu akan menikah juga." Ucap Arsen seraya menyalami Azka.
"Terima kasih, Kak." Ucap Azka datar.
"Kemana tunanganmu?"
"Di sana, sedang ngobrol sama mamanya." Ucap Azka.
"Oke, aku ke sana dulu. Kamu ngobrol dululah dengan adik iparmu." Rahang Azka tampak mengeras dengan ucapan kakaknya itu.
Setelah ditinggal Arsen, suasana diantara Ana dan Azka menjadi kaku.
"Selamat ya, Azka." Ucap Ana akhirnya memecah keheningan diantara mereka. Lehernya bahkan serasa tercekik ketika mengucapkannya.
"Terima kasih."
"Maaf, aku mau ke toilet dulu." Ana pun langsung pergi meninggalkan Azka yang terus menatap punggungnya.
Ana berpapasan dengan Arsen saat akan ke toilet dan mendengar ucapan yang sangat menjengkelkan dari suaminya itu.
"Jangan bilang kau sedang patah hati." Ucap Arsen yang disertai tawa mengejek yang masih terdengar ditelinga Ana.
Dasar suami durjana! Apa maksudnya berkata seperti itu?
Di dalam toilet Ana menangis karena kesal dengan ucapan terakhir Arsen yang benar adanya. Ya, dia memang merasa patah hati, dan tidak ada jalan keluar untuk mengatasinya. Rasanya dia mau pergi jauh saja agar tak melihat wajah Azka lagi yang membuatnya makin hari makin cinta kepadanya sekaligus semakin sakit.
Setelah puas menangis, sekarang Ana bingung bagaimana dia mau keluar menghadapi para tamu jika riasannya sudah berantakan ditambah wajahnya yang sembab. Dia butuh bantuan teman-temannya untuk keluar dari hotel ini. Ana pun langsung menelepon Yuni.
"Yun, gue di toilet. Bantu gue keluar dari sini."
Tak lama kemudian Yuni dan Reni masuk ke toilet dan terkejut melihat sahabat mereka yang terlihat kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN LOVE
General FictionJANGAN LUPA FOLLOW DULU (PRIVAT ACAK) Iriana Balqis, gadis muda yang rapuh tapi angkuh. Hidup sebatangkara tanpa kerabat dan miskin membuat Ana, nama panggilannya, yang semula adalah gadis baik-baik dan pendiam, banting setir menjadi gadis genit da...