for

1.3K 233 42
                                    

"Gue butuh bantuan lo"

"Lo ngga lupa kan kalo pas di bandara, lo bilang itu adalah pertemuan terakhir kita?"

"I mean...."

"Apa?" Mino menantang Irene

"Ih bisa ngga sih jangan nyebelin! Dad bilang kalo gue kesusahan boleh minta tolong"

Mino menghelas napasnya, tangannya dilipat didepan dada lalu sedikit membungkuk menatap Irene.

"Then tell me, what should i do for you princess?"

Irene menghela napas, mencoba ngga menyumpahi cowo didepannya. Kemudian menyerah dengan egonya. "Tolong pasangin tabung gas didapur"

Mino tersenyum. Sebenernya kasihan sama gadis didepannya.

"Kayaknya kita perlu kenalan. Gue Mino" Mino mengulurkan tangannya.

"Yeah i know, my dad talked so much about you. I'm Irene anyway"

"And my dad did the same way. Dia promosiin lo habis habisan ke gue"

"Gue makin yakin ada yang ngga beres disini"

"Kayaknya emang mereka berencana jodohin kita. But, lupain hal itu karena gue sama sekali ngga minat"

"Lo pikir gue minat? Of course no!"

"By the way ini pertemuan kedua kita, Bae Irene".

Muka Irene merah menahan malu. "Sure, bisa kita lupain pertemuan pertama kita?"

"Bagian mana nya yang harus di lupain nih?" Mino tersenyum jail.

"EVERYTHING! Dan tolong jangan bahas lagi!"

"Oh ngga bisa, princess" Mino masih bertingkah nyebelin sambil menahan senyumnya. "Bagian lo kepleset itu fantastik dan tak terlupakan banget btw"

DAMN, batin Irene.

***

Mino mengikuti Irene tanpa ragu, masuk kerumah Irene yang kental dengan arsitektur Italia. Rumah dengan langit langit yang tinggi dan tiang penyangga yang kokoh. Sekilas Mino pikir ini rumahnya dewa dewa Yunani. Eh, malah lebih kaya museum gitu sih, soalnya Dadnya Irene adalah kolektor lukisan lukisan mahal dan antik. Keliatan dari sepanjang dinding yang penuh sama bingkai besar yang memuat gambar absurd, tapi harganya bisa buat beli pulau.

Irene berjalan menuju dapur dengan Mino dibelakangnya, lalu menunjuk ke arah tabung gas di bawah pantry.

"Kenapa lo mau pulang pas bokap gue yang minta?"

"Jangan ge er dulu. Itu emang permintaan bokap lo, tapi itu juga merupakan syarat dari bokap gue?"

"Syarat apa?"

Mino masih serius dengan selang di tangannya, lalu mencari cari gunting di laci pantry.

"Lo pikir gue ngga ada kerjaan apa nyampe rela relain pulang dari Paris ke Korea cuma buat nemenin anak manja kaya lo?"

"Ih gue juga ogah kali kalo liat lo lagi. Trus kenapa lo mau? Lo tinggal balik lagi ke Paris apa susahnya!"

"Kalo bokap gue ngga ngancem sama rumah dan perusahaan sih gue ogah ya"

"Oh, peaceminusone yang punya Om Jiyong ya. Pantes sih"

Mino ngga bales komentar Irene, setelah tabung gasnya terpasang dia mengecek kompornya. Lalu liat Irene lagi.

"Udah bisa tuh, princess, jangan heboh lagi"

Ugh nyebelin banget sih, batin Irene. Tahan Rene tahaan..

better than cashmere - endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang