fifteen

1.2K 208 59
                                    

Irene pikir kejadian kemarin adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Irene masih terluka saat mengingat Mino menyebut nama gadis itu.

Irene pikir perlakuan baik dan lembut Mino akhir akhir ini karena Mino menyukainya. Ternyata Irene salah besar, dia terlalu bodoh.

Kenapa sih semua lelaki suka nyari pengganti? Dan kenapa aku balas ciumannya? Jangan jangan aku mulai jatuh cinta sama dia. HELL NO!! Irene terus mengumpat dalam hatinya.

Irene ngga bisa membayangkan kalo ketemu Mino lagi, dia belum siap. Irene masih merasa bodoh dan terluka. Irene membalas ciuman Mino, sedangkan cowo itu menciumnya sebagai Jisoo, which is mantannya. Uugh!

"Rene.." panggil Dad nya untuk kesekian kalinya. Tapi Irene belum juga bergeming.

"BAE IRENE"

"Ya ya ya, gimana dad" Irene tersentak dari lamunannya.

"Kamu dengerin Dad ngomong dari tadi ngga sih?" suara Dadnya diseberang sana terdengar ngga sabar.

"Apa?" Irene menjawab ragu, pasti bakal kena semprot lagi

"Tuhkan. Kamu kenapa sih dari tadi ngga konsen Dad ajak ngomong? Lagi berantem ya sama Mino?" Tebak Dadnya.

Irene melongo sebentar, kok Dadnya bisa tau sih? Lalu Irene terdiam lagi, kalo kondisinya udah kaya gini apa mungkin dia bisa balik ke Paris secepatnya?

"Dad kapan pulang?" Irene mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sebentar lagi sweetheart, ini udah Dad beliin oleh oleh yang banyak kok buat kamu"

Irene menghela napas kesal, dia udah cape sebenernya dengan paksaan orangtuanya.

"Kalo Irene tunangan sama Mino Dad bisa secepatnya pulang kan?" Setelahnya Irene nyesel banget. Mino dan dia udah pernah bahas ini sebenernya, kalo mentok mentoknya mereka bakal pura pura tunangan biar bisa balik cepet ke Paris. Tapi ide itu masih belum dipikir secara mateng, dan dia baru aja ngomong ke Dad.

"Kamu, a APA ? TUNANGAN SAMA MINO? Mom..." suara Dadnya terdengar sumringah dan bahagia, sebelum Momnya ikut ribut, Irene buru buru matiin telponnya.

Irene terduduk lesu menatap cermin meja riasnya, masih ada jejak ciuman Mino di leher dan pundaknya. Lalu sesaat kemudian telfonnya bunyi lagi.

"Irene cuma bercanda Dad" suara Irene terdengar malas.

"Rene, ini gue Mino"

Asdfghsnskaklmn iya gue tau, batin Irene. Dia diem aja.

"Tadi nyokap gue telfon, katanya lo ngomongin soal tunangan?". Ngga ada balesan apapun dari Irene.

"Oke gue minta maaf banget Rene. Gue tau lo masih marah. Gue emang pantes lo pukul, lo maki maki, lo usir"

Mino masih nunggu Irene bicara, tapi gadis itu tetep diam.

"Rene, gue emang inget Jisoo. Tapi gue ngga pernah anggep lo sebagai dia. Gue bingung, semalem itu kesalahan besar" suara Mino terdengar menyesal.

Jadi Mino cuma ngangep ciuman semalem kesalahan besar? Emang brengsek! Irene makin kesal.

"Just listen, oke kita jalananin drama ini nyampe kita tunangan. Kalo udah di Paris gue janji ga bakal ganggu hidup lo lagi. Gue ngga mau lo salah sangka, ini cuma buat pura pura di depan ortu kita. Mungkin lo ga mau jawab sekarang, gapapa, tapi lo tau dimana bisa nemuin gue Rene" setelah menunggu dua detik, Mino menutup telfonnya.

Irene mengigit bibir bawahnya sebelum membanting gagang telfonnya. Merasakan butiran air hangat yang membasahi pipinya.

Kenapa harus Mino? Kenapa dia harus nangis buat Mino?

better than cashmere - endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang