8

2.1K 193 16
                                    

Ana membuka matanya perlahan. Dengan mengerutkan keningnya dia memindai ruangan. Keningnya makin berkerut karena dia gak familiar dengan ruangan dan perabotan di sekitarnya.

Dimana ini? Ana mencoba mengingat-ingat ketika dia mendengar suara ketus yang menyapanya.

"Baguslah kalau kau sudah bangun. Kau sangat merepotkan."

Ana berusaha duduk dan menatap ke arah suara. Azka? Kenapa dia ada di kamarnya?

"Di...dimana ini, Azka." Tanya Ana sambil memijit kepalanya.

"Di apartemenku."

Mata Ana langsung terbuka lebar mendengar ucapan Azka. "Apa? Apartemen kamu? Bagaimana bisa?"

"Minum dulu kopi ini." Ucap Azka sambil mengulurkan gelas kecil kepada Ana.

Ana mengambil gelas dari tangan Azka dan jari mereka bersentuhan. Rasanya bagai disengat listrik bertegangan tinggi. Buru-buru Ana menarik tangannya bersama gelas kecil itu. Setelah meminumnya beberapa teguk, Ana merasa lebih baik. Kemudian meletakkan gelas itu ke nakas yang terletak di sebelahnya.

"Sekarang jelaskan, kenapa aku ada di apartemen kamu." Tuntut Ana.

"Kau semalam mabuk di club dan hampir diperkosa. Untung temanmu meneleponku dan aku tiba tepat pada waktunya. Kalau tidak...."

"Hampir diperkosa......?"

"Kau tidak tuli kan. Aku gak suka mengulang kata-kata."

"Tap...tapi...."

"Kau bisa tanya kepada teman-temanmu kalau tidak percaya." Tukas Azka ketus. "Gara-gara kamu aku jadi terlambat mau ke kantor. Apa sih yang ada di otakmu sampai mabuk-mabukkan gitu."

Ana menundukkan wajahnya. Dia gak tahu harus menjawab apa. Apa iya dia akan menjawab karena dia cemburu? Dia gak suka jika Azka bertunangan dengan si Hanim Hanim itu? Gak mungkin kan?

"Lain kali jangan pernah masuk ke night club lagi. Gimana kalau aku semalam terlambat datang? Entah apa yang akan terjadi sama kamu, Ana." Ucap Azka kesal sambil mengusap rambutnya kasar.

"Maaf...." Ucap Ana lirih.

"Dan satu lagi, jangan pernah mempertontonkan tubuhmu. Berpakaianlah yang sopan."

Mendengar ucapan Azka tentang pakaian, otomatis Ana menunduk untuk melihat pakaian yang dikenakannya. Tapi dia terkejut dan matanya membesar saat melihat dia tidak lagi memakai pakaiannya. Siapa yang mengganti pakaianku? Pikirnya panik. Dan ketika dia mendongak dia melihat Azka yang tengah menatapnya dengan sinis.

"Aku terpaksa melakukannya karena kau memuntahi bajumu sendiri." Ucap Azka dengan santai padahal dalam hatinya dadanya berdenyut kencang terbayang ketika tangannya menyentuh kulit Ana yang lembut saat menyabuninya walaupun dia tidak melihat tubuh Ana. Bahkan saat ini dia merasa celana jinsnya menjadi ketat dan sempit. SHIT!! Kenapa dia terbayang-bayang terus.

Wajah Ana berubah-ubah kadang merah kadang pucat. Sampai dia tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun.

"Aku pergi. Hari ini kau tak usah masuk kerja dulu. Di kulkas ada bahan makanan, kau bisa masak kan?" Usai mengucapkan itu Azka berjalan menuju pintu kamar. Tapi kemudian dia berhenti. "Mengenai bajumu, sudah kubuang. Jadi sebaiknya kau di sini saja dulu sampai aku kembali membawakan baju."

"Azkaaaa.....sialaannn!!!"

BUKK

Ana melempar bantal yang hanya mengenai pintu karena Azka sudah menutup pintu seraya tertawa.

Sialan kamu Azka, berani-beraninya kamu membuka pakaianku, ucap Ana dalam hati dengan sangat kesal dan malu. Dibukanya kimono handuk yang kebesaran itu dan melihat tubuhnya polos sama sekali tak mengenakan apapun.

FORBIDDEN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang