"Dia belum bangun No?" tanya Jennie penuh prihatin. Mino hanya menggeleng.
Udah dua hari Irene terbaring koma diranjang rumah sakit, dan belum sekalipun Mino meninggalkannya sendirian.
"Gue minta maaf No" kata Jennie lagi.
"Ini semua salah gue" kata Mino dengan suara bergetar. "Harusnya gue ngejar dia lebih cepet" suaranya penuh dengan penyesalan yang amat dalam.
"Tapi gue juga salah No" Jennie mulai menangis lagi, tapi Mino diem aja, ngga berusaha menghiburnya seperti biasa.
Jennie merangkul pundak Mino, tapi Mino justru menundukkan wajah ditempat tidur Irene dan menggenggam tangan Irene yang lemah. Tanpa sadar Mino menangis.
"Sst.. dia pasti selamat No" Jennie mencoba menenangkan, padahal dia sendiri juga menangis.
"Koma, Jen. Gara gara gue" kata Mino frustasi. Jennie merasa tak enak. Malam itu adalah pertemuan ketiga Mino dengan Jennie.
Setelah Wendy menikah, Mino baru bertemu dua kali dengan Jennie. Yang pertama Jennie mengembalikan sapu tangan Mino yang ia pakai untuk menghapus air matanya saat pernikahan Wendy. Yang kedua, saat Jennie nekat mendatangi rumah Mino malam itu dengan maksud menggodanya.
"Sepertinya ini gara gara gue," Jennie mengaku salah. "Kalo aja gue ngga dateng ke rumah lo.."
"Halo semuaa!" Seru Wendy tiba tiba masuk keruangan, membuat Jennie melepaskan pelukannya di bahu Mino.
Wendy menggandeng Suho yang menatap tajam kearah Jennie.
"Gimana keadaan princess kita yang satu ini? Wah belum sadar juga ya?" kata Wendy enteng, seakan Irene hanya tertidur biasa.
"Gue pulang dulu, ya.." kata Jennie tiba tiba sambil membereskan barangnya, matanya menghindari tatapan Suho.
"Loh kok pulang? Ngga mau makan bareng dulu?" Tawar Wendy sambil mengangkat bawaannya.
"Eh.. ngga deh. Gue balik aja." Jennie bangkit berdiri dan keluar ruangan. Tak lama setelah Wendy mengeluarkan makanan yang dia bawa, Suho menyusul Jennie keluar.
"So, Mino" Wendy membuka percakapan sambil memberikan kotak makanan pada Mino, yang ditolak cowo itu dengan halus. Ga napsu makan lah ya.
"Lo udah fall in love sama Irene ya?" Wendy dengan mudahnya bertanya sesuatu yang sensitive bagi Mino. Mino yang saat itu lagi minum air putih, seketika tersedak.
"Uhukk.. pardon?" tanya Mino kaget.
"Well you heard me Mr. Song"
"Haha" tiba tiba Mino tertawa kecil. "Gue ngga ngerti siapa yang salah. Orangtua gue dan semua rencana nya, Jennie, atau gue"
Wendy menatap Mino sebentar lalu tersenyum.
"Lo tau Wen? Irene segitu penginnya pulang. Makanya waktu itu gue tau dia ke bandara"
"Hmm I kno, that's why I'm here. Trying to help" jawab Wendy lagi
Mino membuang muka mendengar jawaban Wendy. "Lo bisa bantu apa?"
Mino sedikit kesal. Karena nyatanya ngga ada yang bisa bantu dia sekarang.
"Maksud lo bilang ke ortu kita kalau sandiwara ini selesai, Irene kecelakaan. Dan semuanya beres gitu?" sarkas Mino
"Jadi om dan tante belom tau?"
"Begitu dokter kasih prognosis ke gue kemaren, gue langsung telfon Om Seunghyun sama Tante Tiffany"
"Trus reaksi mereka gimana?" tanya Wendy
"Jelas mereka marah banget. Gue disuruh jaga Irene selama disini malah gue celakain dia. Rencana ortu gue sama ortu Irene bakal nyampe sini besok"