11

2K 221 15
                                    

Ana tak pernah bermimpi dalam hidupnya bisa sampai ke luar negeri, apalagi ke Paris,si kota romantis. Seharusnya dia senang ketika pertama kali kakinya menginjakkan Paris, tapi ternyata semua suka citanya mendadak hilang saat mendengar Azka akan melamar seorang gadis semalam. Seolah ada yang merenggut sebagian jiwanya hingga Ana merasa dirinya tak bernyawa.

Saat ini Ana sedang duduk-duduk di balkon kamarnya yang merupakan suit yang mewah, melihat pemandangan kota Paris yang dingin.
Isi kepala Ana saat ini penuh dengan Azka, hingga dia berkata-kata dalam hatinya. Apakah kamu sudah melamar anak haram itu, Azka? Kenapa anak haram itu beruntung sekali. Mendapatkan pria sebaik dirimu. Kenapa bukan aku saja yang menjadi istrimu, Azka. Kenapa baru sekarang kita berjumpa, setelah aku menjadi milik orang lain?

Ana menyesali hidupnya yang tak beruntung. Ditinggalkan dan dilupakan ayah kandungnya dan juga diacuhkan oleh suaminya. Ana merasa hidupnya hampa tanpa cinta dan kasih sayang. Tak terasa air mata menetes dipipinya. Ana menangis sepuasnya. Syukurlah suami dan menejer suaminya sedang keluar, jadi dia bebas menumpahkan rasa sesak di dadanya.

"Ibu, kenapa aku tak kau ajak bersamamu saja. Ana kesepian, Bu. Di sini tidak ada yang menyayangi Ana." Ucapnya dengan lirih dengan air mata yang terus menetes.

Pemandangan kota Paris yang indah tampak buram di mata Ana yang penuh air mata. Puas menangis Ana masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya dia bersiap-siap untuk keluar menikmati kota Paris. Sudah tiga hari Ana di kota Paris namun belum kemana-mana, dia hanya berjalan-jalan di sekitar hotel saja karena Arsen tidak bisa menemaninya untuk berjalan-jalan. Tapi kemarin Arsen sudah mencarikan seorang pemandu untuk mengantarnya kemanapun. Dan sekarang pasti pemandunya sudah menunggu di lobby.

Ana mengenakan mantel tebal warna merah untuk menghalau dinginnya kota Paris saat ini. Hari masih pagi sekitar pukul 09.00. Ana berjalan keluar kamar menuju lobby. Di lobby seorang wanita muda langsung mendatanginya sambil memegang sebuah foto. Dari wajahnya kelihatannya gadis itu juga orang Indonesia.

"Maaf, anda yang bernama Iriana Balqis?"

Ana tersenyum. "Ya. Tapi anda siapa?"

"Kenalkan, saya Rachel. Saya yang akan menjadi guide anda selama di sini." Ucap Rachel sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Ana pun mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Ana.

"Kita langsung pergi saja, yah." Ucap Ana dengan tidak sabar ingin melihat keindahan Paris. Setidaknya dengan berjalan-jalan dan ditemani seseorang dia bisa sejenak melupakan Azka.

Pertama-tama mereka menikmati pemandangan Sungai Seine menggunakan kapal pesiar. Ana berdiri di pinggir kapal, angin sejuk menerpa wajahnya. Tengah menikmati pemandangan mata Ana tertumbuk pada sosok yang dikenalnya, sosok itu sedang berciuman mesra dengan seorang wanita yang hanya mengenakan bikini yang hanya terlihat dari belakang saja. Rambut wanita itu panjangnya sepunggung dan berwarna kecoklatan.

Siapa wanita itu? Jantung Ana berdebar sangat kencang, rasa penasarannya sangat tinggi. Sayang mereka naik yacht pribadi dan segera saja melaju melewati kapal yang dinaikinya.

Kenapa suamiku bersama wanita lain dan mereka berciuman sangat mesra? Jika memang Kak Arsen mempunyai kekasih, kenapa harus menikahiku? Toh tak ada untungnya bagi Kak Arsen jika menikahiku? Atau wanita itu hanya wanita one night stand nya Kak Arsen? Ahh...entahlah. Ternyata suaminya itu laki-laki normal.

Sesuatu seperti menohok hati Ana. Bayangan suaminya bermesraan dengan wanita lain membuat harga dirinya jatuh. Sekali lagi dia ditolak oleh orang yang seharusnya dekat dengannya. Suaminya lebih memilih orang lain daripada dia yang jelas-jelas halal. Bukan berarti Ana cemburu atau ingin diperlakukan seperti istri sebenarnya, ini hanya masalah harga diri. Bayangkan saja, mereka tidur satu kamar dan satu tempat tidur, tapi suaminya tak sedikitpun berniat menyentuhnya. Apa dia setidak menarik itu? Apa dia memang tidak bisa membangkitkan hasrat laki-laki? Sialan!

Karena kesal Ana meminta Rachel mengajaknya ke tempat perbelanjaan mewah. Dia akan membalas sikap Arsen.

Lihat saja, akan kuhabisi uangnya, batin Ana.

Maka Ana memborong tas dan sepatu branded yang harganya selangit hingga batas kartu kreditnya habis.

"Ana, kamu rupanya gila belanja ya." Ucap Rachel sambil tertawa cekikikan.

"Yaiyalah. Ke sini kan gak sering-sering." Ucap Ana yang agak kerepotan juga membawa barang belanjaannya walaupun sudah dibantu oleh Ana.

"Suami kamu gak marah belanja sebanyak ini."

Ana hanya mengedikkan bahunya.

Mereka sampai di hotel sudah pukul 9 malam. Ana mengucapkan terima kasih kepada Rachel kemudian mereka berpisah.

Ana mencampakkan semua belanjaannya ke sofa, kemudian berjlan ke lemari pakaian untuk mengambil baju tidur dan menuju ke kamar mandi. Ana menghidupkan shower dan mengguyur tubuh penatnya dengan air hangat. Ana merasa hidupnya hampa dan kosong. Memang sekarang dia memiliki segalanya, persis seperti apa yang diinginkannya, tapi seperti ada rongga kosong di relung hatinya, dan itu membuatnya sesak. Apalagi tadi dilihatnya di kapal pesiar saat menglilingi Sungai Seine, Ana melihat banyak pasangan yang sedang menikmati perjalanan tampak bahagia bersama pasangannya. Dia jadi iri. Ingin rasanya ia memiliki pasangan dan saling mencintai. Tapi, sekarang dia terikat dengan tali pernikahan yang sepertinya akan memenjarakannya seumur hidup. Tanpa cinta. Jika ia melanggar perjanjian dia akan dikenakan denda 2 milyar. Mana mungkin dia bisa membayar denda sebanyak itu. Bahkan bekerja seumur hidup dia tidak akan bisa mengumpulkan uang sebanyak 2 milyar. Ana memang bisa membeli ini itu, tapi itu bukan uangnya, dan kebanyakan dia belanja menggunakan kartu kredit yang diberikan Arsenio. Ternyata banyak uangpun kita bisa merasa jenuh.

Tak ingin berlarut-larut dalam penyesalan, Ana pun keluar dari kamar mandi setelah mengenakan pakaian tidur.

Ketika keluar dari kamar mandi, Ana melihat suaminya duduk di tempat tidur seolah memang menunggu dirinya.

"Kau menghabiskan banyak uang." Ucap Arsen langsung tanpa basa basi. Dengan tatapan tajam ke wajah Ana.

"Bukankah itu kompensasi dari pernikahan kita? Kau yang mengatakannya padaku dulu." Sahut Ana sama sekali tak gentar dengan tatapan tajam Arsenio.

Arsenio terdiam, dia tidak bisa mendebat Ana karena apa yang dikatakan Ana benar. Arsenio mengepalkan tangannya karena geram, ternyata dia ada kekhilafan dalam membuat perjanjian. Kalau gaya belanja Ana gila-gilaan seperti ini terus, lama-lama dia bisa bangkrut.

Rasain, batin Ana sambil tertawa dalam hati.

==============

04082018

Maaf ya lama apdet 😁

FORBIDDEN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang